Tanaman butuh air, pupuk, dan tanah yang baik untuk bisa terus subur. Ada perawatan yang membuatnya bertahan. Jika tidak, dapat dipastikan akan layu dan perlahan mati.
Begitupun hakikatnya dengan sebuah pernikahan. Mesra di awal pernikahan, itu biasa. Yang menjadi istimewa adalah selalu mesra meski usia pernikahan semakin menua.
Kemesraan ini penting adanya, sebab menjadi penentu banyak hal. Di antaranya kualitas komunikasi, level kebahagiaan, dan kepribadian buah hati.
Adapun komunikasi adalah inti dari sebuah hubungan. Jika komunikasinya tak berjalan lancar, maka yakinlah rumah tangga terasa hambar. Tak ada kehangatan. Suami dan istri tak saling terbuka. Bahkan untuk saling menumpahkan cerita tentang aktivitas yang dijalaninya saja tidak dilakukan. Apalagi mendiskusikan masa depan bersama.
Maka kemesraan dengan pasangan akan menjaga komunikasi di antara keduanya. Pertama, ajaklah pasanganmu berbincang sesaat sebelum tidur. Luapkan semua cerita yang kau rajut hari itu. Jadikan moment sebelum tidur menjadi moment untuk saling mendekatkan rasa setiap harinya. Diskusikan semua hal kepada pasanganmu, jangan ambil keputusan sendiri suami atau istri mengetahuinya. Hal tersebut dapat memperkuat jalinan cinta di antara keduanya.
Mengucapkan ‘terima kasih’ saat pasangan memberikan kita sesuatu merupakan sarana merawat kemesraan dalam rumah tangga. Pun dengan ucapan “maaf” saat kita memiliki salah kepada pasangan. Lebih dari itu, mengucapkan cinta juga merupakan pupuk agar rumah tangga tetap terawat kemesraannya. Maka, janganlah terkungkung gengsi. Bukankah mengungkapkan cinta kepada orang yang kita cintai adalah sunah menurut syariat? Maka lakukanlah.
Dari Miqdam bin Ma’di Karib, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jika seseorang mencintai saudaranya (sesama muslim), maka hendaklah ia memberitahunya bahwa ia mencintainya.” (HR. At-Tirmidzi)
Hati istri mana yang tidak merona saat kata cinta dari lisan suaminya terdengar di telinganya? Sungguh, dengan itulah kemesraan akan terus bertumbuh. Mekar.
Selain itu, mencium tangan suami dan mengantarnya ke teras setiap hendak berangkat bekerja adalah juga cara merawat kemesraan agar tak layu. Hati suami mana yang tak berbunga dimuliakan dengan cara demikian? Akhirnya bekerja pun menjadi riang. Langkah kaki menjadi ringan. Jangan lupa doakan setiap langkahnya, agar rizki yang kelak akan diperolehnya memberikan keberkahan kepada keluarga.
Sungguh hati suami dan istri yang diliputi bahagia akan memancarkan kehangatan ke dalam rumah tangga yang dibina. Pun mampu menularkan bahagia kepada buah hati. Anak-anak yang sering melihat orang tuanya bermesraan (mesra yang boleh ditampakkan di hadapan anak) seperti berpelukan, berpegangan tangan, dll akan merasakan kenyamanan dan perasaan aman. Mengapa? Sebab mereka mengindera bahwa kedua orang tuanya saling menyayangi. Maka jelaslan bahwa kemesraan suami istri akan berpengaruh pada kualitas kepribadian buah hati.
Bandingkan saja dengan anak yang sering melihat orangtuanya bertengkar, saling memaki, saling merendahkan. Maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia, cenderung tempramen. Atau mungkin pemberontak.
Dengan demikian sungguh merawat kemesraan pengantin lama adalah sebuah keharusan. Karena dari keluargalah kelak akan dibangun sebuah peradaban. Keluarga penuh cinta akan menghasilka generasi bahagia. Dan generasi bahagia akan tumbuh menjadi sosok berkualitas, kekepribadian Islam, pemimpin masa depan. Wallahu’alam.
Aisyah Radhiallahu ‘Anha menuturkan:
كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٍ, فَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيّ وَ أَتَعَرَّقُ العَرَقَ فَيَتَنَاوَلُهُ وَ يَضَعُ فَاهُ فِي مَوْضِعِ فِيّ
Suatu ketika aku minum, ketika itu aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya. [HR Muslim]