Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt
(Pemerhati Masalah Umat)
#MuslimahTimes — Layaknya sebuah pesta, pastilah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Cetak undangan, pembentukan panitia dan lain sebagainya. Seperti halnya pesta perkawinan, pesta sunatan, pun begitu dengan pesta demokrasi, pastilah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jika pesta perkawinan adalah salah satu perayaan untuk menghalalkan ikatan yang sebelumnya tidak halal, membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, atau pesta sunatan itu adalah salah satu perayaan untuk mengantarkan seorang anak menuju kehidupan fase kedewasaan. Maka pesta demokrasi diibaratkan merupakan puncak acara menuju pemilihan pemimpin yang akan mengurusi urusan masyarakat.
Serangkaian acara ritual menuju puncak pesta demokrasi dilakukan. Antara lain mulai dari pendaftaran bakal calon pemimpin, ini butuh dana. Seleksi bakal calon pemimpin, ini juga butuh dana. Kampanye mengenalkan program kerja bakal calon pemimpin, ini jelas memakai dana. Sampai proses pemilihan, baik langsung maupun tidak langsung, ini juga menghabiskan dana. Hingga terpilih salah satu menjadi pemimpin.
Dana yang tidak sedikit yang dikeluarkan untuk pesta demokrasi ini, dibiayai oleh seluruh rakyat, melalui pajak. Karena pungutan pajak dalam alam demokrasi merupakan pendapatan pokok negara, tanpa melihat kemampuan bayar obyek pajak. Pokoknya semua wajib bayar pajak, kalo tidak bayar pajak maka sebagian hak yang harus diperoleh warga atau rakyat akan disegel atau ditahan oleh pemerintah sebagai pihak penguasa. Akan diberikan kembali jika sudah lunas bayar pajak. Ini adalah fakta hidup alam demokrasi.
Akan tetapi apa yang dikeluarkan oleh rakyat untuk membiayai pesta demokrasi yang sangat mahal harus ditebus dengan sejumlah kesengsaraan hidup. Rakyat tetap dililit hutang, pajak yang tinggi, sulitnya mencari pekerjaan, kemiskinan turun temurun tanpa ada solusi, pendidikan dengan harga yang sangat mencekik, kesehatan yang jauh panggang dari api, keamanan yang semakin jauh dari rasa aman. Memang seperti itulah hasil pesta demokrasi. Habis manis sepah dibuang. Rakyat tetap menjadi korban pemalakan penguasa lewat pajak yang mencekik.
Sementara hukum timpang di sana-sini, tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Citra para penegak hukum pun kurang baik bila ada kasus yang tidak segera di selesaikan. Belum lagi tentang generasi yang semakin bebas dan mengkhawatirkan, sebagian dari mereka terjerat narkoba hingga putus sekolah. Pernikahan dini karena pergaulan bebas pun merupakan suatu masalah lain yang menimpa negeri ini.
Jelaslah bahwa pesta demokrasi akan mewariskan banyak masalah bagi manusia. Maka sudah selayaknya jika calon pemimpin baru melirik sistem ISLAM yang mampu menjawab tuntas seluruh permasalahan masyarakat.
Kebanyakan dari pasangan calon pemimpin dalam sistem demokrasi saat musim kampanye, selalu menjual isu lapangan kerja dan kemiskinan sebagai jualan yang sangat laku dipasaran. Dengan memberikan janji kampanye, jika mereka terpilih, maka semua manusia yang nganggur akan diberi pekerjaan, semua warga yang miskin akan terangkat kehidupannya menjadi sedikit layak hidup dan sejahtera. Ini janji kampanye yang laku dipasaran selain peci, sorban dan kerudung.
Sebetulnya ini adalah bentuk itikad baik dari calon pemimpin saat kampanye. Akan tetapi itikad baik dari calon pemimpin baru ini, sebetulnya tidak akan benar-benar terealisasi dalam sistem demokrasi. Tersebab, sistem demokrasi itu sendiri tidak mampu memberikan solusi praktis bagaimana cara menghentikan pengangguran dan memberantas kemiskinan. Demokrasi hanya mengenal aturan yang dibuat oleh manusia. Demokrasi hanya mengandalkan akal manusia yang bersifat terbatas pengetahuannya dalam mencari solusi permasalahan manusia. Demokrasi menegasikan hukum agama. Alhasil banyak pemimpin terpilih dari pesta demokrasi tak akan pernah mampu merealisasikan janji kampanyenya. Ini adalah fakta.
Karenanya, jika demokrasi akan menjadi batu sandungan pemimpin dalam merealisasikan janji kampanye politiknya, maka pastilah ada suatu sistem yang lain selain demokrasi, yang akan mampu merealisasikan janji kampanye pemimpin terpilih. Karena janji bukanlah hanya slogan kosong, akan tetapi sesuatu yang harus ditepati dan direalisasikan. Janji akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.
Akhirnya, jika dilihat dari semua sistem hidup didunia, dengan seperangkat aturan yang dibuatnya. Dengan kejernihan akal dan kejujuran hati akan diakui, bahwa hanya ada satu sistem hidup didunia ini yang mampu merealisasikan janji kampanye pemimpin terpilih, yaitu Sistem Islam yang menerapkan Syariat Islam kaffah dalam bingkai Khilafah. Tersebab telah terbukti dalam fakta sejarah, yang menjadi saksi atas keberhasilan dan kegemilangan para Khalifah dalam sistem Khilafah dalam memberantas kemiskinan dan pengangguran. Kebaikan hidup dirasakan oleh seluruh umat manusia dimasanya.
Akankah Syariat Islam mampu menjawab seluruh keraguan umat akan keampuhannya dalam memberantas pengangguran dan kemiskinan yang selama ini dijual saat kampanye politik? jawabannya adalah sangat ampuh dan sangat mujarab. Asalkan Syariat Islam kaffah diterapkan secara sempurna oleh seorang Khalifah (pemimpin) dalam bingkai Khilafah.
==================
Sumber Foto : BatamToday