Oleh: Ir. Hj. Dini Sumaryanti
(Founder Komunitas Ibu Hebat)
#MuslimahTimes — Hari ini, begitu takutnya kita akan kemunculan komunisme yang mulai terlihat geliatnya. Namun sadarkah kita kapitalisme sudah melingkupi kehidupan kita, membuat kita jauh dari tuntutan ajaran Islam yang seharusnya (Islam kaffah).
Kapitalisme telah memenjarakan kita, hingga sulit berlepas diri dari cengkeramannya. Saat ini memastikan anak tidak terbawa gaya hidup hedonisme (dimana kesenangan atau kenikmatan duniawi merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia).
Sulitnya memastikan otak anak tak terkotori pemikiran liberalis, bebas melakukan apapun dengan berlindung dibalik tameng hak asasi manusia selama tak mengganggu kepentingan orang lain, bebas beragama, bebas berbicara, bebas berpakaian, bebas bersikap dan lain-lain. Padahal mana mungkin kepentingan seseorang tak bersinggungan dengan kepentingan orang lain. Disinilah perlunya aturan dari Sang Maha Pengatur.
Begitupun dalam menjaga laku anak, agar tak didasari pemahaman sekulerisme. Rajin shodaqoh namun juga pandai korupsi. Rajin ibadah, namun tak menjaga diri dari maksiat. Berkali kali pergi haji, namun juga berulangkali masuk bui karena kolusi dan korupsi. Merasa tak berdosa memisahkan agama dari kehidupannya. Bahkan merasa agama tak layak mengatur urusan dunianya.
Sama sulitnya ketika harus memastikan aqidah anak kuat tak tergerus ide pluralisme, yang menggembor-gemborkan semua agama sama. Kalau semua agama sama saja, mengapa harus kuat berpegang teguh, apalagi memperjuangkan Islam.
Yakinkah kita, anak yang sudah kita didik baik-baik di rumah dengan ajaran Islam, di sekolahkan di sekolah berbasis Islam terbaik, akan selamat dari cengkeraman sistem kapitalisme ini?
Untuk mendapat hasil pendidikan yang optimal perlu membangun kolaborasi dengan berbagai pihak yang terkait. Perlu membangun kolaborasi dengan sekolah, lingkungan, teman-teman anak kita, dengan asisten rumah tangga jika kita menggunakan jasa mereka dan Allah SWT.
Di tengah cengkeraman sistem kapitalisme ini. Hanya Allah SWT yang bisa menjaga anak-anak kita dari kerusakan dan kesesatan yang diakibatkannya. Maka penting membangun kolaborasi terbaik dengan Allah SWT.
Membangun Kolaborasi dengan Allah
Membangun Kolaborasi dengan Allah dapat ditempuh dengan cara melakukan perniagaan dengan Allah SWT. Inilah perniagaan yang tak akan merugi. Dan jalan perniagaan itu adalah dakwah. Dengan berbagai alasan :
- Dakwah adalah kewajiban dari Allah SWT.
Begitu banyak ayat yang mengurutkan kewajiban berdakwah dengan kewajiban menegakkan, sholat atau zakat. Namun kaum muslimin saat ini merasa resah, berdosa jika tak sholat atau zakat namun tenang-tenang saja jika tak berdakwah.
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Surat Luqman : 17)
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu’min itu.(Surat at-Taubah : 112).
- Dakwah adalah aktivitasnya nabi.
Para Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia yang memiliki kedudukan paling mulia di hadapan Allah SWT. Tiadalah mereka diutus kecuali untuk berdakwah.
Dakwah merupakan tugas para nabi. Dan dengan berdakwah itulah mereka menegakkan agama Allah. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى الَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi” (QS. Al-Ahzab: 45-46)
- Dakwah adalah amalan terbaik.
Kesadaran ini muncul saat Allah SWT memberikan kesempatan saya berziarah ke masjid Nabawi. Di bawah bimbingan KH Hafidz Abdurrahman, selama 3 hari pertama kami diberi kesempatan untuk memuaskan hasrat diri beri’tikaf, mendekatkan diri dengan Allah SWT. Sore hari, di hari ketiga KH hafidz Abdurrahman memberikan tausiyah dengan diawali pertanyaan
“Bapak ibu senang beri’tikaf? Puasa? Berasa akan jadi ahli surga?”
Dengan senyum simpul, para jamaah menganggukkan kepalanya.
Lalu beliau melanjutkan tausiyahnya “Seandainya i’tikaf di masjid Nabawi yang pahalanya 1000 kali lipat dibandingkan dengan di masjid lain. Atau i’tikaf di masjiddil Harom yang pahalanya 100.000 kali lipat dibandingkan dengan di masjid lain adalah amalan terbaik, pastilah Rasulullah Saw dan para sahabat akan sering melakukan i’tikaf. Namun faktanya mereka mangutamakan banyak beri’tikaf di bulan Ramadhan. Rasulullah Saw hanya 1 kali melaksanakan ibadah haji dan 3 kali umroh”.
“Apa amalan yang paling banyak Rasulullah Saw dan para sahabatnya lakukan? Jawabnya adalah dakwah dan jihad, agar Islam diterapkan secara kaffah, dalam semua aspek kehidupan. Inilah amalan terbanyak yang Rasulullah Saw dan para sahabatnya lakukan.”
Kesadaran inilah amal terbaik. Semakin kuat saat mengkaji kitab Siroh Nabawiyah karangan Prof. Dr. Muh. Raswwas Qol’ahji, dituliskan “pada bulan Ramadhan 1 H, Rasulullah Saw menyiapkan pasukan yang dipimpin pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib ke tepi pantai Al ‘Ish untuk menghalangi kafilah kafir Qurais. Tujuan utamanya adalah mengacaukan fikiran dan barisan musuh, menunjukkan institusi daulah khilafah Madinah dengan kekuatan pasukannya. Pengiriman pasukan ini dilakukan hanya 6 bulan setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Rasulullah Saw hanya 6 bulan menstabilkan kondisi internal di dalam negri negara Madinah.
Kemudian di bulan Syawal Rasulullah Saw mengirim pasukan di bawah pimpinan Ubaidah bin Al Harits ke perairan Tsabitah Al Marah.
Bulan berikutnya Dzul Qoidah, Rasulullah Saw mengirim pasukan Sa’ad Bin Abi Waqos ke Al Kharrae dekat Hijaz.
Demikian seterusnya hampir setiap bulan Rasulullah Saw mengirim pasukan ke berbagai wilayah di sekitar Madinah ( lihat peta). Semua di lakukan Rasulullah Saw dalam rangka dakwah dan jihad menyebarkan Islam, sehingga Islam yang dilaksanakan secara Kaffah dapat di rasakan sebagai Agama yang merupakan Rahmat bagi alam semesta.
Inilah alasan saya memilih dakwah menjadi perniagaan terbaik saya dengan Allah. Dengan saya menolong agama Allah, berharap Allah akan menolong saya menjaga anak-anak saya dari sistem yang kelam ini.
Aamiin.