Oleh: Difira Auliyandani
Anggota MCC (Muslimah College Community) Malang
#MuslimahTimes –– Baru-baru ini muncul petisi blokir tayangan sebuah iklan di TV disebabkan konten video yang dinilai tak pantas. Apalagi diputarnya iklan tersebut di sela acara yang sedang favorit di kalangan anak-anak. Seolah iklan beracun tersebut sengaja ditembakkan ke kepala-kepala generasi penerus bangsa ini. Tentu saja petisi tersebut mendapatkan dukungan yang cukup besar dari golongan para emak dan calon emak. Petisi dilayangkan melalui situs change.org oleh seorang dosen wanita negeri ini yang terlihat sangat peduli dengan nasib generasi . Tidak berhenti di pihak pro, petisi tersebut juga mendapatkan respon dari pihak kontra. Yaitu para pendukung K-POP dari kalangan liberal sekuler dan pemuda-pemuda generasi bebek.
Dilihat dari segi budaya, pendidikan apalagi agama maka tidak ada satupun yang membenarkan erotisme yang diumbar. Bahkan di negeri munculnya K-POP itu sendiri yaitu Korea Selatan. Kita bisa lihat bahwasanya budaya Korea adalah budaya ketimuran yang terlihat salah satunya dari pakaian-pakaian budayanya adalah hanbok yang tertutup dan santun. Dari segi agama, juga tidak ditemukan agama yang mengajarkan minimalis dalam berpakaian. Maka, darimana rok mini dan pakaian minim menjadi identitas baru para K-POP dan pecintanya?
// Westernisasi //
Darimana dan untuk apa sebenarnya erotisme dan gencarnya Korean Wave itu sendiri? Westernisasi. Jika kita telisik lagi gaya dan budaya yang dipopulerkan oleh K-POP ternyata tidak terlepas dari prinsip-prinsip sekulerisme dan kebebasan Barat. Maka baik Korea sebagai pusat budaya K-POP maupun Indonesia sebagai salah satu sumur fansbase K-POP terbesar adalah sama-sama korban dari Westernisasi tersebut. Tidak ada keuntungan bagi negeri penggemar kecuali kerusakan yang nyata saja.
Tentu saja hanya kerusakan. Bagaimana tidak? Erotisme dan diumbarnya aurat hanya bedampak pada 1 hal, yaitu pornografi pornoaksi yang berujung pada masalah seksual yang bebas. Sebagaimana yang pernah dijelalskan oleh Ibu Elly Risman bahwasanya kerusakan otak pada anak dikarenakan pornografi sangat mengerikan dan candunya lebih kuat dibanding candu narkoba!
Jika emak-emak negeri ini mengamuk dikarenakan tayangan aksi Black Pink maka sungguh hal yang sangat disyukuri. Karena di tengah kehidupan sekuler penuh kebebasan tanpa batas ini masih ada jiwa-jiwa yang akal sehat dan hati nurani suci nya bergerak. Karena jika suatu negeri tak ada lagi yang peduli dan tak ada lagi yang melakukan aktivitas koreksi dengan suara lantangnya, maka adzab Allah sungguh akan diturunkan dikarenakan wajibnya aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.
// Black Pink dan Pendidikan Anak //
Sungguh betapa Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan anak bahkan sejak dini. Hal itu dikarenakan kesadaran bahwasanya anak adalah amanah. Baik buruknya adalah surga dan neraka orang tua. Belum lagi jika kita berbicara tentang visi misi Islam dalam membangun peradaban yang sungguh beradab, maka pendidikan adalah kuncinya.
Jika merujuk pada kitab Pendidikan Anak yang ditulisa oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan maka kita akan lihat betapa jiwa dan akal anak dibentuk dan dijaga sedemikian rupa hingga dia tumbuh menjadi seorang yang berakhlak mulia dan menjadi agen perubahan di tengah dunia yang rusak ini. Maka apalah kita jika hal-hal yang sangat jauh dari konsep-konsep Islam begitu saja dimaklumi dan dibiarkan merajalela? Sungguh disitulah jiwa dan hati kita telah mati.
Maka adanya petisi blokir iklan dengan tayangan Black Pink adalah bukti kepedulian emak-emak generasi ini dan itu hanyalah secuil kecil dari upaya perlindungan dan rasa sayang terhadap generasi ini.
Bagi para penggemar K-POP yang muslim dan serta merta menolak petisi ini dengan segala argumen polos dan tidak sehatnya, maka kembalilah pada standar Islam. Bagaimana Islam mengatur adab-adab dan perilakuharus dipelajari. Maka tidak ada lagi generasi pembebek yang bergerak hanya karena hawa nafsu dan taklid butanya pada tren kekinian.
Wallahu a’lam bis showab