Oleh: Intan Alawiyah
Jeritan tangis Muslim Uighur menambah daftar pilu kekerasan yang menimpa kaum Muslimin di berbagai negara. Belum selesai penderitaan kaum Muslim di Palestina, Rohingya, Pattani Thailand, Moro Philiphina, Suriah, dll. Kembali, jutaan kaum Muslim Uighur merasakan penindasan yang sama. Kaum Muslim Uighur diperlakukan tidak manusiawi oleh pemerintah China. Penindasan yang menimpa mereka dikarenakan Muslim Uighur memeluk Islam.
Sudah banyak jeritan minta tolong terdengar dari negeri-negeri kaum Muslim yang tertindas. Namun, sampai detik ini belum tampak keseriusan penguasa-penguasa Muslim menyelesaikan persoalan ini. Mereka hanya mampu mengecam dan mengirimkan bantuan berupa sandang-pangan kepada negeri-negeri Muslim. Padahal bantuan tersebut bersifat temporal.
Kaum Muslim yang sedang mengalami kekerasan di negerinya membutuhkan solusi yang bersifat permanen untuk menuntaskan permasalahan yang sedang menimpa mereka.
Indonesia sebagai negara penduduk mayoritas muslim. Penguasanya tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan memberi solusi untuk membantu Muslim Uighur di Xinjiang. Sekadar mengecampun tak terdengar dilontarkannya.
Nyata sekali tindakan yang dilakukan oleh penguasa negeri ini. Ia memilih diam atas apa yang menimpa kaum Muslim Uighur dikarenakan ketakutannya akan terjadi keretakan kerja sama yang terjalin dengan pemerintah China.
Ini melihat besarnya investasi yang ditanam di dalam negeri. Merujuk pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dari China pada periode Januari-September 2018 mencapai USD1,8 miliar.
“Mungkin saja akan diembargo. Secara global, ketergantungan terhadap China besar. Bukan hanya negara-negara Islam, tapi Afrika sendiri tergantung pada China. Jadi di luar masalah kemanusiaan, kalkulasi politik menjadi pertimbangan untuk memberi respons. Karena pernyataan apapun kan pernyataan politik, sementara respons keras pasti akan memberikan feed back balik. Karena China tidak mau dicampuri urusan dalam negerinya. Meski kemanusiaan urusan semua pihak, tapi China tidak begitu,” ujar Agung Nurwijoyo. (news.okezone.com, 21/12/2018)
Inilah dampak dari penerapan sistem kapitalisme. Selama sistem kapitalis masih bercokol di dalam negeri, maka penguasanya tidak mampu berbuat apa-apa untuk menentukan sikap. Ia akan terus disetir oleh para pemilik modal.
Sejatinya solusi tuntas untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi Muslim Uighur di China diperlukan sebuah tindakan tegas yakni dengan mengirimkan pasukan militer. Gabungan negeri-negeri Islam sangat berpotensi untuk menjadi suatu negara adidaya. Dengan menggabungkan lima negeri Islam yang terkuat militernya yakni Pakistan, Iran, Turki, Mesir, dan Indonesia. Mereka sudah memiliki jumlah militer akfif sebanyak 2,51 juta personil. Hal ini sudah melebihi jumlah militer aktif berbagai negara kuat di dunia.
Kemandulan militer di Dunia Islam saat ini sebenarnya lebih diakibatkan oleh kebijakan para penguasa di Dunia Islam tersebut, bukan karena potensi militernya yang lemah. Selama sistem pemerintahan yang dianut negeri-negeri Islam adalah sekulerisme. Jangan harap kekuatan Islam bisa berperan untuk melindungi Islam dan kaum Muslim. Sebaliknya, militer hanya akan dijadikan sebagai alat penjaga sistem ideologi negara.
//Solusi Islam memberantas penindasan//
Fungsi militer di dalam Daulah Islam adalah sebagai benteng penjaga negeri-negeri Islam dari serangan musuh. Di bawah naungan Khilafah, militer secara praktis memberikan perlindungan nyata atas negeri Islam dan kaum Muslim. Kehadiran pasukan Islam merupakan bukti kesungguhan penguasa Islam untuk membela rakyatnya. Karena itu, cara ini cukup ampuh mencegah pihak lain (musuh-musuh Islam) bersikap berani menindas dan melecehkan kaum Muslim.
Sikap ini diambil Khalifah dikarenakan kepemimpinanya adalah sebagai pengurus rakyat yang memiliki tanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Dengan berlandaskan sikap takwallah, ia akan memimpin sesuai dengan apa yang Allah perintahkan.
Allah SWT. berfirman, “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memeberikan pertolongan.” (TQS. Al-Anfal: 72)
Sebagai perisai (pelindung) umat. Sang Khalifah akan mengerahkan pasukannya untuk melindungi rakyatnya yang mengalami penindasan dan pelecehan yang menimpa mereka. Pada zaman Rasulullah ada sebuah peristiwa yang takkan pernah dilupakan oleh sejarah. Sangat nyata sekali ketegasan Rasulullah sebagai seorang pemimpin. Beliau langsung mengerahkan pasukannya untuk membela kehormatan seorang Muslimah.
Suatu ketika datang seorang Muslimah Arab yang hendak berbelanja di pasar. Kebetulan ia berbelanja di tempat milik orang Yahudi, karena kebenciannya yang teramat mendalam pada kaum Muslimin. Si Yahudi ini bermaksud melecehkan perempuan tadi dengan mengikat ujung kain perempuan itu, sehingga ketika ia bangkit terlihatlah auratnya. Melihat hal itu orang-orang Yahudi terbahak-bahak. Dan si perempuan tadi teriak meminta tolong. Seorang Muslim yang kebetulan melihat kemudian menolongnya. Ia pun menikam si Yahudi itu hingga tewas. Perselisihan besar pun terjadi antara kaum Muslim dan Yahudi.
Berita peristiwa ini sampailah kepada Rasulullah SAW. dengan adanya kejadian ini semakin meyakinkan Rasulullah bahwa kaum Yahudi Bani Qainuqa telah nyata memusuhi umat Islam. Kemudian beliau langsung memerintahkan mengepung kaum Yahudi dengan sangat rapat dan memerintahkan untuk membunuh seluruhnya. Namun, mereka meminta untuk diampuni. Akhirnya Rasulullah memenuhi permintaan mereka hingga mereka diusir seluruhnya dari wilayah Madinah dan pergi menuju perbatasan Syam.
Demikianlah sikap tegas Rasulullah sebagai seorang pemimpin. Ia mengerahkan seluruh pasukan militernya untuk mengusir Yahudi Bani Qainuqa yang telah melecehkan kehormatan soerang Muslimah. Seharusnya ini dijadikan contoh oleh para penguasa-penguasa Muslim lainnya ketika menghadapi persoalan jutaan kaum Muslim Uighur yang tengah menjerit minta tolong dikarenakan tindakan bengis yang dilakukan pemerintah komunis China. Para penguasa tak hanya sekadar mengecam apalagi diam ketika diminta memberikan solusi untuk kaum Muslimin yang sedang tertindas.
Sayang, saat ini para tentara tidak kuasa berangkat untuk membebaskan kaum Muslim yang membutuhkan pertolongan. Terpecahnya kaum Musljm menjadi negara-negara nation-state telah nyata menghalangi dan menumpulkan kekuatan militer.
Inilah urgensi kehadiran Khalifah sebagai perisai umat. Khalifah Islamiyah akan mampu menjadi pelindung kaum Muslim. Khalifahlah yang akan memerintahkan para pasukan militernya untuk membebaskan kaum Muslim yang sedang tertindas. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Imam/Khalifah itu laksana perisai tempat orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Muslim)
Semoga kehadiran Khilafah ke tengah-tengah umat tidak lama lagi. Sehingga ia akan menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang dihadapi kaum Muslim yang mengalami penindasan diberbagai negeri. “Setelah itu akan terulang kembali periode Khilafah ‘ala minhaj nubuwwah.” (HR. Ahmad). Wallahu’alam.[]