Oleh: Elih Herlianti
Ibu Rumah Tangga
MuslimahTimes— Pendakwah Yusuf Mansur menilai Capres 01 Joko Widodo ( Jokowi) adalah sosok yang memberikan harapan sebagai kepala negara maupun pemimpin keluarga yang sukses. Ustaz YM, sapaannya, bercerita kisah Nabi Musa yang merupakan sosok pemimpin yang menghadirkan harapan. Musa, saat terpojok dikejar tentara Firaun, tampil tegar dan memberikan harapan.
“Apa kata Musa AS? Beliau dengan yakin menjawab, “Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku,” kata Ustaz YM mengutip surah asy-Syu’araa’ ayat ke-62. Hal itu disampaikan ketika berceramah dalam diskusi publik dan pembekalan relawan pemenangan 01 se-Jawa Barat di Hotel Papandayan, Bandung, Sabtu (2/3).(Merdeka.com)
Ustaz YM menilai Jokowi memiliki spirit kenabian yang layak ditiru. Dia juga mengajak masyarakat meneladani kebaikan pemimpin, tanpa terkecuali Jokowi.
“Jika beliau memiliki spirit Nabi Musa ikuti, jika beliau miliki spirit Nabi Adam ikuti, jika beliau miliki spirit Nabi Muhammad SAW ikuti,” katanya, yang juga berpesan agar bangsa Indonesia menghargai siapapun pemimpinnya, serta tak mudah menghujat dan menyematkan fitnah.
Ustaz YM juga bercerita sisi religius Jokowi berdasarkan pandangan pribadinya.
“Saya sudah sering sampaikan di banyak kesempatan, bagaimana Jokowi tetap menjaga salat dan puasa Senin-Kamis di tengah kesibukannya,” kata dia.
Pertanyaannya, cukupkah syarat untuk menjadi seorang pemimpin hanya karena dia dinilai mempunyai spirit kenabian dan hanya karena rajin melaksanakan ibadah mahdoh saja? Padahal Islam bukan hanya sekedar agama tapi juga sebuah ideologi yang sempurna. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, dari mulai aqidah, syari’ah, siyasah, shaksiyah sampai dakwah. Islam juga begitu rinci dalam mengatur urusan aqidah, math’umah, muamalah bahkan uqubat.
Maka dalam Islam, untuk menjadi seorang pemimpin hakekatnya harus memberi keteladanan. Seorang pemimpin harus memiliki karakter dan perilaku yang mencontohkan kebaikan. Perbuatan seorang pemimpin harus sesuai dengan apa yang telah diucapkan. Seorang pemimpin akan sangat sadar bahwa kepemimpinannya kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Keimanan dan ketakwaan tentunya harus tercermin dari kesholehan akhlak pada manusia terlebih kepada Allah, harus tampak pula pada setiap kebijakan-kebijakan yang diambilnya apalagi berkaitan dengan urusan rakyat.
Kesholehan pribadi tercermin dari ucapan dan perbuatan yang selaras serta kebijakan yang tentu saja tidak menyalahi syariat agama. Bukan sekedar kesholehah yang dipoles pencitraan semata.
Menjadi seorang pemimpin adalah tugas yang penuh tanggungjawab yang harus diemban oleh orang yang memiliki kemampuan.
Dalam Islam ada aturan atau syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi seorang pemimpin yaitu muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka, dan mampu.
Seorang pemimpin harus menjadikan Rosululloh SAW sebagai teladan dalam menjalankan tanggungjawabnya, karena begitu berat amanah yang dipikul seorang pemimpin.
Rasululloh SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya disisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil, sedangkan yang paling dibenci Allah dan sangat jauh dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.”(HR.Tirmidzi)
Maka jelaslah, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang bukan hanya dinilai mempunyai spirit kenabian tapi mempunyai visi misi yang bukan hanya untuk dunia tapi juga jauh ke negeri akhirat. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang mau menerapkan sistem yang datang dari Zat Yang Maha Sempurna dengan menerapkan seluruh hukum-hukum dan aturan-aturan yang datang dari Alquran dan As sunnah.
[Mnh]