Oleh : Tri Silvia
(Pemerhati Wanita dan Generasi)
MuslimahTimes-Tak ada habisnya kala kita bicara tentang masalah wanita. Kisahnya terhampar di seluruh penjuru negeri dengan berbagai sisi yang selalu menghiasi.
Banyak sekali motif yang melatarbelakangi munculnya kisah-kisah tersebut. Ada yang memang murni berdasarkan kisah asli dan tanpa rekayasa. Namun ada pula kisah yang ternyata tidak memiliki fakta sejarah, yang kisah itu sengaja dibuat masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati, atau justru untuk mengundang pengunjung ke wilayah tersebut. Anehnya, seperti magnet yang memiliki daya tarik, kisah tersebut pun selalu berhasil untuk memikat para turis asing.
Seperti halnya kisah-kisah perempuan yang menyebar di seantero jagat raya, Islam pun ternyata memiliki kisah istimewa tentang wanita. Namun, tak seperti kisah-kisah lain. Kisah wanita dalam Islam jarang menonjolkan sisi kewanitaan apalagi yang berhubungan dengan ‘fisik’. Berbeda dengan kisah wanita-wanita Barat yang hanya menonjolkan kecantikan fisik. Kisah-kisah wanita muslim justru bercerita tentang keberanian dan kepahlawanan, keimanan dan kehormatan, kegigihan dan kecerdasan.
Salah satunya adalah kisah seorang muslimah yang ternyata menjadi latar belakang dilakukannya pengusiran atas Bani Qoinuqo, salah satu suku Yahudi di Madinah. Tak ada pendeskripsian mengenai siapa atau bagaimana fisik dari wanita muslimah tersebut. Kisahnya hanya seputar kezaliman yang terjadi atasnya di sebuah Pasar Yahudi Bani Qainuqa, dan pembelaan seorang pemuda muslim yang akhirnya dihabisi oleh para pedagang yang ada di Pasar Yahudi tersebut. Tak lama setelah itu terjadi, Rasulullah yang mendengarnya pun menjadi murka dan segera mengirimkan pasukan untuk mengepung seluruh wilayah Bani Qoinuqo, yang mana hal tersebut berakhir dengan pengusiran atas mereka.
Sungguh mulia wanita di zaman tersebut. Kehormatannya begitu dijaga, tidak hanya oleh saudaranya sesama muslim, penjagaan tersebut langsung dilakukan oleh negara.
Berbeda dengan zaman sekarang. Penghormatan menjadi hal nomer satu yang dicari seorang wanita. Apapun yang bisa ia lakukan, maka ia akan lakukan untuk mendapatkannya. Termasuk mengorbankan kehormatan yang sebenarnya sudah ada dalam dirinya dan menjadi fitrah hidupnya.
Inilah yang diinginkan kaum kafir penjajah. Kaum muslimah dicekoki dengan pemahaman Barat terkait dengan kesetaraan gender. Bahwa wanita harus sejajar dengan laki-laki dalam berbagai hal, politik, karir, dan pendidikan. Mereka berpendapat, dengan kesetaraan tersebut maka kaum wanita akan mendapatkan kehormatannya. Padahal nyatanya tidak.
Kaum wanita sebenarnya telah memiliki kehormatannya tersendiri. Tugas sebagai ummun wa robbatul bait menjadi tugas mulianya untuk mengantarkan generasi-generasi terbaik menjadi pemimpin masa depan.
Islam begitu paham dengan hal tersebut. Alhasil, wanita ditempatkan di wilayah yang sangat terhormat. Berbagai aturan terkait wanita, Allah turunkan untuk menjaganya, mulai dari kewajiban menutup aurat, larangan mendekati zina, larangan berhias diri kecuali pada yang diperkenankan, pergaulan antara laki-laki dan wanita yang terpisah, dan lain sebagainya.
Berbagai aturan di atas tidak kemudian menjadikan aturan Islam mengekang hak-hak kaum perempuan untuk berekspresi dan menyalurkan kesenangannya. Justru kaum perempuan diperbolehkan untuk melakukan hal tersebut asalkan tidak melanggar hukum syara’ yang berlaku, termasuk dalam hal perpolitikan. Seorang muslimah diperbolehkan untuk berbicara masalah politik (dalam hal ini berarti mengurusi urusan umat), selama jabatan yang ia pegang bukanlah jabatan penguasa ataupun kepala negara.
Hal ini seperti yang dicontohkan pada masa pemerintahan Umar ra, yang mana pernah ada seorang wanita tua yang datang menghadap beliau untuk melakukan protes atas kebijakannya menentukan mahar seorang wanita. Hal tersebut diterima baik oleh Umar hingga beliau pun langsung merevisi kebijakan yang telah ditetapkan.
Begitulah Islam mengatur urusan wanita dan segala kebutuhannya. Sungguh kehormatan dan kemuliaan seorang wanita sangat dijunjung tinggi selama peradaban Islam berjaya. Berbeda dengan hari ini, yang katanya adalah masa kehormatan dan kedudukan wanita begitu dijunjung tinggi. Posisinya bahkan menyamai laki-laki, bahkan dianggap lebih tinggi dalam beberapa hal. Namun, apa yang dikatakan semua itu adalah kebohongan besar, yang dibuat dan direkayasa untuk menghancurkan martabat kaum wanita itu sendiri.
Kaum wanita yang dulunya senantiasa menyibukkan diri dengan menjadi ummun wa robbatul bait, kini rela melepaskan kewajibannya untuk berkarir mengejar harta dan kekayaan. Mereka rela memamerkan tubuh bahkan menjualnya hanya untuk mendapatkan uang yang tidak seberapa dibandingkan kehormatan yang ia miliki. Wanita yang dulunya dihormati kini justru jadi komoditi.
Lihatlah bagaimana kerusakan itu terjadi bahkan hingga sendi-sendi yang paling penting, yakni keluarga. Dan salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah pemikiran jahat kaum feminis.
Wallahu A’lam bis Shawab
[Fz]