Oleh. Ummu Ayyash (Bantul Yogyakarta)
Muslimahtimes – Pesawat kebanggaan Indonesia, Gatotkaca N250 tiba di Museum Pusat Dirgantara Mandala Lanud Adi Sucipto DIY pada Jumat, 21/8 pukul 05.00 WIB. Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Fajar Adriyanto mengatakan, Muspusdirla menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi pesawat yang digagas Presiden Indonesia ketiga, BJ Habibie itu.
Pesawat buatan anak negeri ini mulai dirancang pada Tahun 1987 dengan melibatkan 4.000 sarjana teknik. Gatotkaca N250 melakukan uji terbang perdana pada tanggal 10 Agustus 1995. Gemuruh tepuk tangan diiringi isak tangis kebahagiaan mengiringi pesawat yang mengangkasa. Presiden Soeharto yang memimpin langsung terbang perdana tersebut dari menara kendali mencium pipi Habibie, Direktur Utama IPTN sebanyak tiga kali. Hari bersejarah ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Teknologi Nasional (Harteknas).
Mulanya pesawat Gatotkaca N250 ini akan diproduksi di Bandung, Alabaman dan Stutgart. Akan tetapi rencana tersebut kandas karena aliran dana dari pemerintah dihentikan sejak Januari 1998 karena krisis ekonomi. Letter of Intent (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan IMF mensyaratkan penghentian proyek N250.
Kekecewaan atas dimuseumkannya pesawat Gatotkaca N250 muncul dari Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE). Apalagi penyerahan Gatotkaca N250 ke museum dilakukan berdekatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan dan Hari teknologi Nasional.
Ketua IABIE, Bimo Sasongko mengatakan pada hari kemerdekaan seharusnya pemerintah memberi pernyataan mendukung program ini dan membuat pesawat yang lebih baik, anak-anak muda dikirim ke luar negeri agar menguasai sains dan teknologi, bukan malah memuseumkan. “Ini seakan-akan kita disuruh setop, jangan-jangan ada pihak yang tidak suka dengan kehebatan bangsa ini, “ kata Bimo (Republika.co.id sabtu, 22/8).
//Mental Penikmat Bukan Pembuat//
Saat ini mental para pemuda di dunia Islam dibentuk untuk puas hanya sebagai pekerja atau penikmat industri. Tidak perlu bersusah payah, belajar dan bekerja keras, jatuh bangun melakukan penelitian tapi cukup langsung menikmati apa yang sudah ada. Jikalaupun ada pemuda-pemuda yang visioner seperti BJ Habibie, tapi mimpinya dikandaskan oleh dukungan dana dan kondisi politik negara yang kurang mendukung. Akhirnya tidak sedikit para ilmuwan dan cendekiawan-cendekiawan muda tersebut memilih mengabdikan ilmunya di negara-negara maju.
Hal ini akhirnya sedikit banyak berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di negeri-negeri Islam. Jika diukur berdasarkan pembuat teknologi atau industri canggih maka Indonesia masih kalah jauh dibanding Amerika, negara-negara Eropa seperti Jerman, Jepang dan lain-lain.
Jerman mampu menjadi negara maju dalam hal penemuan teknologi karena mereka selalu menanamkan pada rakyatnya mental tidak pernah puas atas capaian yang didapat. Mereka selalu haus terhadap hal-hal baru, terus berinovasi dan memperbarui hasil temuan sebelumnya. Ditambah dukungan dari pemerintah juga sangat besar. Pemerintah Jerman sangat mengapresiasi riset atau penelitian para ilmuwannya. Pemerintah sangat royal dan tidak pelit, seluruh biaya ditanggung penuh dan bila berhasil maka hasil penelitian akan dipatenkan dan sang penemu mendapat sejumlah royalti. Hal ini tidak kita jumpai di Indonesia, bahkan tidak sedikit kasus penemu yang harus berurusan dengan hukum hanya karena penemuannya dianggap tidak berizin. Sungguh ironis.
Bagaimanakah strategi yang seharusnya diemban oleh negara Islam (Khilafah) agar mampu terdepan dalam penguasaan sains dan teknologi?
//Strategi Membangun Penguasaan Sains dan Teknologi//
Strategi negara Islam (Khilafah) agar menguasai sains dan teknologi dibangun oleh tiga bidang utama yaitu :
1. Membangun sistem pendidikan yang visioner sejak dari level dasar, menengah sampai pendidikan tinggi dimana falsafah dan tradisi keilmuannya bersumber hanya dari akidah Islam sehingga lahir generasi berkualitas yang bermental pemimpin dan berintegritas Mukmin dengan berbagai keahlian dan bidang kepakaran.
2. Membangun sistem penelitian dan pengembangan (litbang), yaitu kemampuan riset/penelitian yang terintegrasi baik dari lembaga penelitian negara, departemen-departemen dari perguruan tinggi yang semua dikendalikan, didorong dan dibiayai penuh oleh negara.
3. Membangun sistem industri strategis yang dimiliki dan dikelola mandiri oleh negara serta berbasis pada kebutuhan militer mutakhir dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Kemandirian industri ini meliputi kemampuan untuk menguasai, mengendalikan dan menjamin keamanan pasokan aspek-aspek penting industri yaitu bahan baku, teknologi, tenaga ahli, rancang bangun, finansial, kemampuan untuk membentuk mata rantai industri yang lengkap serta kebijakan (dikutip dari Muslimah.news.id, Fika Komara, Bagaimana Khilafah menjadi Negara Pertama dalam Sains dan Teknologi).
Jika ketiga hal ini telah dilakukan maka akan menjawab permasalahan ketergantungan umat pada negara-negara barat. Strategi politik yang dilakukan oleh Barat untuk mencengkeram negeri-negeri Islam akan bisa dihadapi oleh kaum muslimin dengan kekuatan ideologi Islam. Tentu saja hal ini membutuhkan satu institusi paripurna yang akan menjalankan visi agung tersebut dalam semua aspek kehidupan yaitu Daulah Khilafah Islam.