Oleh : Shalma Shakila
Muslimahtimes – Apakah Anda pernah melihat tayangan, film, atau drama yang menceritakan ada seorang wanita di masa modern yang menggunakan mesin waktu atau seolah-olah bermimpi, dan mungkin masuk ke aplikasi game yang cerita latarnya di masa lalu? Jika pernah, maka kalau dicermati perempuan tersebut akan tergambar sebagai sosok yang menonjol dan berbeda. Perempuan itu akan digambarkan sebagai seorang yang mandiri secara pribadi dan finansial, punya prinsip yang dipegang kuat. Sosok ini berbeda dengan perempuan pada umumnya. Perempuan di masa lalu digambarkan seperti terjajah, seolah-olah seperti makhluk kelas kedua setelah laki-laki. Profesi yang dijalani perempuan masa lalu selain pedagang kecil-kecilan biasanya hanya jadi wanita penghibur.
Diceritakan pula ada beberapa perempuan-perempuan dari kalangan bangsawan. Biasanya tokoh perempuan dari masa modern akan dimasukkan golongan bangsawan ini. Karena dia termasuk golongan bangsawan, tokoh perempuan ini kemudian punya akses langsung memberikan pendapat pada Kaisar. Amazing bukan? Seseorang yang punya akses langsung dengan kaisar, kadang-kadang walau dia hanya pelayan teh, atau koki masak. Kaisar mau mendengarkan pendapatnya. Ya, namanya juga cerita.
Walaupun dalam beberapa hal perempuan-perempuan dari golongan bangsawan ini digambarkan sebagai sosok yang lebih baik di banding perempuan yang bukan dari golongan bangsawan. Tapi kehidupan mereka digambarkan tertekan dan tidak punya kebebasan. Pendapat partiarki lebih dihargai dari pada pendapat perempuan. Jika salah bicara maka hukuman mati pun menjadi konsekuensi yang harus diterima.
Dalam cerita ini pun digambarkan tokoh perempuan yang punya akses komunikasi pada Kaisar ini bisa ikut memutuskan keputusan yang terkait dengan perang, berpartisipasi dengan kaisar dalam negosiasi atau bahkan ikut serta sebagai pengambil keputusan dalam perkara-perkara penting tentang negara. Tokoh perempuan ini juga punya peran dalam menentukan hukum yang diberlakukan dalam pengadilan negara untuk mengatasi kejahatan.
Biasanya kemudian cerita dibumbui tentang keberadaan Kaisar yang punya banyak selir yang terabaikan. Atau para pangeran yang punya banyak istri yang tidak dicintai dan cenderung diabaikan. Si tokoh utama perempuan ini akan mengarahkan tokoh-tokoh di masa lalu itu untuk memperjuangkan cinta sejati. We will see. Namanya juga cerita. Ya begitulah bumbunya.
====
Bagi yang memahami ide kesetaraan gender akan menyadari bahwa dalam cerita serial drama-drama itu bertabur ide kesetaraan gender. Gambaran perempuan yang posisi penting serta bisa berpartisipasi penuh dalam pembangunan. Tidak hanya dari sisi pendidikan (kecerdasan), tapi juga dalam hal parsipasi kerja. Dengan bekerja perempuan bisa menghasilkan pundi-pundi uang dan bisa terentaskan dari kemiskinan. Sehingga tergambarlah sebagai perempuan yang mandiri diantaranya adalah mandiri secara finansial.
Perempuan digambarkan sebagai sosok yang harus kreatif, mandiri, punya kesetaraan akses pekerjaan, kelayakan lingkungan, promosi kerja dengan laki-laki. Termasuk mendapat akses promosi kemandirian dan hak-hak ekonomi termasuk kesetaraan akses pekerjaan, harmonisasi tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga bagi perempuan dan laki-laki. Perberdayaan perempuan melalui partisipasi kerja dianggap akan menyetarakan kehadiran perempuan di dunia kerja hingga perempuan keluar dari jerat kemiskinan.
Perempuan pun digambarkan harus punya pengaruh terkait pendapat yang terkait dengan perang, negosiasi negara bahkan penentuan hukum-hukum dalam pengadilan negara.
Selain itu, perempuan juga digambarkan yang bisa menentukan aktivitas seksualnya. Bisa menikah dengan siapa dan kapanpun. Kebebasan terletak pada si perempuan. Perempuan pun punya kebebasan dalam menentukan kapan punya anak dan tidak. Termasuk menjaga harmonisasi pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Perempuan ini pun digambarkan sebagai seseorang yang akan melawan jika ada kekerasan seksual pada dirinya dan tokoh-tokoh perempuan dalam cerita.
Ide-ide kesetaraan gender ini ibarat madu tapi sesungguhnya adalah racun. Persoalan perempuan menjadi seolah-olah terpisah dengan masalah yang lain. Ide kesetaraan gender yang telah diterapkan 25 tahun membuat kondisi perempuan semakin terpuruk. Kemandirian ekonomi yang dimaksud malah memaksa perempuan-perempuan harus keluar dari rumah. Harus meninggalkan fungsi utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Bahkan tak sedikit perempuan-perempuan yanh terpaksa pergi ke negeri yang jauh. Mereka kehilangan wali yang berfungsi untuk melindungi para perempuan baik penjagaan kehormatan juga dalam hal jaminan ekonomi.
Kondisi perempuan tambah carut-marut dengn adanya tuntutan kesetaraan gender. Ibarat kaki jadi kepala, kepala jadi kaki persoalan perempuan kian bertambah banyak. Bagaimanapun persoalan yang menimpa perempuan tidak bisa dipisahkan sebagai masalah perempuan sendiri dan laki-laki sendiri. Masalah-masalah itu terjadi sebagai akibat dari aturan hukum yang diterapkan berdasarkan ideologi yang dipilih sebagai dasarnya.
Solusi atas persoalan perempuan dan masalah-masalah yang lain harus dengan aturan umum yang shohih dan benar yaitu ideologi Islam yang datang dari Allah, yang menciptakan manusia. Allah yang Maha Mengetahui mana yang baik dan benar untuk mahluk yang diciptakan-Nya.
Islam sendiri menolak nilai-nilai materialisme. Islam tidak memandang perempuan itu bernilai jika ia bisa menghasilkan pundi-pundi uang atau tidak. Wanita dipandang berharga ketika ia menjaga kehormatannya sebagai muslimah. Sementara untuk aktivitas bekerja boleh-boleh saja, tidak lantas menjadi standar menilai wanita itu bernilai tinggi atau tidak.
Islam memberdayakan perempuan dengan memberinya sebuah peran mulia dalam kehidupan yang sesuai fitrah perempuan yaitu sebagai ibu. Ketentuan ini memuliakan dan menghargai sifat yang secara fitrah dimiliki perempuan dalam mengatur fungsi gendernya di dalam kehidupan keluarga, masyakat dan negara. Sama sekali bukan mengabaikan perempuan.
Islam menetapkan status bergengsi sebagai ibu, dan memandangnya sebagai tugas besar dan terhormat. Bukankah surga itu di bawah telapak kaki ibu?
Jadi permasalahan terkait perempuan sesungguhnya tak pernah berdiri sendiri. Jadi masih percaya ide kesetaraan gender? Sudah terbuka topeng aslinya kalau hanya berisi racun. Udah, Islam saja dijamin wanita akan mulia. Masya Allah.
Wallahu a’lam Bisshowab.