Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Penulis Buku “Menikah Rasa Jannah”)
Muslimahtimes– Semua umat Islam tentu sepakat bahwasannya Ramadan merupakan bulan yang istimewa di antara bulan-bulan lainnya. Berbagai keutamaan tersaji di dalamnya. Siangnya dan malamnya sama-sama bertabur pahala. Setiap amal salih yang kita lakukan di sepanjang bulan tersebut, pahalanya dilipatgandakan. Tentu saja setiap muslim yang beriman tak ingin melewatkan obral pahala tersebut.
Benarkah adanya, jika dikatakan bahwa Ramadan membawa banyak keberkahan. Tak hanya soal ibadah mahdah yang dihujani limpahan pahala, namun juga berbagai perbuatan baik lainnya yang mungkin sering terabaikan karena dianggap hanya perkara duniawi. Misalnya saja soal membangun romantisme dalam pernikahan. Banyak orang yang mengabaikannya, menganggap romantisme hanya milik pasangan pengantin baru. Padahal romantisme merupakan salah satu kunci keharmonisan dalam pernikahan. Dan perlu dipahami bahwa sejatinya romantis tak melulu soal puitis namun maknanya begitu luas.
Tak dipungkiri, begitu banyak pernikahan yang layu dimakan usia. Ibarat rumah sudah koyak di sana-sini, butuh renovasi. Dengan demikian tak ada salahnya jika kita menjadikan Ramadan bulan nan penuh berkah ini sebagai momentum untuk merenovasi bangunan pernikahan. Bagaimana caranya?
Pertama, menghidupkan Ramadan dengan pelayanan terbaik kepada pasangan. Bagi seorang istri, Ramadan adalah momentum ‘merebut’ hati suami, di antaranya dengan menyiapkan makanan untuk dirinya sahur dan berbuka. Meski bukan menu yang mahal, namun jika diracik oleh tangan istri, pasti akan terasa istimewa di lidah, apalagi hati suami. Romantis bukan?
Tak hanya itu, nilai ruhiyah pun akan terwujud di dalamnya. Bukankah ada pahala yang sangat besar bagi seseorang yang menyiapkan makanan bagi orang yang berpuasa?
Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibn Majah)
Kedua, merajut kebersamaan berkualitas dengan pasangan. Misalnya membersamai istri tilawah Al-Qur’an sambil mentadaburi maknanya. Selain dapat mengeratkan hubungan, tentu saja dapat lebih semangat dalam mencapai target khatam Al-Qur’an selama Ramadan.
Selain itu, bisa juga salat Tarawih berjamaah di rumah, atau berangkat bersama-sama untuk salat tarawih di masjid. Lagi-lagi romantisme akan tercipta di sana.
Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhn (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Ketiga, saling bermuhasabah dan meminta maaf. Ramadan menjadi momentum tepat bagi kita dan pasangan untuk saling memuhasabahi. Saat di bulan biasanya lidah kita terasa kelu untuk mengungkapkan semua rasa yang mengganjal dada, maka bulan Ramadan saatnya memberanikan diri mengungkapkannya. Bukankah Ramadan adalah bulan dibukanya pintu-pintu ampunan?
Ketika semua rasa sudah terluapkan, yakinlah akan ada kelegaan yang menelusup di jiwa. Apalagi jika sudah sama-sama memohon ampunan kepada Allah atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Yakinlah setelah itu, hubungan pernikahan akan terasa semakin manis.
Jadi, jangan sia-siakan Ramadan kita dengan banyak rebahan, manfaatkan hari-hari istimewa di bulan Ramadan ini dengan menjadikannya momentum untuk merenovasi bangunan pernikahan kita. Di hari raya, diharapkan bangunan pernikahan kita yang hampir roboh akan kembali kokoh, indah, dan bersemi kebahagiaan di dalamnya.
Sejatinya pernikahan bagi seorang muslim adalah lembaga suci untuk membangun peradaban Islam nan gemilang. Maka kokohnya bangunan pernikahan akan menentukan kepribadian generasi masa depan yang terlahir darinya. Dari situ pula lah menentukan wajah peradaban di masa depan. Maka, teruslah mengevaluasi dan teruslah merenovasi agar bangunan pernikahan kita tegak sempurna di atas pondasi akidah Islam. Insyaallah.