Oleh. Rifka Fauziah Arman, A.Md.Farm
MuslimahTimes.com – Umat Islam tidak pernah selesai dengan framing negatif. Mirisnya, framing negatif datang dari saudara sendiri hingga mengakibatkan islamofobia. Framing ini begitu gencar dilakukan di berbagai penjuru dunia, tidak ketinggalan Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim.
Gencarnya framing negatif terhadap Islam ini semakin terasa setelah Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap tiga terduga teroris di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021). Ketiga orang yang ditangkap itu diketahui berinisial AA, AZ dan FAO. Salah satu dari ketiga terduga itu merupakan Ketua Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia). Akibat penangkapan ini berbuntut gencarnya hastag “Bubarkan MUI” di hampir seluruh media sosial.
Selain sebagai kota yang menjadi langganan kasus terorisme, Bekasi juga menjadi tempat penyebaran moderasi beragama. Hal ini dikuatkan dengan fakta adanya pesantren yang mendukung penyebaran ide ini. Pesantren ini menjunjung tinggi toleransi dengan membuat agenda bersama penganut agama lain. Pesantren ini juga memiliki tagline “love all, serve all” yang memodifikasi salaf (tradisional) dan khalaf (modern) dalam pelayanan, sehingga para santri tidak akan pandang bulu dalam melayani sesama dan menghargai keberagaman dari agama lain (13/11/2021).
Tak hanya itu, pemerintah kota Bekasi juga melakukan pertemuan lintas agama pemuda millenial di kota Bekasi yang diadakan oleh FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Tujuannya adalah ingin mewujudkan kerukunan beragama dengan menanaman nilai-nilai toleransi hingga dapat mempengaruhi kondisi wilayah agar pembangunan tidak terhambat (14/10/2021).
Serangkaian fakta dan kegiatan di Bekasi nampaknya seiring dengan arus moderasi Islam yang digencarkan pemerintah melalui kementerian agama. Dalam acara AICIS (Annual International Conference on Islamic Studies) 2021 pemerintah menginginkan fikih-fikih yang ada disesuaikan dengan situasi dan wilayah tertentu dan tidak mengikuti fikih dari luar negara. Sehingga pemerintah membuat program “reaktualisasi fikih” untuk mendukung program ini. (25/10/2021)
Semua fakta ini upaya nyata dari pemerintah dalam menerapkan moderasi beragama di Bekasi hingga menjadi alat diplomasi Indonesia ke dunia Islam maupun global. Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) bekerja sama dalam memperkenalkan moderasi agama hingga ke masyarakat dunia. Kemenlu pun mendukung program Kemenag tentang “Pekan Moderasi Beragama”. (22/02/2021)
Tahun 2021 menjadi tahun kepastian siapa dalang di balik moderasi agama dan semua peristiwa ini. Moderasi beragama ini ternyata didukung oleh Kemenlu AS yang menginginkan Indonesia menjadi negata yang moderat dalam beragama agar menumpas terorisme. Tak hanya itu, di dunia Internasional seperti Arab Saudi pun mulai melakukan hal yang sama. Moderasi beragama ini digencarkan oleh seorang tokoh politik berinisial “MBS” dengan memberikan kebebasan kepada perempuan dalam melakukan banyak hal dalam topeng “Hak Asasi Manusia” demi mendukung programnya. Oleh sebab itu, Arab Saudi sangat didukung dari berbagai kalangan terutama negeri asing karena mempermudah mereka dalam berbisnis dan melakukan berbagai macam hal dari kebiasaan “Orang Arab” sejak dahulu. (26/02/2021)
Tak ketinggalan Indonesia juga gencar dalam mendukung moderasi beragama yang didukung oleh presiden dan terinspirasi dari dua organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan NU (Nahdhatul Ulama) dan juga ormas-ormas lainnya. Mereka ingin membumikan moderasi, modal ideologis, kultural, dan sosial yang telah dilakukan oleh ormas-ormas tersebut sehingga menghasilkan lingkungan sosial yang harmonis dan toleran.
Berbagai ideologi internasional dan global yang datang dari penjuru dunia dinilai mampu membuat dunia harmoni dan toleransi, sehingga mampu membangun peradaban dunia yang baru dengan moderasi beragama. Inilah bentuk dukungan Indonesia terhadap program yang dilakukan Arab Saudi.
Moderasi beragama adalah salah satu strategi dalam menghadang dakwah Islam kaffah. Membendung gelombang kebangkitan di tengah-tengah umat yang tak bisa disepelekan keberadaannya. Moderasi beragama ini juga akan menghapuskan nilai-nilai syariat yang telah ada, padahal syariat Islam sampai kini bukanlah suatu yang menghambat dan tidak akan bisa terhapuskan. Sebab syariat Islam datangnya dari Sang Khaliq. Sungguh manusia-manusia rakus akan kekuasaan sudah tertutup hati dan pikirannya dengan keberadaan dan kekuasaan Allah. Sebab sekuler-kapitalis menjadi tuhan mereka. Naudzubillahimindzaalik.
Semoga kita bisa menghapuskan seluruh ide-ide yang ingin menghambat bangkitnya umat Islam, menghambat tegaknya syariat Islam di muka bumi ini, entah dengan tangan kita sebagai penulis atau dengan tenaga kita dalam mengetuk pintu ke pintu dalam menyadarkan umat akan urgensi kemerosotan umat muslim saat ini.