Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd
Muslimahtimes.com — “Allahu akbar! “, pekikan takbir Muskan Khan bukan hanya menggema di halaman kampusnya. Takbirnya menggema di seluruh dunia.
Sebuah video berdurasi pendek viral di media sosial. Video itu menujukkan seorang mahasiswi yang tanpa takut ataupun malu mendekati gerombolan pria Hindu ekstrimis yang sedang melakukan demo agar hijab dilarang di kampus. Muskan Khan bertakbir sambil berjalan ke arah kampus untuk mengumpulkan tugas.
Aksi perundungan karena memakai hijab tak hanya terjadi pada Muskan Khan. Video viral lainnya menunjukkan beberapa muslimah berhijab dibanjur air solokan oleh beberapa pria sambil tertawa. Astagfirullah.
Pelarangan Hijab di India
Dilansir dari kompas.com, pada Selasa (15/2/2022), siswa perempuan Muslim yang mengenakan jilbab dilarang memasuki sekolah dan perguruan tinggi di seluruh negara bagian Karnataka. Kini, larangan hijab merembet ke daerah lain di India.
Republika.com memberitakan sekelompok anak muda meminta perguruan tinggi untuk melarang hijab di lingkungan kampus. Mereka menyerahkan memorandum kepada pihak universitas agar melarang hijab seutuhnya di lingkungan kampus. Massa mengalungkan safron, selendang yang biasa dipakai umat Hindu India.
Bukan pertama kali diskriminasi dialami oleh muslim dan muslimah di India. Beberapa waktu yang lalu bahkan ada seruan untuk pembantaian kaum muslim India untuk menjadikannya negara Hindu.
Kebencian pada Islam
Diakui atau tidak, penyerangan kepada muslim dan muslimah di India semakin banyak sejak Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) naik tampuk kekuasaan dengan Narendra modi sebagai perdana menterinya. Partai dengan karakter yang benci pada islam, begitupun dengan sang perdana menteri.
Salah satu kebijakan Modi yang diskriminatif adalah kebijakan pencabutan status otonomi khusus Kashmir yang dikelola India pada 2019 dan amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan, yaitu memberikan kewarganegaraan kepada penganut agama minoritas, tetapi tidak untuk umat Islam.
Memang BJP bukan satu-satunya partai yang benci akan islam dan muslim, tapi fakta di lapangan mengungkapkan diskriminasi, penganiayaan bahkan pelecehan kepada muslimah jadi lebih banyak terjadi. Pemerintah seolah membiarkan ini terjadi. Bahkan pelarangan hijab di kampus pun dengan cepat disetujui oleh pemerintah.
Fakta ini menuai kecaman dari negara lain juga organisasi internasional, salah satunya OKI. Organisasi Kerja sama negara Islam melalui Sekertaris Jenderalnya, Hissein Ibrahim Taha mendesak India menjamin keamanan dan kesejahteraan komunitas Muslim, serta meminta komunitas internasional terutama PBB menindak kasus ini.
Hal ini justru ditanggapi sinis oleh Narendra Modi dengan menuduh OKI “dibajak” kepentingan golongannya sehingga melakukan propaganda jahat pada India. (Cnnindonesia.com, 16/2/2022)
Sejarah Kebencian yang Panjang
Ada sejarah panjang sehingga kebencian pada muslim begitu mengakar di India. Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara menyatakan bahwa kemilau warisan kekuasaan Khilafah Islam di anak benua India sampai hari ini sangat ditakuti kaum Hindu radikal. (Al-waie.id, 3/2/2021)
Dilansir dari laman mediaumat.id (1/1/2022), Pengamat Hubungan Internasional, Budi Mulyana pun menyatakan bahwa konflik agama di India sebagai konflik lama.Menurutnya, dari dulu Inggris ketika berusaha mengambil alih wilayah India dari Kesultanan Mughal menggunakan strategi penguatan komunitas Hindu. Inggris menggunakan sentimen keagamaan untuk menggerogoti kekuasaan Islam di India dan akhirnya Inggris berhasil menjajah India.
Sampai akhirnya Inggris hengkang dari India tahun 1947, Inggris pun membagi wilayah India ini menjadi dua wilayah berdasarkan etnis keagamaan yakni India yang mayoritas Hindu dan yang Muslim di Pakistan. Dulu masih bergabung ada Pakistan Barat dan Pakistan Timur yang sekarang menjadi Bangladesh.
Islamofobia Biang Keroknya
Islamofobialah yang menjadi alasan mengapa kini diskriminasi, penganiayaan, pelecehan hingga pembunuhan muslim kian marak di India. Padahal india adalah salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.
Tanpa bukti, para ekstrimis Hindu menuduh muslim akan membunuh mereka. Sehingga tak ada pilihan bagi mereka untuk duluan menyerang muslim daripada mereka yang terbunuh oleh muslim. Anehnya, isu ngawur ini tidak dikroscek. Maka, hasilnya mereka bertindak kasar pada muslim dan muslimah tanpa merasa salah.
Inilah bukti bahwa demokrasi justru menumbuh suburkan rasisme dan islamofobia. Ini terjadi karena iklim sekularisme dan kapitalisme memeliharanya. Padahal, apa salah dan dosa muslim dan muslimah di sana? Mereka diperlakukan seperti itu hanya karena mereka beragama Islam.
“Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu, hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji.” (QS Al-Buruj: 8).
Konsep kebebasan yang senantiasa digaungkan terbongkar dualismenya. Bebas berpendapat, bebas berekspresi tak berlaku bagi muslim. Omong kosong hak asasi manusia yang begitu dielukan. Label radikalis dan fundamentalis yang akan mereka berikan pada muslim jika taat pada syariat Allah. Bahkan, tak segan melabeli teroris.
Di sisi lain pakaian seksi dengan perut, dada, punggung yang terbuka tak jadi soal karena kebebasan berpakaian. Penghinaan pada islam dan Rasul dibiarkan dengan alasan kebebasan berpendapat. Miris bukan?
Perlindungan Perempuan dalam Islam
Islam sebagai sistem kehidupan mempunyai pandangan khas tentang perlindungan perempuan. Dalam Islam perlindungan perempuan ditempatkan pada tingkat melindungi kehidupan itu sendiri. Al-Qur’an mendefinisikan ucapan bahkan satu kata fitnah terhadap reputasi seorang wanita suci sebagai kejahatan berat yang pantas mendapatkan hukuman berat.
Sejarah mencatat bahwa Nabi SAW mengusir seluruh suku Yahudi Bani Qaynuqa dari Negara Islam di Madinah karena pelecehan Bani Qaynuqa terhadap seorang wanita Muslim lajang.
Lain kisah, Khalifah abad ke-8, al-Walid bin Abdul Malik mengerahkan pasukan yang tangguh, dipimpin oleh jenderal besar Muslim Muhammad ibn Qasim, untuk menyelamatkan sekelompok wanita dan anak-anak Muslim yang dipenjarakan oleh Raja Hindu India yang menindas, Raja Dahir, dan dibawa Sind di bawah kekuasaan Islam dalam prosesnya dan membebaskannya dari pemerintahan diktator Hindu.
Kini, kisah pilu yang kita saksikan adalah bukti bahwa kita butuh akan junnah. Perisai yang akan melindungi iman, kehormatan, dan nyawa setiap muslim di seluruh dunia. Perisai yang akan selalu ada menjadi garda terdepan dalam melindungi kaum muslim.
Solusi bagi permasalahan di india ini bukan hanya dicukupkan dengan kecaman. Tapi menegakkan kembali Islam sebagai sistem kehidupan. Allahu Akbar!