Oleh. Ummu Nazry
(Pemerhati Kebijakan Publik)
Muslimahtimes.com–Palestina kembali membara. Setelah tentara Israel menyerang Masjidil Aqsa dan menewaskan warga Palestina di bulan Ramadan ini. Hampir setiap hari terjadi korban nyawa (pembunuhan) terhadap penduduk Palestina oleh tentara Israel. Namun, suara untuk membela rakyat Palestina hampir tidak terdengar. Apalagi dunia saat ini sedang perhatian penuh terhadap perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Masalah Palestina semakin tenggelam, tak terdengar. Kekejian tentara Israel semakin tertutupi. Karenanya jangankan hadir pembelaan terhadap rakyat Palestina, mencari tahu kabarnya pun tidak, sebab sudah terpekakan oleh bising suara perang Rusia -Ukraina.
Di tengah aksi sadisnya dalam membunuhi warga Palestina, Israel masih sempat mengambil sikap mengutuk keras kejahatan perang di Ukraina. Padahal Israel pun adalah penjahat perang yang membunuhi warga sipil Palestina. Israel tengah mengambil peran maling teriak maling.
Menyedihkan. Namun, seperti itulah fakta yang menimpa kaum muslimin di mana pun mereka berada saat ini, menjadi bulan-bulanan orang-orang kafir. Sumber daya alamnya dikeruk habis, orang-orangnya dibunuhi. Jikapun tidak mampu membunuhi, mereka akan mengambil opsi untuk memperbudak kaum muslimin sehina-hinanya dengan menjadi pelayan kepentingan Barat.
Mengenaskan, sebab tidak ada satu pun pemimpin dari negeri-negeri kaum muslimin yang menyadari hal ini. Mereka disibukan dengan batas teritorial wilayah regional mereka, sebagai hasil dari adopsi paham nasionalisme, yang menjadi penghalang mereka untuk membantu saudaranya yang tertindas dan terintimidasi.
Kemampuannya, saat ini hanyalah melakukan kecaman dan kutukan tanpa aksi nyata untuk membantu saudaranya yang tertindas. Sungguh kaum muslimin telah dibutakan oleh dunia. Kaum muslimin terkena penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Sebuah penyakit mematikan yang semakin tumbuh subur dalam media sistem sekularisme.
Berharap pada negara-negara Barat hingga ke lembaga internasional sekelas PBB, agar masalah pendudukan Israel atas tanah Palestina selesai, sesungguhnya tidak akan pernah terealisasi. Yang terjadi adalah Palestina terhapus dari peta dunia dan digantikan dengan negara Israel. Mirisnya, negeri-negeri muslim lainnya hanya berdiam diri melihat kenyataan pahit tersebut.
Padahal tanah Palestina adalah tanah milik kaum muslimin yang telah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Statusnya sebagai tanah Kharaziyah akan senantiasa melekat padanya hingga hari kiamat nanti. Karenanya tidak patut kita menyerahkan dan memberikan tanah tersebut pada Israel laknatullah.
Namun apa daya, sejak kekhilafahan runtuh, umat Islam tidak lagi memiliki junnah/pelindung. Sehingga kaum kafir Barat penjajah dengan sangat leluasa masuk dan merampas tanah-tanah milik kaum muslimin dengan sangat leluasa dan sangat bebas.
Kaum muslimin berusaha mempertahankan miliknya dengan kekuatan yang nyaris tidak ada, sebab kekuatan tersebut dipikul oleh individu- individu yang lemah, yang harus menghadapi kekuatan besar yang terorganisasi sekelas negara penjajah. Alhasil, kaum muslimin banyak yang terusir dari tanah miliknya. Kaum muslimin berjalan tak tentu arah pergi mengungsi yang tidak tahu kemana arah kaki melangkah. Sebab, bahkan saudaranya pun sesama kaum muslimin tidak mau menerima kedatangan dan kehadiran mereka. Jikapun mereka bertahan ditanah yang dirampasnya, maka nyawa menjadi taruhannya, seperti yang dialami oleh warga Palestina. Padahal warga Palestina tidaklah semuanya muslim, ada pula Nasrani di sana. Namun, mereka pun bernasib sama saat harus menghadapi Israel. Nasib warga Palestina terancam aksi genosida terorganisasi melalui tangan Israel.
Padahal sejatinya kekuatan Israel adalah kekuatan kecil jika tidak dibacking oleh negara besar adidaya, Amerika serikat. Sehingga dengan politik kawasan yang diterapkannya, Amerika sengaja memelihara konflik yang terjadi di Palestina, untuk mengalihkan perhatian dunia dari aksi busuknya mengeruk kekayaan di negeri-negeri kaum muslimin di kawasan timur tengah. Ibarat musang berbulu domba, Amerika menjalankan aksi dengan menggunakan tangan para agennya yang duduk di kursi pemerintahan untuk memuluskan aksinya.
Karenanya, apapun imbauan yang diserukan oleh lembaga internasional sekelas PBB yang berada dalam dikte Amerika, hanyalah himbauan penuh dengan kamuflase dan tidak dapat dipercaya. Sebab mereka hanya berpura -pura saja dalam menunjukan empati terhadap Krisis di Palestina, terhadap konflik yang terjadi antara Israel-Palestina. Bukan sebenar-benarnya upaya untuk mengakhiri konflik. Hal yang berbeda mereka tunjukan terhadap perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, mereka bersungguh-sungguh untuk meredam dan mengakhirinya. Inilah standar ganda yang diterapkan Barat atas dunia Islam dan kaum muslimin.
Maka, kaum muslimin sudah tidak perlu lagi berharap pada bantuan dan simpati dunia internasional atas nasib yang menimpanya. Kaum muslimin harus kembali kepada jati dirinya sebagai muslim, dalam rangka mengambil solusi atas negeri Palestina yang hari ini tanahnya hampir 80 % dikuasai Israel.
Kaum muslimin harus segera mengadakan dan membaiat seorang junnah, yaitu seorang Khalifah. Sebab hanya Khalifah saja yang akan bisa membebaskan tanah Palestina dari pendudukan Israel. Dan menghukum orang-orang yang berbuat zalim.
Sekali lagi kaum muslimin jangan pernah mengharapkan bantuan dari dunia Barat, sebab bantuan yang mereka berikan tidak pernah gratis apalagi diberikan secara cuma-cuma. Semua ada hitungannya. Dan hitungan yang dipakai adalah hitungan ala sekuler kapitalistik yang memiliki sifat dan perilaku seperti lintah darat. Karenanya, cukuplah menjadi pelajaran bagi kita, atas setiap kekecewaan yang kita tuai dari mengharapkan bantuan dari negara-negara kafir penjajah (dunia internasional). Bahwa mereka tidak pernah bersungguh-sungguh dan tidak pernah ikhlas dalam membantu, selalu ada hal yang harus dijadikan tumbal atas datangnya bantuan tersebut. Sebab Barat memiliki prinsip tidak ada makan siang gratis. Jika mau dibantu, maka harus mampu membayar bantuan tersebut dengan harga yang setimpal. Dan harga yang setimpal dalam pandangan mereka adalah hilangnya harga diri kaum muslimin.
Maka, berharap konflik Palestina -Israel selesai dalam kondisi kekuasaan dunia dikendalikan oleh negara adidaya penjajah, bagaikan pepatah, bagaikan punguk merindukan bulan. Tidak akan pernah terealisasi. Maka, solusinya adalah dengan kembali kepada seruan Allah Swt dan Rasul-Nya saja, dengan dakwah dan jihad dalam satu komando di bawah pimpinan seorang Khalifah saja. Niscaya konflik Israel-Palestina akan bisa diselesaikan dengan tuntas, tanpa menzalimi siapa pun. Sebab seruan Allah Swt dan Rasul-Nya adalah pasti sangat manusiawi dan sangat adil untuk semua manusia.
Wallahualam