Oleh. Eneng Sarah, S.Pd
( Guru & Aktivis Dakwah)
Muslimahtimes.com–Lebaran menjadi momentum merajut kembali tali silahturahim, terlebih bagi mereka yang merantau jauh dari kampung halaman, sehingga tradisi mudik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di beberapa negara Asia khususnya Indonesia. Pemandangan ini menjadi hal yang rutin di setiap tahunnya, sehingga tentu pemerintah sangat perlu mempersiapkan segala hal dalam menghadapi gelombang mudik ini, sebagai bentuk dari kepedulian pemerintah dalam menjamin keselamatan warga negaranya. Beberapa hal sudah dilakukan seperti; menyiagakan aparat keamanan di pos-pos yang sudah di tentukan, mengatur mekanisme jalan agar menghindari kemacetan, bahkan menyediakan mudik gratis.
Sayangnya di balik segala upaya yang diperlihatkan itu tak seindah realita yang dirasakan masyarakat ketika mudik seperti ; tiket pesawat yang mahal dan selalu naik bahkan hingga 2 kali lipat di momen mudik lebaran. Belum lagi jika ingin mengurangi kemacetan dengan melewati tol, ternyata tarif tol lumayan menguras kantong para pemudik. Ditambah lagi infrastruktur beberapa jalanan yang rusak dan mengacam nyawa para pemudik. Seperti kecelakaan yang terjadi di ruas tol Cipali KM 153 wilayah Kertajati, Majalengka pada Selasa (25/4/2023) siang, yang menyebabkan tiga korban meninggal dunia, dua diantaranya diketahui merupakan seorang balita. Dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di KM 153 di jalur arah Jakarta, polisi menyebut mobil berpenumpang 12 orang itu sempat menghindari lubang di bahu jalan sebelum kecelakaan. Jalan berlubang yang menyebabkan kecelakaan bukan terjadi kali ini saja, di beberapa tempat juga sering kali terjadi baik mobil ataupun motor, baik memakan korban nyawa atau tidak.
Kecelakaan disebabkan jalan berlubang ini sungguh memilukan apalagi hingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Mungkin sebab inilah, ada seorang pemimpin yang begitu gelisah hanya karena mengkhawatirkan jika ada satu jalan saja yang berlubang, meskipun hanya dilalui seekor keledai. Dialah Umar bin Khattab, sahabat nabi sekaligus khalifah ke dua setelah wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi was salam. Dialah generasi terbaik hasil didikan sang Rasul, pemimpin yang dilahirkan dari peradaban Islam. Pemimpin yang karakter kepemimpinan nya sulit sekali kita temui terlebih pada sistem pemerintahan hari ini.
Khalifah Umar bin Khattab pernah bertutur, “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan jalan untuknya?”. Hal ini mencerminkan begitu pedulinya seorang pemimpin terhadap kondisi rakyatnya meskipun hanya seekor binatang, sebab binatang itu berada di bawah wilayah kekuasaannya, seorang Umar yang perkasa begitu takut ditanya Rabbnya tentang pertanggungjawabannya dalam memimpin.
Apa yang membedakan Umar bin Khattab dengan para pemimpin hari ini ? Ada prinsip yang tertanam di hati Umar sebab bagian dari pancaran Akidah Islam, sebuah prinsip kepemimpinan yang dapat digambarkan dengan satu kalimat berikut; “Apa yang kelak kau katakan kepada Rabb-mu ?”Waktu itu Umar pernah tidak menanggapi aduan seseorang yang memohon pertolongannya ketika masa kepemimpinannya, kemudian Umar menyadari kesalahannya lalu mengutuk dirinya, dan ia tanamkan di hatinya satu kalimat ini.
Inilah kalimat yang ada di hati Umar bin Khattab setiap kali Ia melihat kondisi rakyatnya, ia tak kuasa untuk menutup mata apabila ada yang salah, apabila ada yang harus diperbaiki dan perlu ditangani, sebab jika hal sepele saja Ia lewatkan, Ia takut jika itu akan Allah tanyakan kepadanya sebagai bagian dari pertanggungjawabannya di akhirat atas kepemimpinannya. Inilah sistem pemerintahan Islam, yang semua syariat Allah diterapkan secara keseluruhan sehingga dapat memberikan solusi secara komprehensif. Penerapan ini dilakukan para pemimpin sebagai bagian dari bentuk keimanan mereka, bagaimana jika Allah menanyakan, “Sudahkan kamu menerapkan semua hukum Allah ?” Lantas apa yang akan kau katakan pada Rabb-mu.
Hal inilah yang tidak dimiliki oleh sistem pemerintahan hari ini yang berdasarkan pada akidah sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan, memisahkan agama dari kepemimpinan dan kepemerintahan. Selama dalam sistem yang berakidah sekuler ini maka tidak akan mungkin hadir pemimpin semisal karakter Umar bin Khattab. Sekarang mari kita kembali pada fakta hari ini, ketika jalanan rusak hingga menelan korban, rakyat mengeluhkan biaya mudik yang mahal entah harga tiket yang begitu mahal, atau tarif tol yang cukup menguras kantong, Apakah para pemimpin mendengar keluh kesah itu ? dan terbesit di hatinya, “Apa yang akan kau katakan pada Rabb-mu?”. Wallahu’alam bishowab.