Oleh. Helmiyatul Hidayati
(Blogger Profesional)
#MuslimahTimes — Casanova mungkin istilah yang tidak asing bagi kalangan yang suka membaca karya sastra terutama novel romantis. Casanova menjadi istilah yang menggambarkan tentang sosok pria nyaris sempurna yang memiliki kekayaan, ketampanan dan ketenaran. Namun di balik itu ia juga merupakan seorang yang sangat pandai merayu wanita dan suka berganti-ganti pasangan/kekasih.
Sesungguhnya Casanova adalah nama belakang seorang pria yang berasal dari Venesia (sebuah kota di Itali) pada tahun 1725-an. Nama lengkapnya adalah Giacomo Girolamo Casanova. Ia sering disamakan atau disebut sebagai ‘petualang seks’.
Meski begitu, Casanova juga merupakan sosok yang pintar, kemampuan akademisnya cukup diakui. Pada usia 17 tahun ia telah menjadi sarjana Hukum, juga mempelajari Kimia, Matematika, Kedokteran, Filsafat hingga perjudian. Mungkin kepintarannya dalam bidang akademik berbanding lurus dengan rayuan mautnya dalam menaklukkan wanita, hingga banyak yang terpikat kepadanya.
Selama hidupnya, meski beberapa kali membuat keonaran hingga pernah di penjara. Namun ia selalu mendapat pekerjaan yang bagus, ia pernah menjadi pembantu cardinal, pemain biola, pegawai di unit pemeriksaan polisi, hingga pustakawan. Di akhir hidupnya ia hanya hidup dengan anjingnya dan membuat autobiografi tentang dirinya sendiri sebanyak 12 jilid, Histoire de ma Vie.
Meski telah berlalu hampir 5 abad lalu, kebiasaan Casanova yang suka gonta-ganti pasangan malah semakin sering terjadi di abad 20-an. Bahkan sudah menjadi budaya yang melekat dalam peradaban sekarang. Sekarang kita menyebutnya dengan istilah “pacaran”.
Pacaran menurut beberapa ahli seperti DeGenova & Rice (2005), Bowman (1978), Benokraitis (1996), Kyns (1989) dan masih banyak lainnya; pacaran adalah serangkaian aktifitas keintiman yang dilakukan bersama oleh pria dan wanita yang belum menikah yang memiliki keterikatan emosi, rasa kepemilikan dan keterbukaan diri untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian yang akan menjadi pertimbangan kelak menuju jenjang pernikahan (liputan6.com; psychologymania.com).
Di zaman sekarang pacaran dianggap bagian dari proses mencari pasangan sah, padahal sebenarnya tidak lebih dari proses koleksi-seleksi-resepsi.
Pada tahap koleksi tidak jarang akan kita jumpai fakta seseorang yang pernah menjalin kasih atau berpacaran dengan lebih dari 1 (satu) orang sebelum akhirnya memutuskan menikah. Kekasih yang tidak bersanding ke pelaminan adalah kekasih yang tidak lolos seleksi, sehingga tidak bisa diajak resepsi.
Tahap koleksi dan seleksi biasanya memakan waktu lama. Bahkan bisa dimulai dari usia muda hingga hampir tua. Tahap resepsi berdurasi paling pendek, karena hanya hitungan jam-hari, meski tidak menjamin kehidupan setelah resepsi akan berlangsung sampai berapa lama.
Pacaran di Dalam Islam
Indah dan sempurnanya hukum Islam, karena hukum Islam tidak hanya bersifat kuratif namun juga preventif. Tidak hanya mengharamkan zina, namun juga mengharamkan segala jalan menuju zina, seperti berpacaran ini.
Sayangnya semakin melekatnya sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) dalam kehidupan manusia. Banyak orang tidak malu lagi memiliki hubungan tidak halal sebelum atau bahkan selama pernikahan. Dengan kata lain memiliki istri, namun juga memiliki pacar.
Bahkan banyak muslim sendiri asing dengan Islam itu sendiri. Tak jarang banyak orang tua muslim justru mendorong putra-putrinya untuk memiliki pacar/kekasih/tunangan namun menunggu mapan bila telah membicarakan pernikahan.
Dari pacaran maka bermula banyak kerusakan peradaban, seperti maraknya zina yang berujung banyak anak tanpa ayah, terjadi penelantaran dan pembuangan bayi, pembunuhan pada bayi dan aborsi, pembunuhan antar kekasih dan lainnya.
Masih melekat di ingatan kita beberapa waktu lalu tentang viral tingginya permintaan dispensasi nikah, bukan karena menikah untuk menghindari zina. Namun karena terlanjur berzina yang berujung kehamilan di luar nikah membuat mereka terpaksa melangsungkan pernikahan. Naudzubillah..
Padahal pernikahan di dalam Islam tidak hanya sekedar hidup bersama dengan nyaman. Namun tempat awal merancang peradaban Islam. Segala perbuatan menuju dan selama pernikahan adalah perbuatan yang harus terikat pada hukum Syara’ bukan terikat pada keinginan nafsu belaka.
“Apabila perbuatan zina dan riba sudah terang-terangan di suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah rela terhadap datangnya adzab Allah untuk diri mereka,“ (HR. Hakim)
Pacaran adalah salah satu jalan paling mudah menuju dan melanggengkan zina. Ketika pacaran menjadi budaya, maka akan merebak zina. Ketika zina merebak, maka tunggu waktu hingga tiba saat untuk binasa. Jika tidak di dunia yang fana, di akhirat pasti akan merana.
Tantangan besar dalam membangun keluarga di zaman kapitalis, kita dihadapkan pada pemikiran-pemikiran sesat yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Penting membentengi keluarga dengan pemahaman Islam yang komprehensif agar tidak mudah ikut-ikutan arus budaya yang sebenarnya bertentangan dengan Islam. Seorang muslim seharusnya mewarnai dunia dengan keindahan Islam, bukan ternoda oleh kapitalis.
Amat berat perang pemikiran ini, generasi dahulu dan kini tak lagi sama. Pemuda di masa Kejayaan Islam, menangis bila tak bisa ikut jihad. Pemuda masa kini menangis ketika cintanya ditolak. Duhai pemuda, Bangkitlah!! Kalian begitu berharga untuk berkutat pada hal-hal sepele!!