Oleh. Sunarti
Muslimahtimes.com–Beberapa rentang waktu terakhir ini pemikiran kaum Hawa telah bergeser dari kodratnya. Ada ribuan perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak. BPS melakukan surveu tersebut dan melaporkan bahwa perempuan yang menjalani hidup secara childfree terindikasi memiliki pendidikan tinggi atau mengalami kesulitan ekonomi. Dan gaya hidup homoseksual juga menjadi penyebab terjadinya childfree, meski disebutkan dalam laman Detik.com, pada 12 November 2024, baru sebagai sebuah kemungkinan alasan yang tersembunyi.
Dalam laman yang sama disebutkan bahwa selama empat tahun terakhir, angka childfree pada perempuan di Indonesia terpantau meningkat. Prevalensinya sempat menurun di awal pandemi COVID 19, yakni pada angka 6,3 hingga 6,5 dan trend kembali meningkat di tahun-tahun setelah pandemi. BPS menilai, kebijakan work from home tampaknya bersinggungan dengan keputusan perempuan memilih childfree.
Bahaya di Balik Childfree
Fenomena childfree pada usia subur akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk. Angka kelahiran akan menurun di masa-masa mendatang. Detik.com, pada tanggal 12 November 2024, juga memberikan gambaran bahwa fenomena childfree akan berpengaruh terhadap total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran. Di Jepang hingga Korea Selatan TFR belakangan dilaporkan secara global dan jumlah penyusutan terbanyak. Di negara-negara tersebut semakin sedikit anak yang lahir.
Hal ini bisa melanda Indonesia yang notabene adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun fenomena childfree saat ini terdapat satu dari 1.000 perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak (childfree). Sungguh ironis jika muslim tidak menyadari adanya anak sebagai aset pahala dan investasi di akhirat.
Bahaya di Balik Propaganda Childfree
Orang-orang kafir Barat tidak akan rela muslim berada di posisi yang menguasai dunia meski itu hanya jumlah saja. Apalagi saat ini laju pertumbuhan penduduk di negeri-negeri muslim sangat terjaga. Karena pertumbuhan muslim, bukan tidak mungkin diiringi dengan kemajuan teknologi dan naiknya level berpikir masyarakat.
Selain itu, jikapun pertumbuhan penduduk muslim sangat tinggi, kafir Barat tidak akan membiarkan muslim tumbuh dengan pemikiran Islam yang sehat. Generasi muda akan terus digelontor pemikiran-pemikiran sesat ala Barat agar tidak tumbuh menjadi generasi muslim yang cerdas taat kepada Rabbnya. Selain serangan ekonomi yang saat ini juga mempengaruhi kehidupan muslim, juga sisi pergaulan. Yaitu childfree yang merupakan pemikiran sesat agar generasi tidak lagi berpikir mengurus anak. Seiring dengan perekonomian yang sulit serta rusaknya generasi di lingkungan muslim sendiri. Banyak hal yang menjadikan kaum Hawa, enggan bahkan tidak mau untuk memiliki anak.
Kaum perempuan, lebih memilih eksistensi diri di tengah masyarakat sebagai sosok yang memiliki prestasi di dunianya. Jangankan untuk memiliki anak, untuk menikah saja, banyak diantara mereka banyak yang memilih untuk tidak menikah. Sebagai pelampiasan nafsu biologisnya, para lajang perempuan, lebih melampiaskan dengan memelihara hewan, menyantuni anak yatim-piatu di panti asuhan, bahkan lebih ngeri mereka yang memilih seks bebas.
Adanya campur tangan negara juga berpengaruh besar terhadap pilihan childfree. Sebab hak asasi manusia yang konon dilindungi undang-undang, membuat para calon ibu menggunakan hak reproduksinya untuk tidak hamil dan memiliki anak.
Secara ide, jelas fenomena childfree lahir dari ide feminisme dan sistem kapitalisme. Pola pikir sesat dari childfree ini diarusopinikan sehingga memengaruhi kalangan muda.
Menyalahi Kodrat Perempuan
Childfree selain memunculkan gaul bebas, bersenang-senang dan bebas dari tanggung jawab sebagai seorang ibu, juga mengakibatkan bergesernya peran dan fungsinya. Perempuan diberikan fitrah dari Sang Pencipta untuk menjadi pilar tegaknya sebuah kehidupan, yakni di rahimnya akan dititipkan amanah seorang anak sebagai generasi penerus peradaban. Danide childfree ini bertentangan dengan akidah Islam.
Anak adalah ladang pahala bagi orang tuanya. Jika beranggapan bisa mendapatkan pahala dari aktivitas lain (seperti menyantuni anak yatim-piatu, membiayai anak-anak tidak mampu), bukan tidak mungkin mendapat pahala dari Sang Pencipta. Namun, harus dipikirkan sebagai muslimah, bahwa childfree tidak akan menyelesaikan persoalan hidup mereka khususnya dan muslim pada umumnya. Justru bahaya besar sedang mengintai muslim sesungguhnya, yakni loss generation.
Peran penting negara sangat diperlukan dalam menanggulangi masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Bukan beralasan hal asasi manusia, namun berdasarkan pada bagaimana Allah mengatur semuanya. Mengingat, Indonesia adalah negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adalah sebuah kewajaran jika ketaatan tertuju kepada Allah SWT. semata, bukan pada yang lain. Apalagi distandarkan pada pemikiran Barat yang jelas-jelas pemikiran kufur.
Waallahu alam bisawab