
Oleh. Ita Husnawati
Muslimahtimes.com–Tahun baru Hijriyah disambut umat Islam dengan gembira dan diperingati dengan berbagai acara yang meriah, seperti pawai obor, tabligh akbar, lomba-lomba dan lain-lain. Di balik semua itu, kita masih berduka dengan penderitaan saudara kita, terutama di Palestina yang masih terzalimi, tanahnya dirampas dan diduduki, penduduknya dibombardir beserta sarana kehidupan mereka.
Kronologi Hijrah Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ hijrah dari circle yang menista Islam menuju circle yang memuliakan Islam. Ketika Beliau ﷺ masih di Makkah, keadaan Islam dan kaum muslimin belum aman dari gangguan kafir Quraisy, mereka selalu membuat makar untuk menghalangi dakwah Rasulululah ﷺ, memprovokasi orang-orang agar menjauhi Islam, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, terutama dari kalangan hamba sahaya. Mereka yang merasa memiliki kekuasaan, berbuat sewenang-wenang, bahkan dari kalangan keluarga Beliau, ada yang menjadi penentang dakwah Beliau.
Semua rintangan yang dihadapi Rasulullah ﷺ dan para pengikut Beliau, tidak membuat gentar dalam menggenggam Islam dan mendakwahkannya. Di antara mereka ada yang diusir dari keluarganya, ada yang jiwanya terancam, yaitu Yasir dan keluarganya, bahkan Sumayyah menjadi wanita pertama yang syahid karena mempertahankan iman. Bilal disiksa dan dijemur di bawah terik matahari , saat dipaksa untuk kafir kembali, ia hanya berucap ‘Ahad… Ahad…’. Abu Bakar r.a. datang membebaskan Bilal. Artinya pertolongan yang didapat hanya dari individu, bukan dari negara yang punya kekuatan besar.
Makar kafir Quraisy tidak berhenti pada penyiksaan fisik semata, mereka juga menyebarkan opini bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah tukang sihir melalui perkataan. Sehingga ada yang menutup telinganya karena terprovokasi. Belum lagi ada yang melempar kotoran ke rumah Beliau dan lain sebagainya. Semua itu terjadi ketika Rasulullah ﷺ belum memiliki institusi Islam.
Rasulullah ﷺ selalu menawarkan Islam kepada kafilah yang datang ke Makkah, terutama di musim haji. Diantaranya ada rombongan dari Madinah, saat itu masih disebut Yatsrib dari suku Khajraj. Mereka melakukan bai’at taat yang disebut baiat Aqabah 1 dan baiat Aqabah 2. Mereka inilah yang akhirnya meminta Rasulullah ﷺ untuk hijrah ke Madinah melalui baiat Aqabah 2. Mereka yang meminta agar Rasulullah ﷺ menjadi pemimpin mereka dan menyelesaikan perselisihan di antara mereka. Mereka juga siap melindungi Rasulullah ﷺ dengan harta dan jiwa mereka.
Peran Mus”ab bin Umair r.a. di Madinah sebelum Hijrahnya Rasulullah ﷺ
Sebelum masuk Islam (login), Mus’ab bin Umair r.a. adalah pemuda yang hidupnya dipenuhi gemerlapnya kemewahan dunia, pakaiannya dan farfumnya paling wah, namun ketidakridhaan ibundanya atas Islamnya Mus’ab, mengharuskannya meniggalkan kemewahan dunia tersebut demi Islam. Ia hidup sederhana secara materi, tapi kualitas takwanya tingkat tinggi. Ia diutus oleh Rasulullah ﷺ untuk membersamai kembalinya rombongan dari Yatsrib ke kota mereka.
Mus’ab bin Umair meyebarkan Islam di Yatsrib, sehingga hampir setiap rumah mengenal Nabi Muhammad ﷺ dan Islam. Hal ini untuk mengkondisikan tempat dan llingkungan yang akan dituju hijrahnya Rasulullah ﷺ. Inilah salah satu peran penting pemuda dalam Islam, menjadi influencer yang mampu melawan kebatilan dengan mempromosikan kebenaran. Sehingga saat hijrah Rasulullah ﷺ disambut dengan gembira oleh penduduk Yastrib dan mereka menjadi kaum Anshar yang benar-benar tulus menolong kaum Muhajirin karena Allah semata.
Perubahan Hakiki Pasca Hijrahnya Rasulullah ﷺ
Dari Sirah Nabawiyah kita mengetahui bahwa perjalanan hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah bukanlah perjalanan yang mulus, ada Suraqah yang mengejar Beliau demi meraih hadiah 100 ekor unta, walaupun gagal dan dijanjikan Mahkota Kisra oleh Rasulullah ﷺ . Ada Ali bin Abi Thalib yang bertaruh nyawa menggantikan posisi Beliau di tempat tidur Beliau. Ada Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. yang mengirimkan makanan secara sembunyi-sembunyi, sedangkan Abu Bakar r.a. sendiri mendampingi Rasulullah ﷺ, kadang berjalan di depan, kadang berjalan di belakang Beliau karena mengkhawatrikan Beliau. Setelah melalui berbagai rintangan, tibalah Rasulullah ﷺ di Kuba dan membangun Masjid di sana, kemudian baru ke Yatsrib. Sebutan Yatsrib yang maknanya kurang baik diganti menjadi ‘Madinah Al Munawwarah’ yang artinya ‘Kota yang bercahaya’. Rasulullah dan Islam menjadi cahaya yang menerangi dunia dengan hidayah-Nya. Di kota ini Rasulullah ﷺ membangun pondasi negara Islam yang kokoh, menyusun undang-undang yang bersumber dari wahyu Allah, mempersatukan umat yang beragam dalam naungan daulah Islam. Beliau menyusun strategi untuk menerapkan Islam secara kaaffah di dalam negeri dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Beliau mengirim surat melalui utusan-utusan untuk mengajak negara negara yang masih kafir agar masuk Islam dan bergabung dengan institusi Islam yang sudah tegak.
Jadi, hijrah yang hakiki ditujukan untuk membangun peradaban Islam melalui penegakkan Daulah Islam. Dengan tegaknya Daulah Islam, tidak ada lagi kaum muslim yang didzalimi oleh kafir penjajah, karena Daulah Islam akan senantiasa menyiapkan tentaranya untuk berjihad kapan pun dinstruksikan. Jangankan satu wilayah yang terdzalimi, satu nyawapun, bahkan kehormatan seorang wanita akan dibela dengan mengirimkan pasukan yang sangat banyak. Mahkota Kisra yang dijanjikan Rasulullah ﷺ kepada Suraqah pun tertunaikan di masa Khulafa’ Ar-Rayidin, Umar bin Khattab r.a., Maka, saat ini umat Islam wajib bersatu untuk berhijrah dari sistem sekuler menuju sistem Islam dalam satu kepemimpinan yaitu Khilafah, agar kaum muslimin tak lagi terjajah. Wallahu A’lam.