
Oleh. Gayuh Rahayu Utami
Muslimahtimes.com–Jika membicarakan kondisi saudara saudara kita yang ada di Gaza Palestina memang tidak pernah habis. Karena sampai detik ini masih dijajah oleh zionis dan sekutunya Amerika. Penjajahan di Gaza sebenarnya bukan sejak bulan Oktober 2023 melainkan sudah sekian lama sejak tahun 1948. Tanah yang diberkahi mengalami peristiwa memilukan yang berkepanjangan. Puluhan ribu nyawa tak berdosa dibantai oleh biadab zionis yang semakin leluasa untuk menghabisi nyawa anak-anak dan wanita yang ada di sana. Bantuan berupa makanan pun juga dipersulit untuk mendapatkannya. Strategi zionis sangatlah licik dengan cara membunuh warga Gaza ketika berupaya mendapatkan satu kotak makanan. Dibuat mereka lapar, tidak berdaya sampai meregang nyawa.
Sedangkan kondisi umat Islam hari ini, terpecah belah lebih dari 50 negara yang dinamakan nation state. Para tentara muslim pun tidak ada yang membantu untuk membebaskan dari penjajahan. Senjata canggih yang ada di berbagai negeri-negeri muslim pun juga tidak berfungsi sama sekali untuk membantu membebaskan rakyat Palestina. Begitu banyak jumlah umat Islam namun bagaimana buih di lautan. Umat Islam berada di wilayah masing-masing bahkan sampai ada yang tidak peduli dengan kondisi Palestina hari ini. Bersikap egois dan lebih mementingkan negerinya daripada membantu saudara saudara yang ada di Gaza. Masalah yang begitu kompleks melanda umat Islam secara global. Bahkan penguasa negeri negeri Arab tunduk pada zionis dan mengadakan normalisasi.
Hal ini semakin kentara bahwa penguasa negeri negeri-negeri muslim hari ini berada di ketiak kafir penjajah. Orang nomor satu di Indonesia menyatakan hal yang sama dengan penguasa negeri-negeri Arab. Sungguh tidak bisa diharapkan dari penguasa yang menganut ideologi kapitalisme sekuler yang membuat umat Islam berada dalam kubangan kesengsaraan dan berbagai penderitaan di segala bidang. Terjajah dari segi pemikiran, politik, budaya, ekonomi. Selama ideologi ini diterapkan, maka dengan mulus para penjajah untuk menjajah dan menjarah negeri-negeri muslim termasuk potensi sumber daya alam. Maka sangat dibutuhkan adanya kesadaran politis terhadap umat Islam bahwa kita sebenarnya masih dijajah.
Mengenai kasus genosida dan kelaparan yang ada di Gaza, seharusnya menjadi bahan introspeksi umat Islam di berbagai penjuru dunia bahwa kondisi hari ini akibat tidak ada komando satu kepemimpinan yang menggerakkan tentara tentara yang ada di berbagai negeri muslim. Persatuan umat Islam yang sejati berupa kembali tegaknya Daulah Khilafah inilah yang dibutuhkan dan merupakan mahkota kewajiban. Bukan sebagai mengejar hawa nafsu untuk meraih kekuasaan melainkan perintah dari Allah untuk menerapkan Islam secara totalitas baik dari sisi ruhaniyah maupun siyasiyah (politik). Terbukti bahwa politik hari ini sangat tidak manusiawi. Lebih dominan mengejar hawa nafsu dan haus akan kekuasaan yang mendapatkannya dengan berbagai cara tidak peduli halal dan haram.
Perdana Menteri Netanyahu ketakutan dengan kembali tegaknya Khilafah. Menjadi renungan bagi kita semua bahwa umat Islam tidak boleh takut sistem yang diridhai Allah ini. Ketakutan Netanyahu menunjukkan bahwa orang kafir sangat yakin akan kembali tegaknya Khilafah. Seharusnya umat Islam bukan untuk memusuhi ide ini dan tidak perlu takut karena Khilafah adalah bukan ancaman melainkan sistem yang sangat dirindukan di tengah kondisi dunia hari ini yang tidak sedang baik-baik saja dan mengalami porak poranda serta keterbelakangan pola pikir. Penyadaran keras terhadap butuhnya Institusi Islam adalah keharusan dan berjuang untuk menyampaikan di tengah umat walau mendapatkan berbagai banyak tantangan dan rintangan. Dengan hadirnya kembali Khilafah, kafir penjajah bisa diusir dalam waktu singkat. Kebangkitan umat Islam adalah dari cara berpikirnya yaitu berpikir sesuai Islam tidak tercemar oleh pemikiran asing