
Oleh. Kholda Najiyah
Muslimahtimes.com–Idealnya, keluarga adalah tempat teraman dan ternyaman. Rumah adalah tempat kembali untuk berteduh dan berlindung dari segala gangguan yang berbahaya. Namun, di peradaban yang buruk ini, rumah dan keluarga ternyata bisa berubah menjadi tempat yang paling tidak aman dan tidak nyaman.
Penghuninya tidak terjamin selamat dari tangan-tangan jahat yang merenggut nyawanya. Bahkan oleh pasangan hidup, sahabat terdekat dalam hubungan intim dan romantis sekalipun. Lantas bisakah kita menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk keluarga, di tengah tantangan hidup yang menekan jiwa ini? Berikut di antara tips yang bisa dilakukan:
- Jangan Lepas dari Pengawasan Allah
Seluruh anggota keluarga harus paham akan keterhubungannya dengan Sang Pencipta. Kokoh fondasi iman dan taqwanya. Sadar hubungannya dengan Allah, bahwa semua akan dimintai pertanggung-jawaban. Perkuat hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah rutin tepat waktu, membaca Alquran, dan berzikir.Jauhkan diri dari perbuatan yang dilarang.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mendirikan shalat malam, maka akan dihindarkan dari kekerasan, kezaliman, dan segala keburukan” (HR. Ahmad). Keluarga yang dekat dengan Allah SWT, di dalamnya diliputi suasana keimanan dan kedamaian. Dengan hati yang tenang, maka pikiran akan lebih jernih. Setiap masalah dalam keluarga, dapat diselesaikan dengan bijak.
- Jaga Lisan di Mana pun Berada
Kita tidak pernah tahu, hati siapa yang terluka karena lisan kita. Baik lisan dalam makna harfiah berupa ucapan langsung, maupun “lisan” dalam makna kiasan, seperti komentar atau postingan di media sosial.
Kadang, kejahatan dipicu oleh korban, baik ucapan maupun perbuatannya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
- Tunaikan Peran dengan Penuh Tanggung Jawab
Pahami tugas dan peran kita sebagai anggota keluarga, lalu kerjakan dengan amanah. Hindari membandingkan tugas kita dengan tugas anggota keluarga yang lain, karena memicu perasaan iri. Adanya gesekan, pertengkaran dan saling melukai hati, terjadi karena adanya hak yang tidak didapatkan oleh anggota keluarga. Hal ini bisa dihindari jika masing-masing amanah menjalankan kewajibannya. Dengan demikian tidak ada yang terzalimi.
Kezaliman adalah akar munculnya konflik. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. Tirmidzi). Jadikan ini sebagai inspirasi, bahwa kepada keluarga kita hendaknya berlomba memperlakukan mereka sebaik-baiknya.
- Komunikasi yang Baik dalam Keluarga
Tujuan dari komunikasi adalah menyampaikan pesan, informasi atau berbagi suka dan duka. Melibatkan aktivitas mendengar, menyimak dan menanggapi dengan antusias, simpatik dan empati. Hindari komunikasi yang bersifat menghakimi, mengkritik tajam, dan merendahkan. Jangan meremehkan apapun yang disampaikan anggota keluarga. Jika mereka membuka mulut untuk bicara, itu tandanya ingin berbagi. Walau terkesan receh dan remeh, mendengarkan mereka dengan antusias dapat memenuhi tangki cintanya.
Jika ada masalah, bicarakan dalam musyawarah. Allah SWT berfirman: “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…” (QS. Asy-Syura: 38). Musyawarah bukan hanya untuk mengambil keputusan, tapi sarana untuk mendengarkan pendapat dan perasaan. Dengan komunikasi yang terbuka, masalah kecil dapat segera diselesaikan.
- Kelola Emosi dan Kendalikan Diri
Ada beragam emosi dalam diri. Manusia bisa marah, kesal, sedih, kecewa, dan emosi negatif lainnya. Sadari, lalu cari cara untuk mengendalikannya. Jika harus diekspresikan, maka dengan cara yang tidak melanggar syariat Islam. Seperlunya, tanpa meledak tak terkendali. Kita diajarkan untuk sabar, agar bisa meredam amarah. Jika marah muncul, Islam mengajarkan untuk mengubah posisi. Jika belum hilang, berwudhulah.
Sabar adalah salah satu nilai Islam yang sangat penting. Ada pujian dari Allah SWT bagi orang-orang yang bersabar: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10). Dalam konteks keluarga, sabar dberarti menahan diri dari marah dan kekerasan. Inilah pentingnya pengendalian emosi, agar tidak keluar dari nilai-nilai Islam seperti KDRT. Walhasil, terciptalah rumah yang damai.
- Ambil Tindakan Tegas dalam Membela Diri dari Bahaya
Jangan takut bersikap tegas dan bertindak nyata, jika diri dalam bahaya. Lebih baik menghindar dari arena pertengkaran, jika sudah rentan membesar. Tak perlu melawan jika tak punya kekuatan, lebih baik lari menjauh. Jika kekerasan terjadi, langkah pertama adalah mencari bantuan. Baik ke tetangga, keluarga, ulama, atau pihak berwenang.
Selamatkan nyawa kita, karena itu lebih utama dari sekadar memenangkan pertengkaran. Jika menjadi korban aniaya, jangan diam dan pasrah tanpa ikhtiar. Islam memberi jalan keluar yang adil. Misal, istri memiliki hak untuk meminta perlindungan dan, jika perlu mengajukan gugatan cerai (khulu’).(*)