Oleh. VieDihardjo
Muslimahtimes.com–Sudan adalah negeri kaya raya tetapi menderita. Secara geografis Sudan adalah negara di Benua Afrika dengan letak yang cukup strategis. Berbatasan sebelah Utara dengan Mesir, Selatan dengan Sudan Selatan, Barat dengan Chad, Timur dengan Ethiopia dan Eritrea, Barat laut dengan Libya, Barat daya dengan Afrika Tengah. Sudan juga memiliki pantai sepanjang Laut Merah kurang lebih 853 km, Pantai Laut Merah Sudan berdekatan dengan Terusan Suez, salah satu jalur perdagangan maritim tersibuk di dunia. Sekaligus memiliki akses langsung dengan jalur laut Mediterania dan Samudra Hindia. Sehingga Sudan menjadi bagian dari jalur perdagangan global untuk mengangkut minyak, gas dan emas Afrika menuju Asia, Eropa dan Timur Tengah. Posisi tersebut menarik kekuatan-kekuatan besar berebut pengaruh di Sudan, diantaranya Barat, Cina dan Rusia bersaing mengamankan wilayah ini.
Sudan kaya akan emas, minyak, gas dan wilayah subur sepanjang sungai Nil. Sungai Nil membentang dari selatan ke utara Sudan hingga Mesir. Sudan memiliki 200 juta hektar lahan pertanian subur, untuk komoditas gandum, sorghum, tebu dan kapas. Sudan adalah penghasil emas terbesar di Afrika , bersaing dengan Ghana dan Afrika Selatan. Produksi emas terbanyak di Darfur, Kordofan dan Nil Biru. Industri minyak juga cukup besar, produksi terbesar di Sudan Selatan. Sudan masih mengendalikan pipa ekspor minyak menuju Port Sudan, disamping itu Potensi minyak dan gas di kawasan Laut Merah belum dieksplorasi. Strategisnya Sudan justru menghancurkannya, karena perang saudara yang memperebutkan kekuasaan dan sumberdaya minyak dan emas. Konflik lokal tersebut berkelindan dengan kompetisi geopolitik dan geoeconomic.
Silang Kepentingan Geoeconomic Membuat Sudan Menderita
Kurang lebih 24 juta warga Sudan kelaparan, bak ayam yang mati di lumbung padi!. Salah tata kelola sumberdaya alam menjadi salah satu faktor. Diperparah dengan gagalnya negara menguasai dan mengelola sumberdaya alamnya untuk kesejahteraan rakyat Sudan. Kekosongan ini kemudian diisi oleh aktor-aktor non negara. Diantaranya adalah SAF dan RSF, dua kekuatan militer terbesar di Sudan yang berebut kekuasaan dan emas. Produksi emas Sudan meningkat pada tahun 2024 hingga 64 ton (www.sudantribune.com 18/7/2025). Wilayah penghasil emas dikuasai oleh RSF, mereka menyelundupkan emas menuju UEA (Uni Emirat Arab) dan Rusia (www.radioyei.com 21/6/2025)Keterlibatan Rusia melalui kelompok militer ‘wagner atau Africa Corps’ sangat tertarik pada emas Sudan, karena itu mereka mendukung RSF agar eksploitasi emas mereka di Sudan dapat dilindungi. Dengan emas Sudan, Rusia mampu bertahan dari sanksi ekonomi (embargo) Amerika Serikat, misalnya karena perang Ukraina. Penyelundupan ini membuat Sudan kehilangan banyak potensi pendapatan negara, sebaliknya diduga RSF mendapatkan logistik, uang, persenjataan dan drone serta latihan pasukan perang dari UEA dan Rusia.
Selain UEA dan Rusia, kepentingan geoeconomic Cina juga ‘bermain’ di Sudan. Cina memiliki ketergantungan yang cukup besar pada impor minyak untuk pertumbuhan ekonominya. Perusahaan minyak Cina yakni CNPC (China National Pertroleum Corporration) menguasai dan mengelola cukup banyak blok minyak di beberapa wilayah di Sudan, contoh, Cina dan Sudan berbagi masing-masing menguasai 50% di Karthoum Refinary Company yang beroperasi sejak tahun 2000 dengan kapasitas produksi mencapai 5 juta ton (www.iiss.pku.edu.cn). Beberapa blok minyak lainnya dikelola oleh Cina. Selain itu Cina juga berinventasi pada beberapa sektor tambang, infrastruktur dan pertanian juga.
Bermainnya Amerika Serikat di Sudan atas nama stabilitas dan demokrasi, sebetulnya adalah pijakan untuk menyeimbangkan kekuatan dengan lawannya (Rusia, Cina). Dalam hal investasi di Sudan, Amerika Serikat tertinggal jauh dengan Cina, karena itu Amerika lebih mengutamakan pengaruh politik ketimbang ekonomi di sana. Jargon stabilitas dan demokrasi yang diusung Amerika terkadang justru ambigu, Amerika Serikat kerap menjalin hubungan dengan militer Sudan meskipun mereka menekan sipil. Amerika juga tidak menegur negara teluk yang mendanai kelompok yang berperang di Sudan, semisal UEA karena negara tersebut memiliki kerjasama ekonomi dan miiter dengan Amerika. Amerika sebagai negara adidaya hari ini tidak akan membiarkan jalur perdagangan global sepanjang Laut merah dikuasai oleh lawan-lawannya, Rusia masih berusaha mendirikan pangkalan militer di Port Sudan.
Geoeconomic di Negara Islam Dikelola untuk Kemashlahatan Umat
Strategi Geoecomic, yaitu penggunaan instrumen ekonomi (perdagangan, energi, investasi, infrastruktur) oleh negara Islam (Khilafah) adalah mengelola sumberdaya alam dan kepemilikan umum oleh negara. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
لْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْمَاءِ وَالْكَلإِ وَالنَّارِ وَثَمنَهُ حَرَامٌ
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api; dan harganya adalah haram” (HR. Ibnu Majah)
Tegaknya Negara Islam (Khilafah) akan menghilangkan penguasaan sumberdaya alam oleh sekelompok orang atau perusahaan asing untuk diperjualbelikan dan mendanai peperangan antar kelompok elit juga kepentingan menghegemoni. Melainkan dikelola oleh negara untuk kemashlahatan umat.
Khilafah akan melindungi warga Sudan. Khalifah adalah “Junnah” atau perisai, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh )
Seorang Khalifah di Bai’at oleh kaum muslimin yang berfungsi menjalankan hukum-hukum Allah, menjaga jiwa, kehormatan, harta, akal dan agama warga negara. Jika kepemimpinan umum untuk kaum muslimin (Khilafah) ditegakkan, maka perlindungan terhadap muslim dimanapun berada akan dilindungi, termasuk di Sudan. Khilafah akan membebaskan Sudan dari cengkraman neo imperialisme sebagai buah Kapitalisme yang eksploitatif dan menindas. Sebagaimana Allah berfirman,
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ٩
”Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun kaum musyrik membenci ”
(QS ash-Shaff ayat 9).
Maka yang dibutuhkan Sudan bukanlah semata gencatan senjata atau bantuan asing, melainkan tegaknya sebuah institusi yang mampu menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (Khilafah’ala min hajin nubuwwah) untuk membebaskan Sudan dari silang kepentingan geoeconomic negara-negara didunia. Sementara rakyat sudah terus menderita. Wallahu’alam bisshowab
