Oleh.Ayu Mela Yulianti,S.Pt
Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, mengatakan bahwa salah satu prestasi yang berhasil dicapai pada 2018 lalu, yakni rampungnya jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya.(Jakarta, TRIBUNNEWS.COM, 2019). Adapun tarif Tol Jakarta-Surabaya adalah Rp600.000 (koran sindo, November 2019).
Namun penilaian berbeda dikemukakan oleh Faisal Basri yang mengkritik pembangunan Tol di Sumatera dan di Pulalu Jawa. Beliau mengatakan,”Dibangunnya jalan tol Sumatera, jawa-banyuwangi dengan alasan mempermudah logistik, MashaAllah itu sesat pikir, karena logistik yang paling murah dan efisien dan efektik untuk meningkatkan daya saing di Indonesia adalah transportasi laut, logikanya kalau logistik diangkut pakai truck maksimal cuma 10 ton, dan ongkosnya 10 kali lipat lebih mahal, jadi kalau dari Aceh mau dibawa ke darat pakainya transportasi laut, bukan darat,” ujar Faisal Basri disambut tepuk tangan. (Tribunnews.comel, november 2018).
Dua pendapat yang seolah saling berbeda dan bertentangan. Sah-sah saja dikemukakan selama ada alasan yang mampu menguatkan.
Terlepas dari pro kontra yang terjadi dikalangan para ahli, sesungguhnya yang dibutuhkan oleh masyarakat bukanlah sekedar pembangunan jalan saja, entah tol atau yang lainnya. Entah tol darat ataupun tol laut. Akan tetapi yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah implikasi positif terhadap hasil berupa kesejahteraa masyarakat sebagai ekses positif dari pembangunan infrastruktur. Lebih baik lagi jika tidak ada pungutan alias gratis dalam penggunaan dan pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun.
Jika dilihat lebih jauh, memang benar jika pembangunan jalan tol trans Jawa Sumatera adalah sebuah capaian prestasi yang baik, mengingat jalan adalah salah satu sarana agar tersampaikannya dengan lebih mudah apa-apa yang menjadi kebutuhan warga masyarakat.
Apalagi jika penggunaan jalan yang dibangun tersebut tidak bertarif alias gratis. Akan tetapi, mungkinkah direalisasikan penggunaan jalan gratis tak bertarif, apalagi jika jalan itu bernama tol, dalam sistem sekuler kapitalis saat ini ? Berdasarkan fakta yang terjadi dan hitungan di atas kertas jawabnya adalah tidak mungkin. Tersebab seluruh pendapatan negara untuk membiayai kehidupan warga masyarakatnya hanya dibiayai dari pajak saja. Dengan objek pajak yang tidak dipilih dan dipilah. Objek pajak dari seluruh kalangan warga masyarakat, baik miskin maupun kaya, baik yang kekurangan maupun yang berpunya.
Hasilnya adalah pajak menjadi sesuatu yang sangat memberatkan bagi sebagian kalangan warga masyarakat. Karenanya menjadi sangat utopis jika jalan tol sampai gratis dalam sistem sekuler kapitalis.
//Pembangunan Infrastruktur Dalam Islam//
Sungguh, Islam tidak pernah menafikan kebutuhan manusia berupa jalan yang masuk dalam kategori infrastruktur sebagai kebutuhan pokok warga masyarakat.
Karenanya Islam berupaya keras dalam membangun infrastruktur mumpuni yang dapat menyumbang banyak kebaikan dan kemaslahatan bagi masyarakat. Di antaranya adalah pembangunan jalan, baik di darat maupun di laut.
Islam memerintahkan pemimpin umat untuk membangun jalan-jalan dengan menggunakan kas negara yang berasal dari harta kepemilikan umum dan harta kepemilikan negara. Tersebab Islam tak menafikan jika membangun infrastruktur membutuhkan uang dan modal yang cukup besar.
Karenanya, Islam telah menetapkan kantong-kantong sumber dana untuk memodali pembangunan infrastruktur itu.
Kantong sumber dana untuk membangun infrastruktur itu bisa berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam milik umum semisal barang tambang dan energi, hutan dan kekayaan yang ada di dalamnya juga padang penggembalaan termasuk di dalamnya padang rumput dan padang pasir. Atau berasal dari harta kepemilikan negara semisal harta sitaan dari para koruptor atau yang lainnya.
Karena itu, sangatlah memungkinkan dalam sistem Islam yang menerapkan syariat Islam kaffah untuk menggratiskan penggunaan jalan tol. Tak berbayar alias gratis. Tersebab kantong sumber dana untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat beserta pemeliharaannya sangat banyak dan beragam.
Berbeda dengan hari ini, dalam sistem sekuler kapitalis. Sumber dana untuk membangun infrastruktur hanyalah berasal dari pajak. Karenanya menjadi hal yang lumrah jika pembangunan infrastruktur selalu menggandeng pihak swasta atau yang biasa disebut sebagai investor dalam membangunnya. Tersebab tidak cukupnya dana yang dimiliki pemerintah. Jadi sangatlah wajar jika hari ini akhirnya jalan tol berbayar, tidak gratis, baik murah ataupun mahal demi mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan oleh pihak investor plus sedikit keuntungan. Namanya juga membuat jalan dalam sistem sekuler kapitalis. Pastilah yang banyak bermain adalah para kapital, termasuk dalam penentuan tarif tol yang seharusnya gratis.
Karenanya, manusia wajib untuk berfikir ulang. Masih mau bertahan hidup dalam sistem sekuler kapitalis seperti hari ini, yang hanya membuat seluruh aspek kehidupan tak terkecuali jalan tol menjadi berbayar, tidak gratis? Ataukah kembali pada sistem Islam yang menerapkan syariat Islam kaffah, yang bisa membuat seluruh aspek kehidupan menjadi gratis tak berbayar, termasuk dalam penggunaan dan pemanfaatan jalan tol. Pilihan ada ditangan manusia itu sendiri.
Wamataufiki ilahi billah