Oleh : Yulida Hasanah
#MuslimahTimes –– Muhammad Mursi, namanya kembali menyeruak di berbagai media pasca dinyatakan wafat ketika sedang menjalani sidang di pengadilan pengadilan Kairo kondisi pingsan di dalam kurungan kaca , Senin (17/6/2019). Berbagai dakwaan yang dituduhkan oleh rezim Mesir kepadanya telah memaksa mantan presiden Mesir tersebut terisolir dalam penjara.
Betapa tidak, beliau yang menjadi pemimpin Mesir pertama yang terpilih secara demokratis pada 2012, dijatuhi hukuman lebih dari 45 tahun penjara dalam tiga persidangan terpisah, termasuk tuduhan memimpin kelompok terlarang; melakukan penahanan dan penyiksaan terhadap demonstran anti-pemerintah; serta membocorkan rahasia negara.
Bahkan, ada informasi dari Partai Kebebasan dan Keadilan bahwa menempatkannya di ruangan tahanan khusus yang terisolasi selama penahanannya yang melebihi lima tahun, lalu menghalang-halangi pemberian obat-obatan dan menyediakan makanan yang buruk. Mereka mencegah dokter dan pengacaranya dan bahkan mencegahnya berkomunikasi dengan keluarganya.
Taukah anda, mengapa rezim demokrasi hingga sebegitu rupa mengisolasi beliau? Ya, jawabannya karena beliau adalah orang yang ingin memperjuangkan Islam.
Kita masih ingat bagaimana kejadian penggulingan Mursi dari jabatannya sebagai presiden Mesir yang baru didudukinya selama satu tahun. Dia dipilih sebagai kandidat presiden dari Ikhwanul Muslimin dalam pemilihan Mesir tahun 2012 setelah calon pertama yang ingin diusung organisasi itu mengundurkan diri.
Mursi menang dengan selisih suara tipis dan berjanji memimpin pemerintahan bagi seluruh rakyat Mesir. Namun para penentangnya menyebut Mursi gagal memerintah selama masa kekuasaan yang bergolak. Mereka menuduhnya membiarkan kelompok-kelompok berhaluan Islam mendominasi arena politik dan salah urus ekonomi.
Penentangan warga terhadap pemerintahannya bertambah besar dan jutaan orang turun ke jalan-jalan di seluruh Mesir untuk menggelar aksi bertepatan dengan peringatan satu tahun kekuasaan Morsi pada 30 Juni 2013.
Jadi, tuduhan para penentang Mursi bukan karena aspek ketidakbecusan beliau dalam memimpin Mesir, namun lebih karena tuduhan membiarkan kelompok-kelompok Islam mendominasi politik Mesir.
Inilah yang sebenarnya patut untuk dibongkar dalam demokrasi. Di mana, sistem tersebut tak pernah meridloi Islam untuk diperjuangkan bahkan mendominasi perpolitikan yang ada dalam sebuah negara.
Apa sebab? Karena Demokrasi bukanlah Islam, dan Islam bukan bagian dari Demokrasi. Keduanya adalah bertentangan secara prinsip. Secara dasar berdirinya, Islam berdiri atas dasar tauhid, menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Satu-satunya Pengatur manusia atau Pembuat Hukum, di mana Islam adalah sebuah keyakinan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad dengan seperangkat wahyu sebagai petunjuk. Sedangkan Demokrasi, berlandaskan pada Sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan dan negara, dimana demokrasi sendiri lahir dari pemikiran manusia. Maka, ketika umat Islam menginginkan Islam sebagai sebuah aturan yang bisa diterapkan dalam sebuah negara dengan meminta ridlo terhadap demokrasi, mustahil untuk diamini. Sebab, demokrasi tidak akan pernah memberikan sejengkal saja dari kekuasaannya untuk diberikan kepada umat Islam.
Sudah jelas, perjalanan Mursi selama hidupnya seharusnya menjadi pelajaran bagi kelompok Islam dan bagi seluruh umat Islam di dunia bahwa hakikat demokrasi bukanlah untuk kemenangan Islam dan umatnya. Namun hakikat demokrasi adalah untuk kelompok dan orang-orang yang mau mengikuti aturan main politik kotor dan najis, menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, hukum bisa dibeli, perzinahan antara penguasa dan pengusaha, kediktatoran dan tirani, kesemuanya itu merupakan wajah asli demokrasi.
Oleh karena itu, tak ada perjuangan lain bagi umat Muhammad Saw ini kecuali tinggalkan demokrasi dan perjuangkan sistem kehidupan terbaik yakni Islam. wallaahua’lam