Breaking News

Islam Tak Dijadikan Pengatur, Jutaan Gen Z Menganggur

Spread the love

Oleh. Septiana Indah Lestari, S.Pd.

Muslimahtimes.com–Susahnya mencari pekerjaan di tengah sempitnya lapangan pekerjaan saat ini, menjadikan tingkat pengangguran semakin tinggi. Hal ini menjadikan perbincangan hangat di media massa maupun media sosial terlebih para Gen Z. Banyak persyaratan kerja yang mengharuskan sarjana. Namun, Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin melonjak menyebabkan anak muda memilih cukup sampai jenjang SMA. Selain itu, salah memilih jurusan juga menjadi faktor gen Z menambah angka pengangguran di Indonesia.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak muda alias Gen Z banyak yang menganggur. Salah memilih jurusan menjadi salah satu faktornya. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki mengatakan bahwa seseorang yang baru lulus membutuhkan waktu rata-rata 6 bulan untuk mencari kerja. Masa tunggu dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin lama jika seseorang salah memilih jurusan. (CNBC Indonesia, 21/05/2024)

Dilansir dari CNBC Indonesia (27/05/2024), banyaknya gen Z kisaran umur 15-24 tahun menjadi sorotan, di tengah polemik mahalnya biaya UKT perguruan tinggi. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2024 terdapat 3,6 juta Gen Z usia 15-24 tahun menganggur. Selain itu, pada tahun 2023 lalu Badan Pusat Satistik (BPS) mencatat 9,9 juta orang menganggur yang terdiri atas 5,73 juta perempuan muda dan 4,17 juta laki-laki muda yang terkategori tidak sedang belajar, bekerja, dan pelatihan atau disebut juga dengan not in education, employment, and training (NEET).

Kondisi tersebut menyebabkan Gen Z mudah putus asa, tidak bersemangat, frustasi bahkan depresi. Selain itu juga Badan Pusat Statistika (BPS) menggolongkan kelompok hopeless of job bagi anak muda Indonesia yang merasa putus asa dalam mencari pekerjaan. Berdasarkan data BPS per Februari 2024 terdapat 369,5 ribu anak muda antara umur 15-29 tahun yang masuk ke dalam kelompok hopeless of job. Sementara dilansir dari wartaekonomi.co.id (10/08/2024) bahwa berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2024 tedapat 3,6 juta Gen Z usia 15-25 yang menganggur. Artinya, Gen Z menyumbang 50,29 persen dari total pengangguran terbuka di Indonesia. (CNBC Indonesia, 28/07/2024)

Kenapa Ini Bisa Terjadi?

Permasalahan ini menjadi perhatian, karena angka pengagguran semakin bertambah di kalangan gen Z. Hal ini disebabkan lapangan pekerjaan semakin langka. Kelangkaan ini menunjukkan bahwa negara gagal menjamin dan memberikan kesempatan untuk bekerja bagi para kepala keluarga atau laki-laki yang merupakan salah satu mekanisme terwujudnya kesejahteraan rakyat.

Alih-alih negara gagal memperluas lapangan pekerjaan, malah mengatakan banyaknya penganguran disebakan oleh Gen Z yang salah memilih jurusan, sehingga skill yang mereka dapatkan tidak sejalan dengan kebutuhan industri saat saat ini. Negara yang seharusnya menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai untuk rakyatnya, justru berlepas tangan dan memberikan wewenang kepada oran-orang yang menguasai dunia kerja. Padahal, dunia kerja saat ini bukan dipegang oleh negara melainkan para korporasi. Negara yang seharusnya bertindak sebagai pengurus urusan rakyat. Namun, saat ini hanya sebagai regulator saja.

Hal ini merupakan buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme dimana pemilik modal yang mampu mengusai pangsa pasar serta menjadikan sumber daya alam dan energi (SDAE) diberikan kepada swasta dan asing. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para korporat untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan meminimalisasi tenaga kerja dan memilih untuk mempekerjakan tenaga asing yang dianggap lebih mumpuni. Hal ini menyebabkan tertutupnya kesempatan anak muda dalam Negeri untuk bekerja.

Alih-alih mengeluarkan UU Cipta Kerja atau Omnibus Law agar lebih mudah menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Akan tetapi, kenyataannya justru menambah sempitnya lapangan pekerjaan dan menyulitkan rakyat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, sektor ekonomi riil semakin menurun digantikan dengan sektor ekonomi non riil. Pada dasarnya, sektor ekonomi riil justru dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan bagi anak muda. Akibat tak mendapatkan dukungan dari negara, sektor ekonomi riil menjadi tak diminati anak muda. Hal ini sudah sangat jelas bahwa Negara terkesan acuh dengan kondisi generasi saat ini akibat penerapan sistem Kapitalisme.

Islam Sebagai Solusi

Islam sebagai agama yang mengatur kehidupan dan sebagai solusi yang hakiki ditengah-tengah problematika umat saat ini. Dengan penerapan negara Islam yang akan menjamin kesejahteraan umat. Islam memiliki sebuah pengaturan yang lengkap dalam naungan sistem Islam. Sistem Islam berfungsi sebagai pengurus urusan umat yang mengelola dan mengatur SDAE demi kebutuhan hidup masyarakat. Sistem ini akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dari berbagai sektor, salah satunya yauti sektor industri.

Negara juga memberikan pendidikan untuk generasi yang dapat diakses oleh siapapun dan tentunya tidak dipungut biaya, serta bekualitas. Hal ini agar terbentuk generasi yang memiliki skill dan mumpuni sehingga tidak perlu mempekerjakan tenaga asing. Negara melarang akses ekonomi non riil dan mendukung sektor ekonomi riil dengan memberikan modal dan sarana prasarana di berbagai bidang, seperti pertanian, perdagangan, jasa, dan bidang yang lainnya. Dengan demikian, negara menjamin kesejahteraan rakyat dan lapangan pekerjaan yang memadai semakin terbuka lebar untuk masyarakat.