Di satu pagi yang teduh. Rabu, 31 Januari 2018 telah berlangsung kajian muslimah Sahabat Alquran. Bertempat di Wisma Patra, Kompleks Bumi Patra, Indramayu, puluhan muslimah yang berasal dari beberapa majlis ta’lim hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Dengan mengambil tema seputar kenaikan harga beras dan dilema dibukanya kran impor oleh Negara, ibu-ibu militan ini diajak menyelami fakta lebih mendalam hingga pada taraf paham dan tercerahkan dengan solusi islam yang dipaparkan oleh pemateri Ustadzah Febri Velantika, ST, MT.
Acara dimulai sejak Pukul 09.00 s.d 11.00 dengan diawali tilawah bersama QS. Al Mulk. Lewat ayat-ayat yang terlantun, suasana kerinduan akan islam sudah mulai terbangun.
Masuk ke sesi pemaparan materi. Ustazah Febri menjelaskan fakta awal tentang kenaikan harga beras, sebagai makanan pokok khususnya bagi warga Indramayu.
Untuk menstabilkan harga beras, pemerintah bermaksud membuka kembali kran impor beras. Disinilah polemik itu bermula.
Karena berdasarkan data, ada beberapa daerah di Indonesia yang sebentar lagi akan mengadakan panen raya. Yakni di sejumlah sentra pertanian d Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jika demikian maka petanilah yang nanti akan di rugikan.
Lantas solusi terbaiknya harus seperti apa? Inilah yang menjadi fokus pemateri. Dijelaskan bahwa islam memiliki sebuah sistem terkait pengelolaan pasar agar tercapai kestabilan harga. Diantaranya :
> Penetapan harga dijaga. Disesuaikan dengan suplai permintaan dan penawaran.
> Tidak ada pematokan harga, menjaga pasar dari segala bentuk penipuan.
> Distribusi barang yang merata.
Serta akhirnya disimpulkan bahwa salah satu fungsi negara adalah untuk menjamin kebutuhan pokok rakyatnya. Menjaga hak-hak serta kesejahteraan para petani khususnya, menjadi hal yang harus diperhatikan. Jika harga beras kembali stabil dan normal. Keresahan emak-emak zaman now, bisa terurai. Dapur ngebul. Perut kenyang. Hati tenang.
Ditulis oleh :
Shafayasmin Salsabila
(Founder ‘Ikatan Sahabat Hijrah Indramayu’)