Oleh: Siti Rahmah
(Pemerhati Remaja)
Â
Menjelang Ramadhan sepertinya beranda dipenuhi dengan iklan pakaian yang couple-an, apalagi yang menjadi model memang pasangan muda, wah baper! Bagi yang jomblo mungkin terbersit keinginan untuk segera mendapat pasangan supaya bisa couple-an. Betul apa bener?!
Tidak dipungkiri, memiliki pasangan adalah harapan semua orang. Apalagi jika pasangan tersebut yang kita dambakan dan memiliki banyak kesamaan. Wah, bisa bikin baju couple-an tuh. Tapi, apa iya cukup memiliki harapan  punya pasangan hanya untuk cauple-an dalam hal pakaian saja? Hem, rugi dong! Seharusnya lebih dari itu, yakni bisa couplean dalam perkara iman. Setuju?
Mendapatkan pasangan seiman di zaman sekarang memang tidak mudah, tapi tentu lebih susah lagi ketika ingin mendapatkan pasangan yang bisa sama – sama jaga iman. Se-iya, se-kata, selaras dan sejalan dalam koridor ketaatan untuk menjaga keimanan, itu yang di harapkan. Tentu semua itu butuh perjuangan yang tidak mudah, kadang lelah tapi semua akan berbuah indah asal Lillah.
Pasangan Idaman Sepanjang Zaman
Tidak mudah memang menjadi pasangan idaman dan bisa mendapat pasangan idaman. Dua hal ini idealnya memang harus ada pada sebuah pasangan, kita tidak bisa menuntut pasangan kita jadi pasangan ideal tanpa kita sendiri memantaskan. Menjadi pendamping ideal untuk seseorang dalam mengarungi kehidupan butuh adanya sandaran yang jelas dan komitmen yang kuat, karena badai ujian akan senantiasa datang silih berganti untuk menguji.
Seperti halnya ujian yang pernah dialami oleh Zainab putri sulung Rasulallah Saw. dalam mempertahankan keimanan dan cintanya pada suaminya. Keteguhan dan kesabaran Zainab diuji sedemikian hebatnya, hingga kisahnya yang begitu dramatis tertuang dalam kilasan sejarah. Kisah tentang kesetiaan, bakti dan keteguhan iman.
Kisah itu dimulai ketika Zainab mendapat kabar tentang keRasulan ayahnya. Tanpa ragu,  Zainab langsung mengimani hal tersebut. Tapi tidak demikian  dengan suaminya. Sang pujaan hatinya itu enggan bahkan menolak Islam. Sampai ketika Rasulallah Saw. berhijrah ke Madinah dan pertempuran dengan kafir Quraiys pun pecah. Suami Zainab turut terlibat dalam pertempuran tersebut. Ia berada dipihak musuh sampai akhirnya kafir Quraiys mengalami kekalahan. Suami Zainab pun tertangkap dan menjadi tawanan perang.
Kaum muslim menetapkan tebusan yang besar untuk setiap tawanan perang dan kabar itupun sampai kepada Zainab yang berada di Mekah. Lantas Zainab mengutus orang untuk membebaskan suaminya dengan tebusan kalung pemberian ibunya. Rasulallah Saw. mengenali kalung tersebut. Beliau pun meminta para sahabat untuk membebaskan suami Zainab tanpa tebusan. Akan tetapi disyaratkan agar menantunya tersebut mengembalikan Zainab kepada Beliau.
Sesampainya di Mekah, Abu Al Ash (suami Zainab) menceritakan permintaan Rasulallah Saw. Zainab pun akhirnya mematuhi permintaan ayahnya walaupun dengan berat hati harus meninggalkan orang yang begitu dicintai. Namun kecintaannya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya jauh lebih tinggi. Hingga Zainab memilih berangkat ke Madinah beserta utusan Rasulallah Saw. yang menjemputnya. Saat itu Zainab dalam kondisi hamil, karena di perjalanan sempat dihadang kafir Quraiys akhirnya Zainab mengalami keguguran.
Setelah sampai di Madinah Rasulallah menyambutnya, Zainabpun menceritakan apa yang dialaminya. Waktu berlalu namun terasa begitu berat bagi Zainab karena tidak bisa bersama dengan suaminya. Namun demikian, Zainab senantiasa berdoa agar sang suami dibukakan hatinya untuk bisa menerima cahaya Islam. Hampir enam tahun Zainab berpisah dengan suaminya, hingga suatu saat, ada kafilah dagang yang tertangkap pasukan kaum muslimin. Dan diantara kafilah dagang tersebut ada Abu Al Ash yang berhasil lolos dan bersembunyi di rumah Zainab. Pagi-pagi Zainab mengumumkan bahwasanya di rumahnya ada Abu Al Ash dan dia sudah melindunginya. Ketika mendengar hal itu Rasulalloah kaget, namun Zainab menjelaskan perihal perlindungannya. Akhirnya Rasulallahpun membolehkan seraya mengingatkan untuk tidak berhubungan karena mereka sudah tidak halal.
Akhirnya setelah mendapat perlindungan, Abu Al Ash pamit untuk kembali kepada kaumnya, seraya berkata “Mereka (yaitu para sahabat) telah menawarkan kepadaku untuk masuk Islam, tetapi aku menolak sambil kukatakan, âSungguh buruk diriku memulai agama baruku dengan pengkhianatanâ. Ucapan itu rupanya memancarkan secercah harapan untuk Zainab.
Setelah Sampai di Mekah Abu Al Ash mengembalikan semua perniagaan kaum Quraiys dan menyatakan keIslamannya. Kemudian langsung ia kembali ke Madinah untuk menemui Zainab dan berkumpul kembali bersama istri dan anak – anak tercintanya. Zainab dan suaminya memulai hidup baru dengan penuh kebahagian karena kebersamaan mereka kali ini dilandaskan iman yang menghujam.
Inilah kisah pasangan yang mereka bersama dalam iman, walaupun ujian datang menghantam tapi keimanan dan ketabahan membuat Zainab teguh menghadapi semuanya. Sampai akhirnya mereka mampu melewati semuanya dan kemudian Allah Swt. persatukan kembali dalam ikatan yang lebih kokoh. Inilah couplean dalam Iman yang sejati. Semoga dapat menjadi inspirasi, yes!
Waallahuâalam