Oleh. Shafayasmin Salsabila
Â
#MuslimahTimes — Pagi hari ahad, 21 Juli 2018 telah berlangsung acara kajian bulanan Indramayu Ngaji Cerdas yang diselenggarakan oleh MT. Sahabat Alquran. Agenda kajian diawali dengan tilawah bersama beberapa ayat Alquran. Puluhan peserta terdiri dari muslimah Indramayu kota. Single liLlah dan ibu-ibu hebat hadir melapangkan majelis ilmu.
“Islam Rahmat Bagi Seluruh Alam” menjadi tema yang diangkat dan diperbincangkan. Dipaparkan oleh Mba Resti Dwi Anggraeni selaku pemateri dengan sangat gamblang dan jelas.
Mengawali pemaparannya, beliau mempertanyakan tentang isu yang berkembang dalam masyarakat terkait pelabelan Islam. Ada Islam Sekuler, Islam Liberal dan terakhir yang tengah menghangat adalah istilah Islam Nusantara.
Gambaran Islam yang toleran, ramah dan merangkul seakan dialamatkan kepada Islam Nusantara. Potret islam yang diharapkan menjadi rule mode bagi dunia. Benarkah demikian?
Rasul Saw, datang dengan membawa ajaran Islam secara kaffah. Aturannya sempurna. Merangkum segala varian kehidupan hingga kiamat menjelang. Ajaran Islam sudah final. Tidak butuh ada penambahan atau pengurangan.
Kesempurnaan Islam ditegaskan dalam QS. Al Maidah: 3 yang terjemahnya “… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu… “
Jika Islam sudah sempurna lantas untuk apa direvisi, dimodifikasi dan dikoreksi? Betapa aneh, saat hamba berlaku ‘pintar’ melebihi Tuhan. Allah Swt berfirman:Â “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (TQS. Al Anbiya : 107)
Islam agama yang universal. Diturunkan bukan hanya untuk pemeluknya saja, tapi agar semua manusia dan alam semesta merasakan pendar harmoninya. Merasakan hujan kebaikan dari sistem Islam. Rahmatnya bagi semua ciptaan.
Karenanya tidak layak untuk menurunkan derajat Islam pada tingkat lokal. Kelak selain Islam Nusantara, akan ada Islam Malaysia, Islam Timur Tengah, Islam Eropa bahkan bisa jadi akan ada Islam Indramayu. Naudzubillahi tsumma naudzubillah. Islam tidak membutuhkan tambahan nama yang melekatinya.
Islam yang dibawa oleh Rasul Saw mengajarkan ketulusan cinta, kepedulian pada sesama serta menghargai umat selainnya. Jika tidak memusuhi Islam, maka darah orang kafir haram ditumpahkan.
Rasul Saw bersabda:Â “Barangsiapa menyakiti kafir dzimmi (non-muslim yg berdamai), maka aku (Rasulullah) akan menjadi lawannya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Rasul pun pernah menyuapi wanita Yahudi yang sudah lansia lagi buta. Meskipun dari mulut wanita tersebut keluar makian penuh kebencian kepada dirinya. Adakah yang menyangkal tentang ketulusan yang Rasul ajarkan.
Potret Islam sudah sangat ‘cantik’ sedari dulu. Tak butuh dipermak dan dipoles lagi. Maka ide Islam nusantara hanyalah hembusan angin yang membius. Membawa kesesatan berpikir. Sehingga umat dibawa jauh dari kemurnian Islam. Dari sumbernya. Akibatnya umat akan terjebak pada kejumudan. Mengambil Islam hanya sebagian. Dan semakin jauh dari kebangkitan
Untuk itu sangat penting untuk kita kembali mendakwahkan Islam apa adanya. Sesuai Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw. Tanpa embel-embel dibelakangnya. Karena kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw yakin seratus persen bahwa Islam akan merahmati alam saat hukum Allah tegak secara keseluruhan.
Demikian ringkasan materi yang dipaparkan oleh mba Resti. Beberapa peserta aktif mengikat ilmu dengan mencatat, sedang sebagian yang lain khusyu‘ menyimak. Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan pembagian dorprise. Hingga pukul 10.30 acara ditutup dengan pembacaan doa. Alhamdulillah.
Wallahu a’lam bish-shawab [Ss]
*Reportase Indramayu Ngaji Cerdas Edisi Juli 2018