Oleh: Didah Al-Husna
[Anggota Komunitas Berkarya Untuk Islam]
#MuslimahTimes — Seringkali di media online kita menemui judul artikel yang menarik. Contohnya seperti “Ternyata Buah Jengkol 100.000x Lebih Efektif Mencegah Kanker” atau “Cukup Dengan Langkah Sederhana, Anda Bisa Menyelamatkan Penderita Stroke” atau “Hati-hati, Virus HIV Bisa Disebarkan Melalui Ini, dan Anda Tidak Menyadarinya”.
Mungkin di antara kita pernah membaca berita berjudul seperti di atas. Judul bombastis! Isinya tidak kalah menakjubkan. Bagaimana reaksi kita? Meneliti dulu kebenarannya atau langsung menggerakan jempol ikut membagikan?
Tidak sedikit dari kita masih percaya berita hoax. Termasuk hoax pada dunia kesehatan. Dulu, banyak mitos pada dunia kesehatan. Sedangkan sekarang banyak info kesehatan berbumbu hoax.
Masyarakat yang kurang info dan tidak kritis, akan dengan cepat memviralkan berita hoax tersebut. Padahal, informasi yang menyesatkan bisa membahayakan.
Misalnya, ada orang yang mencoba menyelamatkan penderita stroke. Lalu dipraktikkan cara seperti yang dibacanya dari broadcast WhatsApp. Ujung jari penderita ditusuk dengan jarum. Secara medis, ternyata cara tersebut salah. Bahkan dapat mengancam jiwa. Seorang penderita stroke bisa kehilangan nyawa karena tidak segera mendapatkan pertolongan yang seharusnya.
Sebagai seorang muslim, tentu kita harus berhati-hati dalam bersikap. Termasuk ketika mendapatkan suatu berita dan menyebarkannya.
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS. Al Hujurat : 6].
Tak hanya membuat, menyebarkan berita hoax juga termasuk perbuatan buruk. Bahkan pelakunya diancam oleh Rasulullah SAW sebagai pendusta. Jika setiap mendengar berita langsung disebarkan, padahal belum diperiksa kebenarannya.
Rasulullah SAW juga bersabda: “Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika dia menyampaikan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim).
Sudah seharusnya kita meneliti dulu suatu berita. Jika belum diketahui kebenarannya, lebih bijak tidak membagikannya. Awali dengan memeriksa dan memastikan kebenarannya. Banyaklah membaca untuk memperkaya literasi. Supaya bisa menjadi filter yang efektif di era digital saat ini.
Penanganan berita hoax, tidak lepas dari peran negara. Peran untuk melindungi masyarakat dari informasi yang salah. Pemerintah melalui lembaga terkait seharusnya bisa menghapus berita-berita hoax yang beredar. Pembuat dan penyebar berita hoax secara sengaja, harusnya dihukum supaya jera. Bukan malah membolehkan hoax yang membangun. Karena sejatinya, berita hoax tetaplah kebohongan.
Mari menahan jemari dan membuka pikiran. Agar kita tidak termasuk pelaku penyebar hoax. Sebaliknya, mari gerakkan jemari untuk menyebarkan konten-konten kebenaran. Konten yang bermanfaat dan mencerdaskan umat.
Wallahua’lam bish-shawab.
=====================================
Sumber Foto : Jawa Pos