Oleh: Dede Yulianti
#MuslimahTimes — Duka menyeruak di belahan timur Nusantara. Gempa susul menyusul terjadi di Nusa Tenggara Barat. Gempa 7 skala Richter (SR) itu mengguncang daerah Lombok Utara sekitar pukul 18.46, Ahad 5 Agustus 2018. Gempa berpusat pada kedalaman 15 kilometer dan berlokasi pada 8.37 Lintang Selatan dan 116.48 Bujur Timur.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada 170 gempa bumi susulan pasca gempa Lombok berkekuatan 7 SR. Kekuatan gempa semakin lemah. Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan gempa 7 SR yang mengguncang Lombok kemarin berpotensi tsunami meski letak episenternya berada di darat.
Sementara itu, BNPB mencatat total korban meninggal dunia 91 orang, 209 orang luka-luka, dan ribuan rumah rusak akibat gempa Lombok 7 SR. Proses evakuasi pascagempa juga dilakukan di 3 Gili (detik.com).
Sayangnya di tengah keprihatinan, ada yang masih berpikir tak ada kaitan musibah dengan peringatan Allah SWT. Begitu kuatnya pelukan sekulerisme di negeri ini. Meniadakan keterikatan pada Rabb atas perilaku manusia, serta segala kejadian di bumi dan langit. Seakan terlupa alam ini digenggam dalam kendali-Nya. Tak ada selembar daunpun terlepas dari tangkainya tanpa kehendak-Nya. Apalagi keguncangan bumi yang sedemikian dahsyatnya.
Demikian indahnya cara Allah menyayangi hamba-Nya. Tak dibiarkan berkubang dalam kejahiliahan. Utusan-Nya telah memberi peringatan dan kabar gembira bagi umat manusia. Membawa syariat-Nya demi kebahagiaan manusia semata. Meski tak sedikit manusia enggan dalam ketaatan. Kini ‘Penutup Para Nabi’ itu telah tiada. Namun dunia tak sepi dari peringatan penciptanya. Berbagai musibah dan bencana bergiliran sesuai kehendak-Nya. Adakah manusia bergegas tuk kembali pada titah-Nya. Ataukah sekadar memaknai sebagai fenomena alam belaka.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al Qur`an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. [Fushilat : 53].
Ayat-ayat Allah bertebaran baik dalam kitab suci-Nya maupun yang terserak di jagat raya ini. Terkadang manusia lupa akan fitrahnya sebagai makhluk. Jabatan abadi yang diembannya hanyalah sebagai hamba Al Khaliq. Anugerah akal yang dititipkan malah membuatnya lupa diri. Mengakali kehidupannya sesuka hati. Tanpa ragu dan tersisip malu menyelisihi aturan yang telah dibuat Rabbnya.
Duhai jiwa yang lalai, kemana lagi kan mencari pertolongan jika bukan pada penggenggam kehidupan. Ketakutan, kecemasan, kegundahgulanaan, Allah SWT sematkan di hati manusia agar tunduk mengakui keagungan-Nya. Ketundukan yang sama pula ketika menerima syariat-Nya.
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. [al A’raaf : 96].
Inilah kabar gembira, bagi penduduk negeri yang bertakwa Allah SWT akan limpahkan keberkahan hidup. Takwa yang dimaksud tentu bukan hanya dalam tataran individu. Tetapi negarapun mestilah mengelola negeri ini dengan ketakwaan. Melepas penghambaan pada sekulerisme kapitalis, yang menjadi penghalang diterapkannya aturan Islam. Juga nyata-nyata membawa keterpurukan di semua sisi kehidupan. Sumber daya alam yang melimpah diserahkan pada swasta, asing dan aseng. Sementara rakyat gigit jari menikmati lonjakan harga kebutuhan yang kian tak terbeli.
Maka musibah meski menyisakan duka dan luka, harus pula menggugah jiwa tuk melakukan perubahan nyata. Mengembalikan pengelolaan bumi dan manusia pada Syariat Islam yang sempurna. Membawa kebaikan dan keberkahan baik di dunia maupun di kehidupan akhirat yang selamanya.
=