Oleh. Helmiyatul Hidayati
(Blogger Profesional dan Mahasisiwa Ilmu Komunikasi UT Jember)
#MuslimahTimes – Banyak dari kita tidak asing dengan nama Kim Jong Hyun dari Boy Group Shinee, atau Chung Mong Hyun, pemilik perusahaan otomotif Hyundai. Keduanya merupakan orang yang tidak diragukan lagi bakatnya, kepopuleran, ketenaran hingga kekayaannya, namun sayang akhir hayat mereka sangat tragis karena mati bunuh diri.
Selain mereka berdua, kita bisa sebutkan beberapa nama lain yang memiliki hidup sempurna dan bersinar namun ternyata memiliki tragedi dalam hidupnya. Michael Jordan dan Pangeran Alwalid bin Talal Alsaud adalah dua nama pria besar di dunia, namun memiliki kisah tak enak dalam keluarganya karena harus bercerai dengan istrinya.
Jadi, harta, tahta, ketenaran dan keluarga tidak bisa menghantarkan manusia menuju kebahagiaan. Inilah yang disampaikan oleh ustazah Wardah Abeedah dalam Dauroh Ummun Islam Rahmatan Lil ‘Alamin pada Minggu (21/10) kemarin.
Pada acara yang bertempat di Rumah Makan Lalapan Pangestu Gunung Batu ini, ustazah Wardah juga menginformasikan bahwa bila manusia ingin mendapatkan kebahagiaan ia harus memahami tujuan hidupnya.
Dan manusia yang ingin memahami tujuan hidupnya harus memahami dahulu darimana dia berasal. Untuk kemudian menjadi tempat manusia bertanya apa visi-misi hidupnya selama berada di dunia dan akan kemana bila ia telah menyelesaikan urusannya di dunia.
Allah SWT adalah Zat Sang Maha Pencipta dan Pengatur dunia ini telah menetapkan tujuan hidup manusia seperti yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyaat : 56 yang berbunyi, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk MENYEMBAH kepadaku.” Dimana maksud menyembah di sini adalah menjadi hamba Allah yang taat, tunduk dan patuh kepada hukum Allah (Syariah).
Bila di sekolah tingkat dasar dan menengah kita tidak asing dengan istilah peta, yakni gambaran sebagian atau keseluruhan suatu wilayah di sebuah permukaan datar. Peta biasanya digunakan oleh para turis bila ia sedang melancong di negeri asing, agar tidak tersesat dan tepat sampai tujuan.
Sejatinya hidup manusia di dunia itu juga bak turis yang datang ke negeri asing. Bila para turis mengandalkan peta dari pengelola atau pengatur atau pemilik suatu pariwisata yang ia kunjungi, maka manusia pun seharusnya mengandalkan peta dari Sang Pemilik, Pencipta dan Pengatur alam semesta.
Sifat manusia yang lemah, terbatas dan membutuhkan orang lain tidak memungkinkan ia untuk membuat tujuan hidup sendiri. Pula tidak mungkin membuat aturan untuk hidupnya sendiri, karena sesuatu yang tidak bisa menciptakan (manusia, alam semesta dan kehidupan) bila ia tidak mengaturnya, maka hanya kehancuran dan kekacauan yang akan terjadi.
Kehancuran dan kekacauan itu kini telah menjadi problematika ummat yang membutuhkan penyelesaian segera. Sebut saja kehancuran keluarga, pergaulan bebas, tingkat kriminalitas yang tinggi, merasuknya sekulerisme dalam banyak lini kehidupan, persekusi dakwah dimana-mana, bencana alam, perpecahan dalam tubuh kaum muslimin dan masih banyak lainnya.
Di sesi kedua, ustazah Istiqomah memaparkan bahwa segala problematika bisa diselesaikan dengan mengembalikan aturan hidup hanya pada Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan menyeru, dan atau mengusahakan sesuatu untuk mengubah keadaan yang rusak dan tidak Islami menjadi baik sesuai dengan Islam. Inilah yang disebut DAKWAH.
Di hadapan peserta dauroh yang berjumlah puluhan orang ini, ustazah Isti memberikan sebuah film fiksi singkat mengenai seorang anak yang menjadi ‘pioneer’ untuk mengeluarkan banyak orang dari masalah besar. Ia memulai mendorong kayu yang menghadang jalan meskipun ia tahu dengan tubuh dan kekuatannya yang kecil kayu itu tidak akan bergerak sedikitpun. Hingga kemudian berduyun-duyun orang pun datang membantu dan kayu bisa diangkat dari jalan. Masalah pun selesai seiring dengan hujan yang juga reda.
Dari kisah tersebut kita belajar bahwa sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin bila dikerjakan secara bersama-sama atau berjamaah. Bayangkan bila hal ini pun terjadi dalam dakwah. Semakin kita berjamaah maka solusi pun akan semakin dekat, yakni kembali kepada kebangkitan Islam.
Allah SWT pun menjanjikan hal mulia bagi para pengemban dakwah yakni, pertama; mendapat predikat sebaik-baik ummat; kedua, menjadi kelompok yang beruntung; ketiga, pahala yang mengalir terus-menerus; dan keempat; bila dakwah dilancarkan melalui jihad, Allah beranji akan mengampuni dosa, memberikan surga, pertolongan dan kemenangan yang semakin dekat.
Sebaliknya, bila manusia tidak melakukan dakwah maka akan mendapat balasan buruk dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran atau Allah akan menguasakan kalian kepada seseorang yang paling kejam di antara kalian, dan kalaupun orang terbaik (sholih) di antara kalian berdoa, mereka tidak akan dikabulkan.” (HR. At-Tabhrani)
Bahaya lain bila tidak ada dakwah dapat digambarkan dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu” (HR. Bukhari no. 2493).
Namun, meskipun begitu dakwah bukanlah hal yang mudah. Untuk itu hal ini tidak akan bisa dilakukan sendirian. Karena itu Allah pun mewajibkan untuk dakwah berjamaah seperti yang difirmankan dalam QS. Al-Imron : 104 yang artinya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Setelah melalui serangkaian acara, dauroh pun ditutup dengan pembacaan puisi renungan dan pengisian kuisioner bagi para peserta kajian yang ingin mengkaji Islam secara Kaffah untuk lebih baik lagi dalam meniti dan menata kehidupan dalam rangka mensukseskan pencapaian tujuan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.