Oleh.Tari Ummu Hamzah.
MuslimahTimes.com – Apa yang terlintas di benak anda jika membahas tentang dapur impian? Panci-panci cantik berbahan granite? Interior dapur yang menawan? Elektronik dapur yang canggih? Atau pernak-pernik dining set yang indah? Semua memang idaman emak-emak. Siapa yang tidak ingin memiliki tampilan dapur yang menawan. Sebab sejatinya wanita itu memang suka dengan keindahan. Ditambah area dapur yang memang daerah kekuasan wanita atau istri sehari-hari. Urusan dapur pun juga menjadi wewenang istri. Pengaturan isi dapur dan out put dari isi dapur juga jadi urusan sang istri.
Tapi sebagai seorang muslimah kita terikat dengan hukum syara. Jadi urusan dapur juga tidak boleh jauh-jauh dari hukum syara’. Nah selain tampilan dapur, kita juga harus berpikir soal “konten” dan “konsep” dapur kita. Maksudnya?
Dapur adalah tempat kita menyajikan berbagai hidangan untuk keluarga. Maka kehalalan juga menjadi prioritas utama. Selain halal jangan lupa soal ketoyiban makanan alias makanan yang sehat, makanan yang diolah sendiri.
Karena makanan yang kita olah sendiri mampu menghindarkan anak kita dari sifat konsumerisme.
Sepenting itukah menghindarkan anak dari konsumerisme? Yup. Penting banget! Sebab sifat konsumerisme akan melahirkan gaya hidup hedonisme. Berawal dari menjadi konsumen biasa, lama-lama aktivitas konsumerismenya itu akan berubah menjadi jalan kebahagiaan. Jelas bahwa konsumerisme bisa menjadi habbit yang berbahaya. Sebab anak kita akan cenderung menjadi sasaran pasar para kapitalis.
Bayangkan jika kita sebagai ibu memiliki sikap yang konsumtif. Gemar belanja karena keinginan kita. Gemar makan di luar, gemar jajan. Maka anak juga akan mencontoh sikap kita. Ingat bahwa anak tidak pernah gagal mencontoh sikap orang dewasa. Maka dari itu kita sebagai istri dan ibu memiliki wewenang dalam menentukan apa saja yang harus dikonsumsi oleh anggota keluarga. Dimulai dari dapur. Berkreasi dengan aneka menu. Tak perlu makanan yang mewah. Cukup dengan makanan yang sehat. Kita sajikan menu-menu rumahan khas buatan ibu. Kita tunjukkan kepada anak-anak bahwa menjadi kreatif adalah lebih baik dari pada konsumtif.
Salah satunya dengan membuat aneka makanan dan cemilan sendiri.
Hal ini juga akan memunculkan sifat kreatif anak-anak kita. Mereka terbiasa melihat ibunya berkreasi di rumah. Maka anak-anak juga akan meniru kebiasaan itu. Lama-lama mereka akan berpikir “untuk apa beli kalau kita bisa bikin sendiri dan berinovasi”. Ya berinovasi dan berkreasi itulah yang kadang ingin dilakukan anak-anak dirumah.
Masya Allah! dari dapur saja kita bisa mencegah anak-anak kita memiliki sifat konsumtif yang nantinya akan mengantarkan pada kehidupan yang hedonis. InsyaAllah ini akan menjadi amalan salihah yang berlipat-lipat pahalanya dan menjadi pemberat pahala di akhirat kelak. Inilah luar biasanya pekerjaan ibu. Dari dapur saja bisa “menerbangkan” kita ke surga. Dari dapur juga kita memiliki pahala “investasi”.
Jadi dapur impian seorang muslimah itu sebenarnya bukanlah panci-panci mahal dan segala pernak-pernik dapur. Tapi dapur yang mampu mengantarkan anak-anak kita menjadi generasi yang bijak dalam memanfaatkan materi yang mereka miliki. Dapur yang bisa kita jadikan sebagai sumber pahala yang mampu mengantarkan kita ke surga.
Terlihat bahwa “konten” dapur kita adalah berisi banyak pelajaran untuk kita dan anak-anak, akan pentingnya kreatifitas. Sedangkan konsep dapur kita jelas tidak jauh-jauh dari hukum syara’.