Oleh. Maya Ummu Azka
Muslimahtimes.com–Selain Maryam binti Imron dan Fatimah binti Muhammad, Allah Subhanahu wata’ala menganugerahkan gelar wanita penghulu surga kepada Sayyidah Khadijah al Kubro. Sejauh mana kita, para wanita akhir zaman, menyelami sosok beliau yang begitu dicintai oleh Rasulullah ﷺ?
Begitu mulia Khadijah, hingga Allah dan Malaikat Jibril menyampaikan salam untuknya. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ,
“Jibril berkata padaku: ‘Jika Khadijah datang kepadamu, maka sampaikanlah kepadanya salam dari Rabbnya, dan juga dariku’, Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Allah telah memilihkan seorang wanita yang tepat bagi lelaki yang tepat, lelaki yang Allah muliakan dengan pengembanan risalah Islam. Sejak dulu, sebelum cahaya Islam hadir di tengah-tengah tanah Mekah, Khadijah adalah wanita terpandang yang terkenal sebagai ath-thahirah. Julukan itu pantas ia sandang karena senantiasa menjaga kesucian dan kehormatannya. Selain itu, Khadijah merupakan Wanita cerdas yang terampil. Hal ini tergambar dari kecerdasan Beliau menenangkan hati Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam yang gundah sesaat setelah menerima wahyu pertama dari Allah Subhanahu wata’ala.
“Berbahagialah wahai putra pamanku dan teguhlah engkau. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di tangan-Nya! Sungguh aku berharap engkau menjadi nabinya umat ini.” (Ibnu Hisyam dalam as-Sirah an-Nabawiyah, 1/236).
Perkataan itu begitu indah, terlebih ketika diucap di saat sang suami merasa galau, takut dan sedih. Alih-alih ikut bingung, Sayyidah Khadijah dengan dengan lisan lembutnya mampu menguatkan hati Rasulullah ﷺ di tengah keraguan.
Khadijah al-Kubro, ra. adalah sosok yang menggantikan peran ibu dengan segala kasih sayangnya pada Rasulullah ﷺ yang telah lama kehilangan sosok ibunda. Tak pernah sekalipun menyakiti, baik dengan lisan dan perbuatan, bahkan ia mampu memenuhi hati sang suami dengan ketenangan, baik dengan ucapan maupun sikapnya. Tak heran jika cinta Rasulullah ﷺ kepadanya adalah cinta yang tak tergantikan. Beliau ﷺ menyatakan, “Sesungguhnya aku betul-betul dianugerahi oleh Allah untuk mencintainya” (HR. Muslim)
Sayyidah Khadijah adalah wanita pertama yang memeluk Islam, pun keempat anak dari suami-suami yang sebelumnya akhirnya masuk Islam dan mengabdikan hidupnya untuk kemuliaan Islam. Tentu saja ini buah dari didikan sang ibu yang luar biasa. Salah satu putranya adalah Thahir bin Abi Haalah yang pernah pula diutus Rasulullah ﷺ menjadi wali di sebagian wilayah Yaman. Dan juga turut berjihad memerangi orang-orang Murtad di Tihamah pada masa kekhilafahan Abu Bakar, r.a.
Dalam kitab Darul Mar’ah as-Siyasiyah, tak hanya berperan menjadi ibu di rumah, namun Sayyidah Khadijah juga turut serta dalam dakwah. Bagaimana peran beliau yang luar biasa dalam menyukseskan dakwah Rasulullah ﷺ mulai dari awal diangkat menjadi Nabi, menjadi bemper bagi dakwah di Mekah, serta mencurahkan segenap yang dimiliki saat pemboikotan kaum muslimin di Syi’ib Abu Thalib.
Pernah Sayyidah Aisyah, r.a. Berkata, “Nabi ﷺ jika menyebut tentang Khadijah maka ia pun memujinya dengan pujian yang sangat indah. Maka pada suatu hari aku pun cemburu, maka aku berkata, ‘Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Allah telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya’
Maka Nabi berkata, “Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanita pun yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.”
(HR Ahmad no 24864 dan dishahihkan oleh para pentahqiq Musnad Ahmad)
Banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dari perjalanan hidup Sayyidah Khadijah sebagai salah seorang wanita penghulu surga. Sudah saatnya kita senantiasa meningkatkan pemahaman dan memperbaiki syakhsiyah islamiyyah agar layak mencapai kedudukan mulia di sisi Allah. Dan tanamkan kesungguhan dalam memadukan keimanan, kecerdasan, keteguhan, dan kemuliaan adab demi kejayaan Islam dan kaum muslimin. Wallahu a’lam
Referensi: tausiyah KH. Hafidz Abdurrahman