
Oleh. Zia Almira Yusfina
Muslimahtimes.com–Forum Ukhuwah Muslimah Banyuwangi menggelar dialog bersama dengan tema “Moderasi Beragama, Harmonisasi Sosial atau Distorsi Pemikiran?” di Pawon Mina Resto By Madame Ann, Genteng, Banyuwangi, Minggu 05 Oktober 2025.
Diskusi tokoh muslimah ini menghadirkan dua narasumber yang menguasai sesuai bidangnya masing-masing. Beliau adalah Ustazah Miratul Hasanah, merupakah aktivis muslimah, pemerhati sosial termasuk juga penulis. Narasumber kedua Ibu Efinda Putri, M.Si seorang aktivis muslimah dan Mompreneur.
Dalam kesempatan diskusi tersebut, Efinda menjelaskan terkait sejarah munculnya konsep moderasi beragama yang ternyata bukan dari islam melainkan merupakan proyek global barat. Tujuannya sendiri untuk membagi-bagi kaum muslimin dengan membaginya menjadi: (1) kaum fundamentalis; (2) kaum tradisionalis; (3) kaum modernis/moderat; (4) kaum sekularis.
Di Indonesia sendiri “Moderasi Beragama” dipopulerkan oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, sebagai program prioritas nasional untuk menghadapi intoleransi dan kekerasan atas nama agama sekitar tahun 2014-2015. Indonesia sendiri pernah diundang sebagai wajah global islam moderat di pertemuan PBB Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024 hingga Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 menggaungkan untuk beragama maslahat.
Selain itu beliau juga memaparkan implikasi adanya moderasi beragama ini tengah-tengah kehidupan masyarakat itu meliputi :
- Sekularisme : Pemisahan agama dari politik
- Relativisme : Merelatifkan ajaran agama, tidak ada klaim kebenaran, kebenaran tidak tunggal
- Kontekstualisme/ Substansialisme : Antitesa terhadap paham tekstual dan formalisme pemahaman agama.
- Westernisme : Mengunggulkan faham Barat dan wajib ditiru
- Gender/ Emansipasi : Kesetaraan gender
- LGBTQ : Menurut paham liberal, LGBT merupakan hal yang mesti ditoleransi, diberi ruang, dan diterima di tengah masyarakat.
- Nikah beda agama : Harus diakui sebagai wujud toleransi.
Konsep Moderasi beragama dianggap sebagai solusi jitu untuk menghadapi permasalahn bangsa yang plural dan majemuk seperti indonesia. Namun pada faktanya problematika di negeri ini tidak kian tuntas melainkan kompleks. Beliau menyimpulkan bahwa ide ini merupakan rekayasa sosial-politik untuk pengukuhan hegemoni Barat dan pemeliharaan status quo kapitalisme global sebagai strategi melemahkan potensi kebangkitan Islam.
Dalam kesempatan yang sama ustazah Miratul Hasanah, yang kerap dipanggil ustazah Mira menjelaskan perbedaan secara gamblang antara ide moderasi ala barat dengan toleransi dalam islam. Bahwa moderasi beragama menggaungkan asas sekulerisme yakni pemisahan agama dari politik. Jadi sangat jelas sebagai kaum muslim kita harus kritis menyikapinya.
Ustadzah Mira juga menjelaskan dengan rinci terkait timeline strategi pecah belah umat oleh barat. Maka beliau memberikan gambaran solusi global dan hakiki dari ide berbahaya ini yaitu Islam kaffah sebagai jalan persatuan. Islam membebaskan manusia dari kezaliman kapitalisme menuju penegakan keadilan dan menggantikan sistem batil. Beliau menyadarkan kepada kita semua untuk melakukan dakwah sebagai tugas utama umat islam dan merekatkan ukhuwah sebagai basis persatuan umat serta melakukan perjuangan menegakkan syariah sebagai jalan perubahan nyata
Di akhir forum beliau menguatkan keyakinan dan memberikan kabar gembira tentang janji Allah untuk kita semua dari surat An-Nur ayat 55 bahwa Allah berfirman “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”