Oleh Kholda Najiyah
Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Mungkin kita sering mendengar ungkapan tersebut. Memang benar, uang adalah salah satu faktor terpenuhinya kebutuhan hidup. Wajar jika semua orang mengejar uang. Sayangnya, uang itu sulit didapat, tapi begitu mudah dibelanjakan. Apalagi di tangan perempuan.
Ya, nagi perempuan, belanja adalah kegiatan yang paling ditunggu-tunggu. Rasanya senang dan puas bisa mendapatkan barang-barang yang diinginkan, meski sejumlah uang melayang. Tak terkecuali muslimah, tentu juga memiliki waktu khusus untuk belanja.
Apalagi yang sudah berstatus sebagai istri, tak lepas dari belanja kebutuhan hidup. Namun, tentu saja, pos-pos belanja muslimah berbeda dengan belanja perempuan sekuler pada umumnya. Ambil contoh belanja fashion. Bagi perempuan sekuler, wajib hukumnya menyisihkan uang belanja untuk kebutuhan kosmetik, ke salon atau spa, perawatan wajah dan rambut, menicure dan pedicure, serta jenis perawatan tubuh lainnya. Bagi muslimah, pos belanja ini bukanlah prioritas.
Bukan berarti muslimah anti perawatan tubuh, tapi semua bisa dilakukan di rumah dengan biaya murah meriah. Apalagi, lebih terjamin keamanannya mengingat saat ini banyak beredar produk kosmetik atau treatment kecantikan yang berbahaya.
Lalu belanja fashion, perempuan sekuler akan sangat mengedepankan pakaian teranyar, paling up date dan bermerek. Harga tak menjadi pertimbangan, karena yang terpenting gengsi. Makin minim bahan, biasanya harga makin mahal.
Bagi muslimah, tentu fashion jilbab dan kerudung syarí saja yang dibeli. Itupun tak perlu setiap bulan, karena jilbab akan tetap up to datehingga hari kiamat. Namun, jika sudah usang, sebaiknya diganti sebagai wujud rasa syukur sekaligus menghargai diri sendiri. Bukankah Allah SWT menyukai keindahan dan keserasian? Muslimah perlu juga tampil apik dan serasi, yang penting syarí.
Selanjutnya uang refreshing, bagi perempuan sekuler juga sebuah kebutuhan. Mereka biasa menyegarkan pikiran dengan pergi ke tempat wisata, karaoke, bioskop, diskotek atau club malam. Jalan-jalan, makan enak dan bersenang-senang butuh anggaran yang tak murah.
Bagi muslimah, pos ini sungguh tidak penting. Jalan-jalan bersama keluarga memang perlu sesekali, tapi tak harus ke tempat wisata mewah yang menghabiskan rupiah. Bisa dipilih ke tempat wisata alam yang tidak menghabiskan uang dan jauh dari kemaksiatan.
Sebaliknya, pos belanja muslimah yang menjadi prioritas misalnya sedekah. Atas izin suami, semestinya istri pun menjadikan sedekah sebagai bagian dari pos pengeluaran yang wajib dianggarkan rutin. Termasuk anggaran biaya untuk mendukung aktivitas dakwah. Muslimah juga memiliki pos pengeluaran khusus untuk mendukung proses penyadaran umat menuju kehidupan islami ini.
Selanjutnya belanja rutin, seperti membayar tagihan listrik, air atau pulsa telepon, pastinya tidak bisa dilewatkan. Demikian pula yang paling banyak menyedot anggaran, yakni kebutuhan pokok seperti sembako, bumbu dan makanan untuk kebutuhan keluarga. Muslimah paham betul wajibnya memenuhi hajatun udhowiyahberupa kebutuhan makan dan minum yang halal dan bergizi, sehingga tidak kikir menyediakannya demi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.(*)
Tak lupa kebutuhan anak, meliputi biaya sekolah, piranti sekolah, cemilan atau bahkan mainan untuk mengasah imajinasi dan kecerdasannya. Ini juga harus dikeluarkan dengan cermat tanpa buang-buang uang. Nah, kunci dari keseimbangan dalam berbelanja adalah rasa syukur. Insya Allah, seberapapun uang belanja asal syukur akan merasa cukup dan dicukupkan oleh Allah SWT. Wallahuálam.(kholda)