Oleh. Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis Buku “Menikah Rasa Jannah”)
Muslimahtimes– Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan rumah tangga yang langgeng hingga hanya ajal yang menjadi pemisahnya. Betapa tidak, rumah tangga adalah bangunan penuh makna yang harus dijaga. Namun sayangnya, dalam naungan sistem kehidupan liberal nan kapitalistik seperti hari ini, rumah tangga kaum muslimin digoda dengan aneka ujian.
Namun terlepas dari permasalahan eksternal yang dapat menggoyang bangunan rumah tangga, ada juga permasalahan internal yang kerap terabaikan. Sehingga tak tercium eksistensinya. Ujungnya rumah tangga menyimpan “bom” di dalamnya, yang pada waktunya nanti dapat meledak menghancurkan bangunan rumah tangga.
Berikut ini adalah tips agar rumah tangga awet hingga menua bersama pasangan:
Pertama, menerima pasangan apa adanya. Dalam hal ini, menerima segala kelebihan sekaligus kekurangannya dengan lapang dada. Jika pun merasa tak nyaman dengan kekurangannya, maka nasihatilah dan bimbinglah dengan cara yang ahsan, bukan dengan penghakiman yang dapat menyudutkan pasangan ke dalam jurang ketidakberhargaan.
Sebagai istri, ketika mendapati suaminya tidak sesuai espektasinya seperti ketika awal menikah dahulu, maka terimalah dia apa adanya. Karena kita telah menyerahkan diri kita kepadanya seutuhnya untuk menjadi makmum dalam hidupnya, maka bersabarlah terhadap segala kekurangannya. Namun meski begitu, kita tetap harus menasihati selayaknya menasihati seorang sahabat, agar dia menyadari kesalahannya. Sampaikan dengan penuh kelembutan, jangan sampai menginjak harga dirinya sebagai seorang kepala rumah tangga.
Begitupun bagi suami, ketika mendapati istrinya penuh dengan kekurangan, maka selayaknya suami menasihati dengan penuh cinta. Sebagaimana Islam mengajarkan agar para suami mendidik istrinya dengan cara yang penuh hikmah. Jangan dengan bentuk paksaan, jangan pula dibiarkan dengan kesalahannya. Sebab sejatinya istri bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika diluruskan dengan paksa, dia akan patah. Dan jika dibiarkan dia akan semakin bengkok.
Rasulullah Saw bersabda, “Sampaikanlah pesan kebaikan kepada kaum wnaita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika kalian ingin meluruskannya, maka kalian mematahkannya, jika kalian biarkan saja, niscaya ia akan tetap bengkok.” (Muttafaq ‘Alaih).
Kedua, jangan pernah membatasi “kebebasannya” selama tidak melanggar hukum syara atau mengabaikan kewajibannya. Ya, karena sejatinya setiap individu memiliki kesenangan, jangan sampai pernikahan justru membuat kesenangan tersebut terenggut dan akhirnya menciptakan ketidakbahagiaan dalam rumah tangga. Jangan sampai pasangan kita merasa terkekang setelah menikah. Padahal bukankah pernikahan adalah wadah untuk merajut kebahagiaan?
Biarkan pasangan kita melakukan apa yang dia sukai, jangan membuatnya tertekan dan merasa bersalah dengan terus-menerus melarangnya. Jika hal-hal tersebut tidak membuatnya mengabaikan kewajibannya sebagai seorang suami atau sebagai seorang istri, lantas mengapa harus melarangnya berbahagia lewat caranya?
Ketiga, jangan pernah membicarakan keburukannya di hadapan orang lain, termasuk mertua, orangtua, atau keluarga besar. Kadangkala dalam setiap pertemuan keluarga, terjadi perbincangan hangat yang mengalir tanpa batas. Dan kadangkala kita terbawa suasana membicarakan banyak hal di hadapan keluarga besar, termasuk mungkin membicarakan soal keburukan pasangan kita. Jelas hal tersebut akan dapat menyakiti hati pasangan kita, mungkin tidak secara langsung pasangan kita mengungkapkan ketidaksukaan tersebut. Namun bisa jadi dia memendamnya dalam diam.
Sudah selayaknya suami dan istri saling menghargai dan menjaga perasaan masing-masing. Jangan sampai menyakitinya walau sepercik saja.
Demikianlah tips agar rumah tangga awet dan dilingkupi bahagia. Kuncinya adalah saling memahami pasangan kita sebagaimana kita memahami diri kita sendiri. Sebelum melakukan sesuatu pada pasangan kita, tanyakan kepada diri kita, “ Sukakah kita diperlakukan demikian?” Jika kita tidak suka, berarti jangan melakukan itu pada pasangan kita. Begitupun ketika kita ingin melontarkan ucapan kepada pasangan kita, tanyakan kepada diri kita, “Sukakah kita jika mendengar kalimat tersebut dialamatkan kepada kita?” Jika kita tidak suka, maka jangan ucapkan itu kepada pasangan kita.
Sungguh, rumah tangga adalah sekolah kehidupan untuk menempa setiap diri menjadi pribadi yang dewasa dan sikap mental yang kian matang. Bersandarlah pada syariat-Nya, dekaplah kuat iman kepada-Nya. Niscaya kita akan mampu memperlakukan pasangan kita dengan perlakukan terbaik, sebagaimana halnya Rasulullah Saw memperlakukan istri-istrinya dengan begitu mulia. Ingatlah bahwa lelaki terbaik adalah ia yang ketika marah tak menghinakan pasangannya dan ketika bahagia ia akan memuliakan pasangannya.
Adapun istri terbaik adalah yang ketika marah memilih diam daripada memaki pasangannya, dan ketika bahagia akan menularkan kebahagiaan itu kepada pasangannya. Wallahu’alam.