Oleh. Diana Septiani
Muslimahtimes– Di dalam Islam, seorang suami memiliki peran sebagai pemimpin rumah tangga. Ia wajib memimpin, melindungi dan memberi nafkah kepada keluarganya. Sementara peran istri adalah sebagai ibu, pengatur rumah tangga dan pendidik bagi anak-anaknya.
Dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 34, Allah telah memuliakan seorang lelaki dengan jabatan sebagai seorang pemimpin atas wanita. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 34)
Setelah menjalin rumah tangga, selain menjadi seorang suami, lelaki juga diberi jabatan mulia sebagai seorang ayah. Dengan jabatan ini, akan memungkinkan pada dua hal, yakni mengantarkan ia pada kesusahan di dunia dan akhirat atau sebaliknya dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Menurut Imam al-Qudhai’y dalam Musnad asy-Syihab, kebahagiaan dari segala kebahagiaan adalah panjang usia dalam ketaatan kepada Allah. Dari sini bisa kita jabarkan faktor-faktor yang dapat menjadikan sosok ayah bahagia dan membahagiakan dunia akhirat.
Pertama, ayah senantiasa membekali diri dan memproses anak-anaknya untuk menjadi pemimpin orang yang bertakwa. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
“Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)
Selain peran ayah, dibutuhkan kerjasama antarkeluarga agar senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah Swt. Keluarga berambisi kuat untuk masuk surga bersama-sama kelak bisa berkumpul lagi di surga.
Di sini peran mendidik anak-anak bukan hanya dibebankan kepada seorang ibu, melainkan ayah juga turut berperan. Terlebih posisinya, ayah adalah pemimpin dalam pendidikan keluarga.
Kedua, ayah memberikan nafkah dengan rezeki yang halal. Sementara, keluarganya mensyukuri apa-apa yang diberikan ayah. Karena, Allah Swt mewajibkan lelaki/suami sebagai penanggungjawab nafkah keluarga.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَآ رَّ وَا لِدَةٌ بِۢوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ
“… Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya…”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 233)
Ketiga, ayah bergaul dengan keluarga secara makruf. Sebagaimana dinyatakan oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam An-Nizham al-Ijtima’i fil Islam, ayah harus mampu menciptakan pergaulan suami istri yang harmonis, bagaikan dua sahabat.
Ayah yang mampu bergaul dengan keluarganya secara makruf, maka akan menciptakan keluarga yang harmonis, saling membantu dan saling membahagiakan. Bahkan, Rasulullah Saw yang rangkap jabatan sebagai Nabi dan Rasul, kepala negara sekaligus kepala rumah tangga senantiasa meluangkan waktunya untuk bercanda terlebih dulu sebelum tidur dengan keluarganya.
Keempat, ayah mampu menjaga istri dan anak-anaknya terhindar dari api neraka. Sebagaimana dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6. Allah Swt berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6).
Ayah yang membahagiakan tentu akan senantiasa ingin keluarganya bahagia dunia akhirat. Maka, diperlukan perbekalan ilmu agama Islam bagi seluruh keluarganya agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Wallahu a’lam bishshowab.