Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2021
  • June
  • 8
  • Jabatan Dibagi-bagi Implementasi Politik Balas Budi?

Jabatan Dibagi-bagi Implementasi Politik Balas Budi?

admin.news 08/06/2021
muslimahtimes
Spread the love

Oleh Ummu Sansan

(Komunitas Pena Cendekia)

#MuslimahTimes — Tidak ada makan siang gratis. Demikian pula, tidak ada dukungan pada paslon eksekutif dan legislatif yang cuma-cuma. Semua berbayar. Semua minta imbalan dan keuntungan. Demi kepentingan golongan, sebagian orang, hingga diri sendiri. Betapa tidak, dalam demokrasi kursi eksekutif dan legislatif meniscayakan dukungan rakyat. Alhasil corong suara terus digandeng demi suara yang makin terdulang. Bila berhasil duduk di kursi eksekutif dan legislatif, imbalan dan bagi-bagi kue kemenangan dilakukan.

Inilah yang ditengarai terjadi tatkala Abdi Negara Nurdin alias Abdee Slank diangkat menjadi komisaris independen PT. Telkom. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang dilakoninya dianggap tidak berkaitan dengan jabatan yang kini didudukinya. Hal ini dilontarkan oleh Ketua DPP PKS Bukhori Yusuf. Sebaliknya Juru bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi), Fadjroel Rachman, menilai penunjukan Abdi Negara atau Abdee Slank menjadi komisaris PT Telkom Indonesia merupakan keputusan tepat. (news.detik.com, 30/5/2021)

Pengangkatan ini menimbulkan polemik. Indikasi balas jasa atau politik balas budi juga disampaikan oleh Lina Miftahul Jannah, pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia. “Ucapan terima kasih inilah yang menjadi spekulasi manakala seseorang tadi diangkat menjadi anggota dewan komisaris,” (bbc.com, 31/5/2021). Lantaran jejak Abdee Slank sebagai relawan pendukung kampanye Presiden Joko Widodo dalam dua kali pemilihan presiden 2014 dan 2019.

Sejatinya kondisi ini bisa dimaklumi dalam sistem demokrasi yang membutuhkan suara dan dana banyak. Apalagi asas yang mendasari sistem demokrasi yaitu kapitalisme sekularisme, selalu menjadikan manfaat atau keuntungan materi sebagai tujuan. Wajar jika pendukung akan berhitung imbalan yang akan didapat. Namun tetap saja menurut masyarakat jamak hal tersebut tidak etis. Sayangnya, Inilah realita yang terjadi.

Entah apa yang terjadi pada nasib PT. Telkom di tangan komisaris yang baru. Namun Komisi VI DPR berjanji akan menilai kinerja Abdee ‘Slank’ selama enam bulan ke depan. Apabila dia tidak mampu menjalankan perannya, DPR akan meminta Menteri BUMN untuk mencopotnya. (bbc.com, 31/5/2021). Sungguh sayang bila pejabat yang mengurus urusan rakyat pasang copot jabatan karena diragukan kompetensinya. Seharusnya kriteria pejabat yang mengurus rakyat haruslah jelas sehingga hanya orang-orang yang kompeten sajalah yang bisa duduk pada posisi tersebut. Bukan karena balas jasa ataupun politik balas budi.

Dalam buku The Great Leader of Umar bin Al Khathab karya Dr Muhammad Ash-Shalabi, dijelaskan tentang praktek Khalifah Umar tentang kaidah-kaidah dasar dalam mencari dan mengangkat pejabat. Ada 3 kaidah yaitu pejabat yang diangkat memiliki fisik yang kuat dan amanah. Kedua, mendahulukan orang yang berilmu dan menguasai pekerjaan pada pejabat yang akan diangkat. Ketiga, pejabat yang diangkat memiliki belas kasihan dan kasih sayang terhadap rakyat. Karenanya pejabat yang diangkat benar-benar dipertimbangkan dari sisi kualitas dan kapabilitasnya.

Gambaran pejabat yang demikian hanya ada dalam sistem Islam. Dalam sistem kapitalisme sekularisme yang mendasari demokrasi, sulit menemukan pejabat yang tulus ikhlas bekerja mengurus rakyat menurut aturan yang benar. Sebaliknya mereka duduk atas kepentingan pribadi, golongan, partai pengusungnya. Jadi jabatan yang diperoleh suatu hasil dari prestasi atau memang politik balas budi? Wallahua’lam bisshowab.

Continue Reading

Previous: Ancaman Krisis Pangan Dunia, Umat Butuh Junnah Segera
Next: Ketika Kualifikasi Tak Lagi Berarti

Related Stories

Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi WhatsApp Image 2025-09-29 at 20.21.17

Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi

29/09/2025
Filisida Maternal Marak, Cermin Sistem Sakit dan Rusak WhatsApp Image 2025-09-29 at 20.01.28

Filisida Maternal Marak, Cermin Sistem Sakit dan Rusak

29/09/2025
Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional WhatsApp Image 2025-09-27 at 06.46.00

Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional

26/09/2025

Recent Posts

  • Islam Punya Resep Jitu Lawan Sepi dan Hampa
  • Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi
  • Filisida Maternal Marak, Cermin Sistem Sakit dan Rusak
  • Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional
  • Kohabitasi Berujung Mutilasi, Potrer Gelap Generasi

Recent Comments

  1. Editor Muslimah Times on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  2. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  3. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  4. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  5. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan

Read This

Islam Punya Resep Jitu Lawan Sepi dan Hampa WhatsApp Image 2025-09-29 at 20.36.43

Islam Punya Resep Jitu Lawan Sepi dan Hampa

29/09/2025
Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi WhatsApp Image 2025-09-29 at 20.21.17

Kohabitasi Berujung Mutilasi, Dampak Tragis Liberalisasi

29/09/2025
Filisida Maternal Marak, Cermin Sistem Sakit dan Rusak WhatsApp Image 2025-09-29 at 20.01.28

Filisida Maternal Marak, Cermin Sistem Sakit dan Rusak

29/09/2025
Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional WhatsApp Image 2025-09-27 at 06.46.00

Kalsel Catat PHK Tertinggi ke-2 Nasional

26/09/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.