Oleh: Hana Rahmawati
(Aktivis Dakwah Tangerang)
MuslimahTimes— Slogan “Indonesia maju” menjadi tema yang diangkat dalam Konvensi Rakyat di Sentul Internasional Convention Center, Minggu 24/2/2019. Menurut Erick Thohir, ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Indonesia maju yang digaungkan pasangan calon nomor urut 01 ini bukan hanya sebagai slogan. Namun ia adalah wujud sebuah optimisme.
“Indonesia maju bukan hanya sebagai slogan. Indonesia maju adalah wujud optimisme. Sebuah transformasi dari harapan besar bangsa Indonesia.” ujarnya.
Kampanye perpolitikan Indonesia telah memunculkan berbagi slogan termasuk Indonesia maju. Meski baru hanya slogan, namun masing-masing petarung kekuasaan itu meyakini hal tersebut bisa menarik simpatik rakyat sebagai target pasar pemilu 2019 ini. Mereka akan berusaha meyakinkan masyarakat bahwa kehidupan akan jauh lebih baik jika salah satu dari mereka terpilih nanti.
Masing-masing tim kubu pasangan calon juga selalu mengunggulkan jagoannya kehadapan publik. Sebagaimana yang diucapkan Erick,
“Karena pak Jokowi mendengarkan rakyatnya dengan hati yang jujur. Beliau memastikan pemerintahan yang berpihak kepada rakyat dan mampu segera mewujudkan program kerja nyata.” ujarnya. rmol.com 25/2/2019.
Begitu juga dengan kubu Prabowo-Sandi dengan slogannya ‘Adil dan makmur bersama Prabowo-Sandi’. Menurut Muzani, salah satu tim pemenangan paslon 02 ini, slogan itu dipilih sebagai bentuk perubahan di semua lini sektor yang selama ini masih carut marut.
“Pada pembangunan seluruh sektor bagi perbaikan, peningkatan dan keadilan bagi rakyat Indonesia.” jelas Muzani dikediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa 18/9/2018. teropongsenayan.com 19/9/2018.
Hal yang biasa terjadi di masa kampanye untuk berusaha menarik simpatik para pemilih agar melabuhkan pilihannya kesalah satu paslon. Janji-janji manis hidup makmur dan sejahtera mengalir deras dari bibir calon penguasa bak air bah diruang publik. Tak pelak membuat sebagian masyarakat terbuai karena mereka rindu adanya perubahan yang baik dalam perpolitikan negerinya.
Namun, apa mau dikata jika nyatanya sang penguasa yang telah terpilih mendustai, janji hanya sekedar janji, banyak yang akhirnya tidak terealisasi. Begitulah hari ini tenggelam dalam sistem rusak demokrasi.
Bangkit dengan Islam Kaffah
Keinginan sebagian kalangan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang dan maju dengan kehidupan sejahtera tidaklah berlebihan. Pasalnya, kehidupan yang kian hari kian terasa sulit membuat masyarakat menginginkan adanya perubahan mendasar. Suatu perubahan yang membawa kepada perbaikan sistem pemerintahan yang menentramkan.
Namun pertanyaannya, bisakah ketenangan dirasakan di dunia ini jika kita mengabaikan sistem aturan dari Illahi?. Jika kita cermati sistem sekuler-demokrasi hari ini sangat sulit mengharapkan ketenangan meliputi kehidupan sosial dimuka bumi.
Berbagai kesempitan hidup yang dirasa bisa jadi karena telah banyak mengabaikan hukum-hukum Allah. Sebaliknya, hukum buatan manusia justru yang diterapkan dalam keseharian. Padahal hukum-hukum yang berasal dari akal manusia yang terbatas berpotensi memiliki banyak cacat dan bisa jadi mengandung kepentingan kelompok tertentu serta melanggar aturan syariah.
Sebagai contoh penghidupan sempit yang dirasakan hari ini adalah kenaikan harga BBM dan listrik yang bisa dikatakan hampir tiap awal tahun. Jelas hal tersebut dirasa menyulitkan bagi rakyat banyak. Belum lagi penumpukan utang pemerintah yang terus membengkak. Berdasarkan data cnbnindonesia.com 17/5/2018, utang pemerintah per April 2018 mencapai 4.180,6 triliun. Rasionya 29,88% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah itu didapat dari pinjaman dalam dan luar negeri sebesar Rp. 773,4 triliun dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 3.407,1 triliun.
Akibat penumpukan utang ini, cicilan pokok dan bunga terus membengkak dan menyedot alokasi APBN. Sehingga alokasi APBN untuk rakyat semakin terbatas. Alih-alih mensejahterakan masyarakat justru membebani rakyat dengan utang tersebut melalui berbagai pajak yang kian memberatkan. Belum lagi kenaikan barang teknologi dan komoditas kebutuhan sehari-hari sebagai dampak melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dollar di 2018 lalu.
Tentu semua itu adalah bentuk-bentuk kesempitan hidup yang telah dirasakan. Hal tersebut terjadi karena negeri ini telah terlampau jauh berpaling dari syariah Allah SWT. Negara malah menerapkan sistem sekular-kapitalis warisan penjajah dan mengabaikan hukum-hukum Allah. Padahal Allah telah menjanjikan kepada siapa saja yang taat pada aturan Allah maka pasti keberkahan dari langit dan bumi akan melimpah kepadanya.
Sebagaimana firman Allah, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96).
Dalam ayat lain pun Allah mengabarkan kepada siapa saja yang berpaling dari peringatan Allah maka baginya penghidupan yang sempit.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan kami akan mangumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 124).
Maka sudah sepatasnya manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, tunduk patuh kepada aturan dan perintah-Nya, bukan kepada aturan manusia yang banyak cacat serta senantiasa berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman dan kepentingan kelompok tertentu.
//Umat Butuh Khilafah//
Keinginan untuk menjadikan Indonesia maju adil, makmur dan sejahtera tidaklah mungkin bisa tercapai jika sistem dan aturan yang berlaku masih berasal dari aturan sekular-kapitalis. Sebab selama kaum kapitalis berkuasa maka segala bentuk penindasan terhadap kaum papa masih akan terus berlangsung. Gelombang kekacauan masyarakat akibat dari diterapkannya aturan yang timpang akan semakin membesar.
Untuk itu, rakyat bukan hanya membutuhkan kepala negara yang baru. Tetapi juga sistem aturan yang terbaik. Sebab sudah saatnya kita menyadari bahwa hanya dengan aturan Islam kaffah lah negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur akan terwujud. Yang akan mewujudkan kesejahteraan bagi semua kalangan.
Aturan ini hanya akan tegak dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Karena Khilafah lah yang akan menerapkan aturan Islam Kaffah di berbagai sendi kehidupan. Keindahan Daulah Khilafah jelas tidak hanya dirasakan oleh umat Islam tetapi juga mereka diluar Islam yang tunduk patuh pada Daulah. Sebagaimana yang diakui oleh sejahrawan Barat, Will Durant dalam bukunya ‘Story of Civilization’.
“Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapa pun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.”
Jika Will Durant seorang Barat saja mengakui keindahan khilafah, lantas mengapa kita sebagai umat Islam masih enggan memperjuangkan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah? Renungkan. []
Wallahu A’lam.
[Mnh]