Oleh. Maya Ummu Azka
Muslimahtimes.com–“Tanpa kekuatan militer, sejarah peradaban manusia mengajarkan bahwa bangsa itu akan dilindas, seperti di Gaza sekarang. Akan diambil kekayaannya dan akan diusir dari tanah airnya. Tidak bisa tidak, kita harus kuat.”
Sontak pernyataan Prabowo Subianto dalam Debat Capres putaran ketiga itu memantik reaksi dari umat Islam, khususnya yang concern pada perjuangan muslim Palestina menghadapi penjajahan Zionis Israel di tanah Palestina.
Sejatinya siapa pun yang mengikuti permasalahan genosida rakyat Palestina, khususnya di wilayah Gaza, akan melihat betapa kuatnya penduduk Gaza dan Palestina pada umumnya. Sudah lebih dari 3 bulan mereka diperangi, dibombardir, bahkan dengan bom fosfor yang dilarang oleh Konvensi Internasional. Per-tanggal 12 Januari 2024 tercatat setidaknya 23.210 warga Palestina syahid, Sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. Namun kenyataan ini tak melunturkan semangat juang mereka.
Perjuangan Hamas dengan proyek Taufan al-Aqsa tak pelak terbukti mampu menggetarkan dan memorakperandakan pertahanan entitas Zionis Israel. Terlebih dengan dibantu oleh Yaman di Laut Merah yang menghambat masuknya bantuan negara Barat untuk Israel. Maka hal ini membuka lebar mata dunia betapa lemahnya Israel yang selama ini digadang-gadang memiliki kekuatan militer terhebat di wilayah Timur Tengah.
Membalikkan Tuduhan
Alih-alih menuding Gaza, justru tudingan lemah paling tepat ditujukan pada penguasa di negeri-negeri muslim. Dengan kekuatan militer yang dimiliki, tak tergerak untuk membebaskan tanah Palestina dari jajahan Zionis. Bukankah berdasar Situs Global Firepower, Pakistan menempati negara dengan kekuatan militer urutan ke-7 di dunia? Lalu ada Turki di urutan ke-11, Indonesia ke-13, Mesir ke-14, dan Iran ke-17. Sementara militer Israel sendiri menempati urutan ke-18.
Di sisi lain, meski memiliki kekuatan militer, namun hakikatnya negeri-negeri kaum muslimin sedang terjajah secara nonfisik. Tak hanya Palestina, namun muslim Rohingya terlunta terusir dari negerinya tanpa ada pembelaan, sementara perampokan sumberdaya alam oleh negara-negara kapitalis di negeri muslim terus terjadi dengan restu dari penguasanya.
Penyebab kelemahan itu adalah hubuddunya yang bersarang dalam dada para penguasa negeri muslim. Hubuddunya yang telah mencerabut kekuatan akidah sebagai kunci kekuatan. Betapa ketamakan pada kemewahan dunia yang semu dan nafsu berkuasa telah menggerus wala’ dan barra’ pada Allah. Mereka lalai pada Dzat yang telah menciptakan dan memberikan mereka banyak kenikmatan. Mereka lupa bahwa kehidupan di dunia hanya sementara, dan akhirat adalah kehidupan abadi yang harusnya diperjuangkan. Entah menguap ke mana hakikat syahadatain yang terucap di setiap salatnya.
Padahal akidah adalah kunci kekuatan. Dengan kekuatan akidah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berhasil membangun negara Islam yang kuat dan berpengaruh di seluruh jazirah Arab, kemudian dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dan khalifah sesudahnya hingga mampu membebaskan ¾ penjuru dunia dari kegelapan kekufuran.
Dengan kekukuhan akidah juga, para mujahidin Hamas mampu menggetarkan tentara Zionis Israel. Pun kekuatan itu pula yang akhirnya membuka mata dunia hingga masifnya dukungan mayoritas penduduk dunia, dan berujung pada terjadinya gelombang muallaf di berbagai penjuru dunia.
Maka, jelaslah bagi kita, tanpa kekuatan akidah yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang layak ditakuti dan diharapkan keridhoan-Nya, maka kaum muslimin akan lemah dan terjajah sebagaimana penguasa-penguasa mereka saat ini. Sehingga sudah saatnya Kembali mengukuhkan akidah, berwala’ dan barra’ hanya pada Allah, memberikan loyalitas kita berjuang untuk Islam dan tegaknya Khilafah sebagai institusi pelaksana syariah kaffah di seluruh penjuru dunia. Wallahu a’lam