Oleh. Tari Ummu Hamzah
Muslimahtimes.com–Kepala Bidang Hubungan Industri pada Disnaker Tangsel, Endang mengatakan, dari 1.695 pekerja yang di-PHK, sekitar 20 persennya disumbang dari sektor pekerja outsourcing. Menurut Endang, pekerja outsourcing di Tangsel paling banyak di-PHK ketimbang pekerja yang bekerja pada industri ritel, padat karya, dan lainnnya. (05/Sep/2024, Radarbanten.com)
Gelombang PHK yang terus bergulir akan menciptakan ratusan ribu bahkan jutaan pengangguran. Janji pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan lebih banyak, nyatanya hanya isapan jempol belaka. Karena kondisi ekonomi Indonesia yang masih dalam posisi deflasi. Yaitu penurunan jumlah uang beredar di masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat cenderung menyimpan uangnya di bank. Menahan pengeluaran dan berhemat. Kondisi Ini menyebabkan berkurangnya permintaan barang sementara produksi barang terus meningkat, sehingga masyarakat tidak lagi mengkonsumsi barang tersebut karena bosan atau ingin membatasi pembelian.
Karena kondisi tersebut berdampak pada perlambatan kegiatan ekonomi. Perlambatan ekonomi inilah yang menjadi salah satu faktor terjadinya PHK. Jika Jumlah PHK terus bertambah, tentu akan mengguncang kondisi rumah tangga. Khususnya kondisi hubungan suami istri. Karena ketika laki-laki kehilangan pekerjaannya, dia akan kehilangan aktivitas utamanya yaitu bekerja.
Nah, ketika para ayah tidak lagi memiliki pekerjaan maka tak jarang terjadi konflik dirumah tangga. Hubungan suami istri memanas, suami dilanda stress karena menganggur. Sedangkan istri kurang empati terhadap psikis suaminya yang terus menuntut pemenuhan kebutuhan seperti biasanya. Karena untuk kebutuhan pokok seperti makan, bayar air, listrik, SPP anak-anak, transportasi harus terpenuhi setiap bulannya. Jadi ketika dapur tak lagi mengebul, ini menimbulkan stress para ibu. Karena para ibu diliputi kekhawatiran akan tidak mampu menyediakan makanan yang layak.
Maka, kecemasan pasca PHK ini dirasakan oleh dua pihak. Namun jangan lupakan anak yang juga akan terkena dampaknya. Jika beban stress ini melanda para ayah dan ibu, tak jarang anak akan menjadi sasarannya. Entah itu jadi sasaran bentakan ayahnya atau omelan panjang sang ibu.
Sedangkan penguasa tak menghiraukan masalah keluarga seperti itu. Padahal keluarga adalah ‘rahim’ yang melahirkan penerus bangsa. Jika kondisi ‘rahim’ ini goyah, maka ini juga akan berdampak pada kualitas generasi. Lalu generasi seperti apa yang ingin di cetak jika kebutuhan dasar sulit dipenuhi dan para laki-laki terhalang kewajibannya karena lapangan pekerjaan sulit?
Akar Masalah
Akar masalah dari kondisi di atas adalah karena negeri ini menerapkan ekonomi kapitalis. Dimana sistem ini hanya memikirkan soal keuntungan dan mengorbankan nasib rakyat kecil. Rakyat kecil bak kelas bawah yang dianaktirikan. Karena jika pemerintah banyak mengurusi urusan rakyat kecil tidak ada keuntungan untuk pemerintah. Yang ada pemerintah harus menggelontorkan dana untuk menyelesaikan perkara yang masal. Maka wajar jika sistem ini abai terhadap kondisi masyarakat.
Jadi siapa yang paling diurusi oleh rakyat? Hanya rakyat kelas ataslah yang diurusi. Karena kalangan ini rata-rata memiliki uang dan akses untuk melakukan proses produksi. Sehingga mereka menjadi rakyat yang menghasilkan banyak keuntungan bagi negara. Karena bisnis yang mereka miliki menjadi penyumbang pajak terbesar.
Jika ‘rumah tangga’ dari bisnis-bisnis kalangan atas bermasalah, maka pemerintah akan turun tangan. Bahkan tak segan-segan akan mengeluarkan peraturan yang memuluskan bisnis mereka. Mereka adalah kalangan yang sering ‘dimanjakan’ oleh penguasa dengan seperangkat aturan demi mempercepat putaran bisnis mereka.
Lalu, bagaimana solusinya?
Jika PHK itu terjadi pada kita, maka sikap kita adalah menerimanya. Anggaplah ini adalah ujian yang harus dilewati oleh kita dan pasangan. Yakinlah bahwa Allah akan membukakan jalan rezeki yang lain. Karena rezeki manusia itu tidak akan tertukar. Tetap semangati suami agar mereka merasa diterima kondisinya saat ini.
Empati kepada kondisi suami akan membuatnya merasa percaya diri dan dihargai. Apresiasi adalah hal yang dibutuhkan suami atas usaha dan perjuangannya. Bahkan ini akan menjadi booster baginya untuk mencari pintu rezeki yang lain. Maka bersabar dalam membersamai pasangan itu wajib.
Namun apakah sabar menjadi solusi utama? Jelas bukan. Kita harus menyadari bahwa masalah PHK ini adalah masalah sistemis. Dan imbas dari masalah sistemis itu akan memengaruhi kondisi individu per individu. Jadi butuh solusi yang sistemik juga. Namun solusi dari sistem kapitalisme itu gagal dalam menyejahterakan rakyatnya. Karena rakyat hanya dipandang sebagai objek bisnis. Jika objek bisnisnya sudah tidak menghasilkan keuntungan bagi sistem ini maka mudah saja mencampakkan rakyatnya.
Jadi kita butuh solusi hakiki yang mampu menyelesaikan masalah manusia hingga ke akar-akarnya. Hanya sistem Islam saja yang terbukti memberikan jaminan kesejahteraan dan keamanan ekonomi. Karena sistem ekonomi islam tidak dibangun dengan pondasi untung dan rugi. Sistem ekonomi dalam Islam adalah berusaha untuk meratakan kesejahteraan rakyat. Sehingga kekayaan negara itu akan terdistribusi dengan baik agar individu per individu terjamin kebutuhan pokoknya.
Negara juga akan membuka lapangan pekerjaan. Baik itu lapangan kerja sektor formal atau informal. Bisa dengan memberikan sebidang tanah untuk digarap rakyat agar menghasilkan nilai ekonomi. Karena jika ada tanah menganggur selama tiga tahun, tanah tersebut diambil negara agar bisa dikelola oleh rakyat yang membutuhkan pekerjaan. Sehingga tidak ada kaum laki-laki yang menganggur. Sedangkan kewajiban laki-laki adalah menafkahi keluarganya. Inilah sistem Islam yang mampu menyelesaikan masalah umat. Pemimpin dalam Islam pun tidak memandang rakyat sebagai objek bisnis, tapi sebagai amanah yang wajib diurusi oleh negara. Untuk itu sudah saatnya sistem saat ini diganti dengan sistem Islam.