Oleh: Eri
(Pemerhati Masyarakat)
MuslimahTimes– Perancis berduka, aksi teror di Gereja Notre Dame, kota Nice, Prancis, pada tanggal 29 Oktober 2020 mengakibatkan 3 orang meninggal dan puluhan korban luka-luka. Para pemimpin dunia mengutuk keras, hingga serukan kecaman keras atas aksi teror sebagai bentuk rasa solidaritas.
Sebagaimana yang disebutkan dalam detiknews.com (31/10/2020), Para pemimpin dunia ramai-ramai mengecam aksi penusukan di Gereja Notre-Dame Basilica di Nice, Prancis. Presiden AS Donald Trump hingga Presiden Rusia Vladimir Putin siap mendukung Prancis dalam melawan terorisme.
Tak hanya dari negara barat, kecaman juga datang dari negeri-negeri Muslim. Mereka menyampaikan belasungkawa serta melontarkan kecaman keras. Bahkan, menyatakan sikap tegas ‘berdiri bersama Perancis memerangi terorisme’.
Arab Saudi juga mengeluarkan pernyataan yang mengutuk “tindakan ekstremis” yang bertentangan dengan semua agama. Negara itu menambahkan bahwa penting untuk menghindari semua praktik yang menghasilkan kekerasan karena kebencian dan ekstremisme. (kompas.com 30/10/2020)
Miris, kejadian di atas terjadi tidak lama setelah kasus penghinaan terhadap Nabi Saw oleh Pemimpin Negeri tersebut. Apa yang para pemimpin muslim lakukan saat itu terlihat lebih santai bahkan terkesan bungkam atas penghinaan yang terjadi. Alhasil, pernyataan yang mereka keluarkan di kasus terakhir seakan-akan mendukung opini barat tentang radikalisme, dan membiarkan Islamofobia merebak ditengah-tengah umat.
Panas hati ini melihat Nabi Saw tercinta dihina. Geram rasanya mendengar narasi-narasi barat tentang kerukunan dan toleransi. Namun, disaat umat membutuhkan keadilan, negara menghilang. Sangat berbeda, saat barat yang menjadi korban, berbondong-bondong mereka membantu. Serentak satu suara, menolak keras radikalisme yang ditujukan kepada kelompok Islamis.
Apa yang terjadi dengan para pemimpin Muslim saat ini? Mereka diam saat agama nya dihina, tapi bertindak tegas terhadap aksi teror yang menyerang barat. Benar-benar dunia terbalik. Lantas, apa yang harus dilakukan umat menyelesaikan masalah ini?
Demokrasi menjadi biang permasalahan ini. Sistem kufur yang menjunjung tinggi kebebasan, menjadikan manusia bebas mengeluarkan pendapatnya. Atas nama kebebasan, barat sengaja menebarkan kebencian dan hinaan terhadap Islam dan ajarannya. Selain itu, sekuler -yang memisahkan agama dari kehidupan tidak mampu memberikan keadilan dan efek jera bagi pelaku.
Sepatutnya umat sadar bahwa sistem rusak tidak akan melahirkan seorang pemimpin yang amanah. Tidak heran mereka bungkam atas penghinaan tersebut. Sebaliknya, mereka akan membela tuannya demi kepentingan pribadi. Seringkali membohongi dan menzalimi rakyat dengan berbagai kebijakan. Terlebih lagi, menolak untuk menerapkan hukum Syara’ sebagai aturan kehidupan.
Tak punya kekuatan, umat Muslim pun tak mampu berbuat banyak. Protes keras mereka, selalu dianggap intoleran. Sebatas boikot yang mampu umat Muslim lakukan untuk membuktikan cintanya kepada Rasulullah Saw.
Sistem kufur tidak mampu melindungi umat dan agamanya. Umat Muslim membutuhkan sistem yang dapat menyatukannya mereka dibawah naungan sistem terbaik yang dicontohkan Rasulullah Saw, para sahabat, dan penerusnya. Sistem yang mampu menerapkan Islam secara kaffah yaitu Khilafah. Berfungsi sebagai junnah, melindungi orang-orang yang di daerah kekuasaannya. Seperti hadits Rasulullah Saw, :
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa imam adalah junnah (perisai) yakni seperti tirai/penutup karena menghalangi musuh menyerang kaum Muslim, menghalangi sabagian masyarakat menyerang sebagian yang lain, melindungi kemurnian Islam dan orang-orang berlindung kepadanya. Adapun menurut al-Qurthubiy maknanya adalah masyarakat berpegang kepada pendapat dan pandangannya dalam perkara-perkara agung dan kejadian-kejadian berbahaya dan tidak melangkahi pendapatnya serta tidak bertindak sendiri tanpa perintahnya. (mediaumat.news)
Fungsi junnah dari Khilafah tampak ketika Sultan Abdul Hamid II menyerukan umat untuk jihad fi sabillah kepada Perancis dan Inggris. Ke dua negara tersebut menghina Rasulullah SAW dengan menggelar pentas drama bertajuk “Muhammad dan kefanatikan” karya Voltaire. Dengan kekuatan dan kewibawaan Khilafah lah, pentas tersebut batal. Inilah sistem yang dapat melindungi umat Muslim dan menjaga kemuliaan Nabi Muhammad Saw.
Bukti cinta kita terhadap Rasulullah Saw dengan menjaga kemuliaan dan menerapkan syari’at. Namun, hanya Khilafah yang mampu menerapkan syari’at secara menyeluruh dan mampu menyatukan umat dibawah naungannya. Untuk itu, tidak ada sistem yang berhak diemban umat Muslim saat ini kecuali Islam rahmatan lil alamin.
Waallahu a’lam bis shawwab.