Oleh.Trisnawaty A (Revowriter Makassar)
MuslimahTimes—Saat ini kita hidup dalam tatanan kehidupan yang berlandaskan sistem (aturan) materalisme kapitalisme dengan asas sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Sistem ini telah melahirkan individu yang materalistik. Jamak kita saksikan individu yang mengaku muslim tapi justru ‘menggadaikan’ agamanya dengan alasan yang bermacam-macam, entah karena alasan perut dan jabatan. Hal ini menimpa kaum muslim, baik di Indonesia sebagai negeri yang mayoritas penduduknya muslim maupun di negeri-negeri kaum muslim lainnya.
Ini berawal tatkala kepemimpinan kaum muslim, yaitu khilafah Islamiyah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal. Sejarah telah mencatat pada tanggal 3 maret 1924, Mustafa mengadakan sidang komite nasional dengan rumusan yang sudah ditetapkan, yaitu menetapkan penghapusan khilafah , mengusir khalifah, dan memisahkan agama dari negara.
Pidatonya yang masyhur kala itu : “Dengan harga apa yang harus dibayar untuk menjaga republik yang terancam ini dan menjadikannya berdiri kokoh di atas prinsip ilmiah yang kuat? Jawabnya, Khalifah dan semua keturunan keluarga ‘Utsman harus pergi (dari Turki), pengadilan agama yang kuno dan undang-undangnya harus diganti dengan pengadilan dan undang-undang modern, sekolah-sekolah agamawan harus disterilkan tempatnya untuk dijadikan sekolah-sekolah negeri yang non-agama”.
Tidak sampai di situ, dia kemudian menyerang Islam dan orang-orang yang dinamakan kaum agamawan. Demikianlah hantaman Mustafa Kemal terhadap Daulah Islam dan sistem Islam. Apa yang dilakukan kafir penjajah tidak berhenti pada meruntuhkan khilafah , lebih dari itu jiwa-jiwa penduduk negeri-negeri Islam dikondisikan dalam suasana agar mereka tetap bisa mempertahankan sistem yang berasal dari penjajah, yaitu kapitalisme.
Kemudian kafir penjajah menerapkan undang-undang barat di negeri kaum muslim melalui antek-anteknya.
//Penyakit Al-Wahn Pangkal Kehancuran Umat//
Keruntuhan khilafah menjadikan aum muslim terpecah-belah menjadi lebih dari 50 negara. Dan akhirnya kaum muslim yang jumlahnya sangat banyak tidak memiliki kekuatan. Muhammad Said Al-Qahthani dalam bukunya Al-Wala’ Wal-Bara’ menuturkan, ” Hari ini jumlah kaum muslim sangat banyak, tetapi mereka bagaikan buih, seperti buih air bah. Umat-umat yang paling hina berebutan memangsa mereka , dan manusia-manusia yang paling rendah pun menguasai mereka. Sungguh benarlah Nubuwah Nabi Muhammad saw ketika bersabda: “ Hampir tiba saatnya umat-umat memperebutkan kalian. Seperti makanan yang diperebutkan di atas piring besarnya. Seseorang bertanya , “apakah karena jumlah kami ketika itu sangat sedikit?” Beliau menjawab, “tidak, bahkan ketika itu jumlah kalian sangat banyak. Akan tetapi, ketika itu kalian adalah buih, seperti buih air bah. Allah benar-benar mencabut dari dada musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan Allah menyusupkan al-wahn ke dalam hati kalian.”
Seseorang bertanya lagi, ” Wahai Rasulullah, Apakah wahn itu?”Beliau menjawab, “Cinta dunia dan benci mati.”
Apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw ternyata menimpa umat hari ini, umat yang telah diberi gelar oleh Allah sebagai umat terbaik. Penyakit ini telah menjangkiti sebagian besar kaum muslim, tidak terkecuali para penguasa muslim. Kita bisa melihat apa yang terjadi di Suriah hari ini. Sejak terjadinya Arab Spring tahun 2011, rezim Bashar Al-Assad melakukan kebrutalan terhadap kaum muslim demi mempertahankan kedudukannya dan mengakomodasi keinginan kafir penjajah (Amerika Serikat dan konco-konconya). Lalu bagaimana dengan penguasa negeri ini?
Tidak hanya penguasa, penyakit ini pun menjangkiti ulama. Masih dalam buku Al-Wala Wal-Bara dinyatakan bahwa bagian terbesar dari penyimpangan yang hari ini menguasai kaum muslim ini dipikul oleh mereka yang bergelar ulama. Mereka melakukan manipulasi agar manusia mau mengganti syariat Allah dengan hawa nafsu manusia. Sungguh, mereka ini yang akan menanggung dosa-dosa mereka sepenuhnya, juga dosa orang-orang yang disesatkannya hingga hari kiamat. Kita memohon kepada Allah, semoga Allah senantiasa melindugi kita dari penyakit ini dengan tetap istiqamah diatas syariat-Nya.
Allah swt berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang berkata : Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqamah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan.” (TQS Fussilat[41]:30). Wallahu ‘allam