Oleh. Sulistyowati
MuslimahTimes– Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lelah adalah penat, letih, payah, lesu, tidak bertenaga. Lelah menjadi perkara yang pasti senantiasa menyertai aktivitas manusia dalam menjalankan kehidupan ini. Seperti seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah merasakan kelelahan. Seorang istri kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Orang tua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak.
Rasa lelah jika tidak disertai keimanan, maka lelah itulah yang akan didapat dan dirasakan seseorang. Namun, akan berbeda jika di dalam lelah yang dirasa ada nilai pahala yang diperoleh. Dan itu hanya akan mampu dicapai ketika dalam menjalani aktivitas kehidupan, senantiasa disertai akan kehadiran Allah SWT.
Dalam Islam ada lelah yang disukai oleh Allah, yaitu:
Pertama, lelah dalam berjihad di jalan Allah. Dalam QS : At-Taubah (9)-111, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (TQS. at Taubah : 111)
Kedua, lelah dalam berdakwah/mengajak kepada kebaikan. Yang dijelaskan dalam Al Quran, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (TQS. Fushshilat : 33).
Ketiga, lelah dalam beribadah dan beramal sholih. Allah berfirman, “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?” (TQS. al Ankabut : 68)
Keempat, lelah mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik putra putri amanah Ilahi. Allah berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (TQS. Luqman : 14).
Kelima, lelah dalam mencari nafkah halal. Allah berfirman, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (TQS. al Jumu’ah: 10)
Keenam, lelah mengurus keluarga. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (TQS. at Tahrim : 6)
Ketujuh, lelah dalam belajar/menuntut Ilmu. Allah berfirman, “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (TQS Ali Imran: 79)
Kedelapan, lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit. Allah berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (TQS. Al Baqarah: 155)
Itulah lelah yang disukai oleh Allah. Bukan lelah dengan urusan dunia yang akhirnya ibadah terlalaikan. Semoga kita senantiasa berada pada lelah yang disukai Allah, sehingga lelah kita bukan hanya tujuan dunia saja, namun lelah yang berpahala hingga bermanfaat di akhirat.
Wallahua’lam
[Fz]