Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2024
  • February
  • 19
  • Sulitnya Mewujudkan Hunian Impian

Sulitnya Mewujudkan Hunian Impian

admin.news 19/02/2024
hun
Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute, Pemred Muslimahtimes.com)

Muslimahtimes.com–Salah satu kebutuhan pokok yang sangat sulit dipenuhi oleh kepala keluarga adalah rumah. Ya, memiliki hunian sendiri adalah mimpi setiap keluarga. Namun, impian itu kian sulit untuk diwujudkan. Baik di pedesaan maupun di perkotaan, harga tanah dan rumah sangat mahal. Sementara nilai uang semakin hancur.

Butuh ratusan juta untuk mewujudkan rumah impian. Bagi masyarakat menengah ke bawah, hal itu sangat sulit diwujudkan. Pasalnya, pendapatan bulanan untuk makan saja kurang, boro-boro bisa membeli rumah. Gaji hanya numpang lewat, malah sering habis sebelum akhir bulan. Boro-boro bisa menabung untuk mewujudkan rumah impian.

Lantas, bagaimana kepala keluarga dapat mengakomodasi kebutuhan istri dan anak-anaknya akan hunian yang layak saat ini, ketika peradaban Islam belum tegak? Inilah realita yang dihadapi para keluarga muslim:

1. Terpaksa Tinggal di Rumah Orang Tua

Bukan hal aneh, pasangan yang sudah menikah, tetap tinggal di rumah orang tua salah satu pihak. Di orang tua istri, atau orang tua suami. Hal Ini disebabkan kemampuan pengantin baru, untuk segera mewujudkan rumah impian, belum ada. Jangankan beli, sewa pun tak sanggup.

Tentu sangat tidak mudah dalam satu atap ada lebih dari satu rumah tangga. Pada akhirnya akan ada peran yang tersingkirkan. Misal peran istri yang tidak bisa maksimal, karena ada ibu atau mertua perempuan yang mendominasi tugas rumah tangga. Demikian pula peran suami sebagai kepala keluarga, juga tidak bisa dijalankan karena masih ada ayah atau mertua laki-laki yang mengambil segala keputusan. Dari sinilah konflik bermunculan.

Belum lagi jika sudah ada anak, pola asuh antara ibu dan neneknya, sering menjadi sumber prahara. Tidak baik untuk tumbuh kembang anak. Juga, untuk memaksimalkan peran sebagai orang tua. Terkecuali jika rumah orang tua memang sangat besar dan layak, di mana masing-masing rumah tangga mendapatkan area yang cukup untuk aktivitasnya. Namun, berapa banyak keluarga yang seperti itu?

Tetaplah bersyukur. Setidaknya masih ada tempat berteduh. Siapa tahu, malah bisa menabung karena tidak perlu bayar sewa. Kelak bisa membeli rumah sendiri, jika bersabar menghadapi orang tua atau mertua.

2. Menyewa Rumah

Ada keluarga-keluarga yang sampai beranak-cucu, tak sanggup membeli rumah. Sejak menikah sampai anak-cucu lahir, hanya mampu menyewa. Entah karena manajemen keuangannya yang tidak baik, hingga tidak bisa menabung, atau memang pendapatannya benar-benar tidak tersisa sedikit pun untuk bisa mewujudkan rumah impian.

Terhadap keluarga seperti ini, tentu harus tetap bersyukur menerima kenyataan. Alhamdulillah masih bisa berteduh, meski bukan rumah milik sendiri. Masih bisa tidur dan beristirahat setiap hari. Tetap bersabar, meski rumah sewa ini tidak ideal, baik dari sisi desain maupun jumlah ruangannya. Tetap bersabar, meski harus menerima kenyataan pahit seperti capeknya pindah-pindah, ketika pemilik tak memperpanjang sewa.

3. Dapat Rumah dari Pemberian Orang Tua

Sebagian pengantin beruntung mendapatkan hadiah rumah oleh orang tuanya, atau mendapatkan bagian warisan. Ada yang mendapatkan uang dalam jumlah besar, hingga cukup untuk dibelikan rumah. Ada yang mendapatkan warisan berupa tanah, lalu tinggal membangunnya. Ada yang benar-benar mendapatkan bagian tanah dan rumah lengkap.

Alhamdulillah, bersyukur memiliki orang tua yang kaya. Harapan untuk hidup dalam hunian yang layak, masih bisa diwujudkan. Namun jika orang tua saja miskin dan rumahnya kecil, apa yang bisa diharapkan? Karena itu, banyak pasangan pengantin yang tidak bisa sama sekali berharap pada pemberian orang tuanya. Tak mengapa. Memang tidak boleh juga kepala keluarga tergantung pada orang tua. Harus berjuang sendiri.

4. Membeli Tanah Dulu atau Rumah Bekas

Untuk menyiasati mahalnya harga tanah dan rumah, bisa dengan membeli rumah sesuai anggaran yang ada dulu. Misal beli tanahnya saja, nanti membangun pelan-pelan. Atau membeli rumah bekas, dan direnovasi kemudian.

Ketimbang selamanya menghuni pondok mertua, atau menyewa rumah orang lain, pilihan ini diambil setelah memiliki cukup tabungan. Atau ketika mendapatkan pinjaman tanpa riba, misal dari orang tua, kerabat atau sahabat dekat yang menaruh kepercayaan. Memang, utang sangat tidak dianjurkan. Tetapi khusus membeli properti, masih dimaklumi, mengingat kecepatan menabung tidak sebanding dengan kecepatan naiknya harga properti. Yang penting tanpa riba dan mampu bayar. Begitu anjuran para pakar property yang dipilih sebagian keluarga.

5. Kredit Property Syariah

Saat ini sudah cukup banyak perumahan yang menawarkan skema syariah. Banyak keluarga yang mengambil kredit tanpa riba, demi mewujudkan rumah sendiri. Meskipun belum sesuai impian, yang penting kepala keluarga beritikad baik untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi anggota keluarganya. Tetapi, harus tetap mengukur kemampuan.

Demikianlah realitas yang harus dihadapi para keluarga muslim. Semoga tahun ini, Allah mampukan untuk memiliki hunian impian kalian semua. Aamiin.(*)

Continue Reading

Previous: Mahalnya Harga Beras, Mampukah Diatasi dengan Tuntas?
Next: Peran Istri yang Kurang Ideal

Related Stories

Sikap Mental Keluarga, Menghadapi Tekanan Hidup Bersama WhatsApp Image 2025-03-01 at 08.27.28

Sikap Mental Keluarga, Menghadapi Tekanan Hidup Bersama

01/03/2025
Wujudkan Rumah Islami, Dijamin Layak Huni WhatsApp Image 2025-02-01 at 20.18.17

Wujudkan Rumah Islami, Dijamin Layak Huni

01/02/2025
Suami Terbaik versi Islam IMG_20250111_222426

Suami Terbaik versi Islam

11/01/2025

Recent Posts

  • Judi Online Merajalela
  • Kelaparan Mendera Gaza, Butuh Solusi Segera
  • Standar Kemiskinan BPS dan Bank Dunia, Kemiskinan Sekadar Angka
  • Judi Online Merajalela, Hanya Khilafah Solusinya
  • Sistem Kapitalisme Lahirkan Generasi Rusak

Recent Comments

  1. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  2. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  3. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  4. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan
  5. wulan on Surya Dalam Dekap

Read This

Judi Online Merajalela WhatsApp Image 2025-05-17 at 14.31.07

Judi Online Merajalela

17/05/2025
Kelaparan Mendera Gaza, Butuh Solusi Segera WhatsApp Image 2025-05-17 at 13.23.58

Kelaparan Mendera Gaza, Butuh Solusi Segera

17/05/2025
Standar Kemiskinan BPS dan Bank Dunia, Kemiskinan Sekadar Angka bps

Standar Kemiskinan BPS dan Bank Dunia, Kemiskinan Sekadar Angka

17/05/2025
Judi Online Merajalela, Hanya Khilafah Solusinya IMG_20250511_062618

Judi Online Merajalela, Hanya Khilafah Solusinya

12/05/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.