Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2024
  • May
  • 13
  • Merdeka Belajar Sudahkah Ciptakan Generasi Terpelajar?

Merdeka Belajar Sudahkah Ciptakan Generasi Terpelajar?

admin.news 13/05/2024
IMG_20240513_154740
Spread the love

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Aktivis Dakwah dan Penulis Buku)

Muslimahtimes.com–Peringatan Hardiknas pada 2 Mei lalu digelar dengan berbagai konsep menarik, di antaranya konser musikal bertajuk ‘Memeluk Mimpi-Mimpi: Merdeka Belajar, Merdeka Mencintai’ yang dilaksanakan pada Kamis, 25 April 2024 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Acara tersebut merupakan proyek kolaborasi antara Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dengan Titimangsa dan SMKN 2 Kasihan (SMM Yogyakarta).
(Liputan6.com/26-04-2024)

Sebagaimana diketahui bahwa Kemendikbudristek akan segera mengesahkan Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional (Kurnas). Namun, nyatanya tak semua pihak setuju akan hal tersebut, seperti organisasi nirlaba Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik) misalnya. Dinyatakan bahwa Kurikulum Merdeka belum memiliki naskah akademik sehingga tak layak menjadi kurikulum resmi nasional.  Masih banyak yang perlu diperhatikan evaluasi dari Kurikulum Merdeka, salah satunya soal tujuan pembelajaran yang masih sulit diterjemahkan oleh para guru.

Kurikulum Merdeka, Generasi Tersandera

Berbagai polemik memang banyak muncul sejak awal digelontorkannya program Merdeka Belajar. Pemerintah terkesan tidak matang dalam mengonsep kebijakan yang akan diterapkan di tengah masyarakat. Terjadi kegamangan di kalangan para pengajar dalam menerjemahkan tujuan pembelajaran  karena tidak ada instruksi baku yang bisa menjadi acuan. Di bawah naungan Kurikulum Merdeka juga para guru disibukkan dengan persoalan administrasi sehingga membuat fokusnya mengajar terbelah. Mereka tidak lagi maksimal dalam mencurahkan perhatian kepada proses pembelajaran. Lagi-lagi, generasi menjadi tumbal dari kurikulum yang diterapkan.

Di sisi lain, ketika kita memotret persoalan generasi hari ini, maka kita akan dapati betapa kelamnya kehidupan generasi di bawah aturan sistem kehidupan yang jauh dari Islam. Mereka berpakaian pelajar, namun tak menampilkan perilaku sebagai orang yang terpelajar. Bukankah sering kita dapati fakta pelajar yang terlibat perbuatan amoral dan kriminal?

Narkoba, tawuran, seks bebas, bullying, judi online, self harm, dan banyak kasus lainnya yang melibatkan generasi berstatus pelajar. Inilah bukti bahwa bergantinya kurikulum nyatanya tak mampu menghasilkan generasi terpelajar. Mengapa demikian?

Sekularisme Mengikis Jiwa Terpelajar

Kurikulum pendidikan adalah anak kandung dari sistem pendidikan yang diterapkan di sebuah negara. Jika sistem pendidikannya berbasis kapitalisme sekuler, tentu saja kurikulum yang lahir darinya pun akan sejalan dengannya.

Sebagaimana dipahami bahwa sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara. Oleh karena itu, sistem pendidikan hari ini memang mengadopsi pemisahan agama tersebut. Pembelajaran dunia dan akhirat seolah menjadi dua hal yang tak saling berkaitan. Terbukti dalam setiap mata pelajaran umum tak ada pola pengaitan dengan keimanan. Pelajaran agama pun diberi porsi sangat sedikit setiap pekannya, itu pun hanya berisi konsep dan teori tanpa ada penancapan kepribadian Islam dalam diri siswa lewat pembelajaran agama tadi.

Wajar jika bergantinya kurikulum, termasuk kurikulum Merdeka yang katanya ingin menciptakan generasi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa faktanya hanya sekadar teori belaka. Karena tidak ditunjang oleh kurikulum yang mampu mewujudkannya.

Di tambah lagi, ideologi kapitalisme yang diterapkan di negeri ini telah menjadikan sektor pendidikan pun turut beraroma bisnis. Negara tidak mampu menjamin akses pendidikan merata kepada seluruh lapisan masyarakat. Adagium “orang miskin dilarang sekolah” tampaknya masih relevan untuk menyindir kejamnya kapitalisme ini. Lantas, apa gunanya kurikulum yang berganti jika tak semua anak generasi mampu menikmati bangku pendidikan?

Islam, Sistem Terbaik Buahkan Generasi Emas

Generasi terpelajar, yakni mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual hanya akan terwujud jika sistem pendidikan Islam diterapkan. Karena hanya Islam yang memiliki seperangkat mekanisme untuk mewujudkan kualitas generasi emas yang akan mampu berkontribusi untuk peradaban gemilang. Betapa tidak, Islam datang dari Allah Sang Maha Pencipta, bukan berasal dari akal manusia yang lemah dan terbatas.

Dalam Islam, kurikulum pendidikan akan berbasis pada akidah Islamiyyah karena Islam memiliki tujuan pendidikan yakni membentuk generasi berkepribadian Islam. Adapun kepribadian Islam akan tercipta manakala terbentuk pola pikir Islam dan pola sikap Islam dalam diri seseorang. Inilah yang akan diwujudkan lewat kurikulum pembelajaran.

Para pengajar pun akan digaji dengan sangat layak sebagai bentuk penghargaan terhadap guru. Sebagaimana yang pernah dilakukan pada masa Umar bin Khattab yang menggaji para guru sebesar 15 dinar emas atau setara dengan Rp75.960.000 (harga 1 gram emas 1.200.000).

Selain itu, dalam Islam para guru tidak akan disibukan urusan administratif yang menyita waktu dan pikiran. Para guru akan disejahterakan oleh negara secara materi dan juga dibuat fokus pada tugasnya mendidik generasi. Sehingga wajar jika dalam sistem pendidikan Islam terlahir banyak sosok-sosok hebat yang berpengaruh bagi peradaban dunia.

Tak hanya itu, negara akan menjamin pendidikan yang berkualitas dan gratis bagi seluruh rakyatnya. Karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap individu rakyat. Negara akan membiayai sektor pendidikan dengan dana yang diambil dari Baitulmal kaum muslimin, yakni bisa dari pos pemasukan fai, kharaj, jizyah atau hasil pengelolaan harta milik umum. Negara tidak akan berhitung untung rugi untuk menciptakan generasi terpelajar. Karena para generasi lah yang kelak akan menjadi tumpuan harapan akan bangkit dan runtuhnya sebuah peradaban. Sangat berbeda dengan sistem kapitalisme, bukan? Maka, sudah saatnya sistem Islam memimpin dunia. Allahu Akbar!!!!

Continue Reading

Previous: Kelamnya Nasib Buruh dari Masa ke Masa
Next: Kriminalitas Makin Parah, Butuh Perubahan Kaffah

Related Stories

Netanyahu Menolak Khilafah, Mengapa? WhatsApp Image 2025-05-06 at 10.15.06

Netanyahu Menolak Khilafah, Mengapa?

07/05/2025
Persatuan Kaum Muslim Terpecah Belah, Gaza Masih Dijajah WhatsApp Image 2025-04-22 at 20.54.12

Persatuan Kaum Muslim Terpecah Belah, Gaza Masih Dijajah

23/04/2025
Pertolongan Hakiki untuk Anak-anak Gaza 94feb1a8-86bf-4d01-a882-7ca7ae0928d0

Pertolongan Hakiki untuk Anak-anak Gaza

16/04/2025

Recent Posts

  • Netanyahu Menolak Khilafah, Mengapa?
  • Mengakhiri Penderitaan Anak-anak Gaza
  • Persatuan Kaum Muslim Terpecah Belah, Gaza Masih Dijajah
  • Pertolongan Hakiki untuk Anak-anak Gaza
  • Palestina Membutuhkan Tegaknya Kepemimpinan Islam

Recent Comments

  1. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  2. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  3. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  4. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan
  5. wulan on Surya Dalam Dekap

Read This

Netanyahu Menolak Khilafah, Mengapa? WhatsApp Image 2025-05-06 at 10.15.06

Netanyahu Menolak Khilafah, Mengapa?

07/05/2025
Mengakhiri Penderitaan Anak-anak Gaza WhatsApp Image 2025-04-23 at 20.48.32

Mengakhiri Penderitaan Anak-anak Gaza

23/04/2025
Persatuan Kaum Muslim Terpecah Belah, Gaza Masih Dijajah WhatsApp Image 2025-04-22 at 20.54.12

Persatuan Kaum Muslim Terpecah Belah, Gaza Masih Dijajah

23/04/2025
Pertolongan Hakiki untuk Anak-anak Gaza 94feb1a8-86bf-4d01-a882-7ca7ae0928d0

Pertolongan Hakiki untuk Anak-anak Gaza

16/04/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.