Oleh : Diana Ummu Nusaibah
Lebanon, Palestina, Suriah, dan Yordania adalah sejumlah tempat di Timur Tengah yang merujuk pada Syam (wikipedia). Nasionalisme menjadi dalang di balik pengkotak-kotakkan bumi Syam. Pada saat ini, hampir di seluruh bagian bumi Syam mengalami kezaliman, pembantaian dan upaya pemusnahan manusia secara berkala. Di sisi lain, umat muslim di seluruh dunia. Juga, sedang ‘mengidap penyakit kronis’. Penyakit komplikasi dan akut, menyerang perlahan tanpa disadari.
/ KOBARAN DARAH DI BUMI SYAM /
Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya Syam akan dibebaskan bagi kalian, maka bersungguh-sungguhlah diri kalian kepada kota Damaskus, karena ia adalah kota terbaik di Syam. Pusat orang-orang yang beriman terletak di salah satu wilayahnya, yang disebut Ghouta, yang merupakan benteng mereka. (HR. Ibnu an-Najjar dari Jubair bin Nafir)
Sejak 11 Maret 2011, konflik di Suriah mulai terjadi. Berbagai persepsi dijadikan dalih asal mula pemicu terjadinya konflik. Konflik Suni-Syiah, misalnya. Presiden Suriah Bashar al-Assad laknatullah ‘alaih yang disinyalir penganut Syiah, sedangkan mayoritas rakyatnya penganut Suni. Diberitakan pula, bahwa konflik ini hanya di dasari perebutan kekuasaan semata. Lantas, mengapa Amerika dan sekutunya ikut campur dalam permasalahan internal negeri? Ironisya Turki, Arab Saudi, Qatar, dan Indonesia hanya bermanis muka dengan kecamannya. Tanpa memberikan bantuan nyata.
Bumi Syam kembali ramai diperbincangkan. Belum kering darah mengalir di Allepo dan Gaza, kini pembantaian menyerang Ghouta. Tepatnya di Ghouta Timur yang berlokasi 10 kilometer dari ibukota Suriah, Damaskus. Ghouta, kini menjadi tempat mengerikan yang tentu tak aman untuk ditempati. Bahkan, Sekertaris Jendral PBB Antonio Guterres, menyebut kondisi Ghouta Timur saat ini, sebagai ‘neraka di muka bumi’.
Pasukan loyalis Bashar al-Assad telah mengepung rakyatnya di wilayah Ghouta Timur selama bertahun-tahun. Kini penyerangan kembali mereka gempurkan. Rudal dan motir mewarnai langit. Gedung dan bangunan runtuh. Kobaran darah mengalir deras. Korban jiwa berjatuhan, tak mengenal anak-anak, wanita, maupun lansia. Pasukan itu melancarkan serangan udara dengan dahsyat di Ghouta Timur pada Senin (19/2) malam. Dalam lima hari saja, sekitar 500 orang meninggal dunia dan ribuan orang terluka.
Menunggu ‘giliran mati’ adalah ungkapan pasrah seorang rakyat Ghouta menghadapi kejinya pembantaian massal yang dilakukan penguasanya sendiri. Berdalih busuk, sang presiden hanya menyebut pembantaian ini sebagai bentuk memerangi teroris.
/ SOLUSI FATAMORGANA PBB /
“Ghouta Timur, wilayah terkepung lainnya di Suriah, Ituri dan Kasais di Republik Demokratik Kongo, Taiz di Yaman, Burundi, Rakhine Utara di Myanmar, sudah seperti menjadi rumah pemotongan hewan paling produktif akhir-akhir ini karena tidak cukup banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah kengerian ini,” ujar Ketua Dewan HAM PBB, Zeid Ra’ad Al Hussen kepada Dewan Keamanan (DK) PBB. Zein pun mengecam DK berulang kali, karena gagal membawa kasus repetisi (pengulangan) ini ke Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag, Belanda.
Solusi apa yang ditawarkan PBB untuk menyudahi pembantaian di Ghouta?
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui resolusi genjatan senjata selama 30 hari. Sambutan baik ditunjukan sebagian orang yang telah termanipulasi. Seolah kucuran deras air, saat di gurun pasir. Resolusi itu hanyalah fatamorgana. Resolusi tinggallah resolusi. Nyatanya, solusi basi tersebut tidaklah berarti. Hingga, artikel ini dibuat. Rezim brutal, pemerintahan Bassar al-Assad masih saja melancarkan pengeboman.
/ DIMANA SAUDARA MUSLIMNYA ? /
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Pada tahun 2015, jumlah kaum muslimin menempati 24% dari populasi dunia. Jumlah yang terus menaik seiring meningkatnya jumlah mualaf yang secara berbondong-bondong masuk Islam. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini di Eropa. Indonesia masih memegang predikat penduduk muslim terbesar di dunia.
Saat saudara kita di bumi Syam, khususnya Ghouta saat ini membutuhkan pertolongan. Dimanakah saudara semuslimnya? Dari miliaran jiwa yang meyakini tuhan, nabi, kitab dan ajaran yang sama. Apa ada di antara negara berpenduduk muslim, yang mengirimkan tentara-tentaranya?
Bukankah kita satu tubuh? Saudara muslim yang lain seperti tidak merasakan sakit. Saat tetesan darah mengalir deras di tubuh mungil anak-anak Ghouta. Seolah, tidak ada yang terjadi. Lantas, jawaban apa yang akan kita persiapkan di hadapan-Nya, nanti?
/ VIRUS MAKSIAT, GEROGOTI UMAT /
Gelap terasa semakin pekat. Tetesan air mata dan kucuran darah masih mengalir deras disana. Disini, peperangan tidaklah secara kasat mata. Perang pemikiran. Pembenturan budaya dengan ajaran agama. Seolah serupa, hanya belumlah merenggut nyawa.
Kondisi muslim di belahan bumi lainnya pun, serupa. Sakit. Sakit tanpa luka di tubuhnya. Sakit tanpa jerit tangis, terhimpit bebangunan yang runtuh. Umat saat ini sedang sakit komplikasi, akibat racun -isme, yang telah akut menyerang.
Sekularisme menjadi ideologi bermisi pemisah antara tuhan dengan hamba-Nya. Manusia dipaksa memisahkan urusan dunia dengan akhiratnya. Liberalisme, pelopor kebebasan yang tidak berbatas. Kelak akan menjadi bahan peledak, dalam kurun waktu cepat bagi para penganut ideologi barat.
Dengan mengedepankan logika dan nafsu daripada suratan cinta tuhan-Nya dan wahyu. Membuat virus-virus maksiat merajalela, ganas menggerogoti umat. Di berbagai lini kehidupan manusia saat ini. Penuh dengan maksiat yang tidak lagi dianggap hal yang tabu.
Di bidang ekonomi, riba sangat lebat dan rindang di tengah umat. Perpolitikan disalahgunakaan. Sebagai media, perebut kekuasaan. Harta, tahta dan wanita menjadi bensin untuk korupsi. Pengurusan kebutuhan rakyat, yang semestinya menjadi tanggungjawab pemerintah. Namun, di kembalikan tugasnya kepada rakyat. Rakyat diperas dengan pajak. Rakyat di tuntut dengan beban biaya hidup yang kian meroket.
Perzinahan dan pernikahan sejenis, hendak di legalkan. Orangtua membunuh anaknya. Anak membunuh orangtuanya. Siswa habisi nyawa guru. Guru cabuli para siswa. Meningkatnya jumlah pecandu barang haram. Orang gila bergentayangan, menganiaya para ulama. Stigma buruk di cap kan kepada ormas dan ajaran Islam.
Umat membutuhkan solusi. Umat membutuhkan perisai yang akan menjaganya. Lalu, haruskah kita berdiam diri? Menyaksikan kezaliman dan kemaksiatan terus membabi buta. Merusak generasi. Menggerogoti tubuh umat.
/ SOLUSI TUNTAS /
Begitu banyak, permasalahan umat. Masalah yang nengatur hubungan manusia dengan tuhan, sesama dan dirinya. Adalah masalah-masalah cabang, yang mengerucut pada akar permasalahan. Tidak diterapkannya, hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Umat semakin membutuhkan Khilafah yang di pimpin oleh seorang Khalifah.
”Sesungguhnya al-Imâm (khalifah) itu adalah perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dll)
Dengan adanya seorang khalifah, bumi Syam dan kaum muslim di negera lainnya. Yang saat ini terzalimi. Akan dibebaskan. Khalifah akan mengerahkan ribuan tentaranya untuk menjaga aqidah dan nyawa umat. Selain itu, Khalifah akan menjadi pemimpin yang menerapkan Islam secara Kaffah (menyeluruh).
Bukan hanya Suriah, kita semua butuh khilafah!
Dan ingatlah akan janji Allah. Allah SWT berfirman:
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An-Nur 24: Ayat 55)
Wallahu ‘alam bi showwab.
Bogor, 26 Februari 2018
#belajarnulis
#revowriter
#revowriter6