
Oleh. Ummu Choridah Ummah
MuslimahTimes.com–Senin (21/4/2025) Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan tegas menolak pendirian kekhilafahan apa pun di pantai Mediterania. Ia juga menyatakan bahwa balasannya tidak hanya terbatas Yaman, tetapi akan meluas ke Lebanon dan wilayah lainnya. (Arrahmah.id 23-04-2024)
Netanyahu berusaha untuk mengubah wajah Timur Tengah dan sedang dilakukan. Ia juga mengatakan bahwa mereka mengenal musuhnya dengan baik dan tidak akan menerima keberadaan Khilafah di sini atau di Lebanon. Dan mereka berusaha untuk memastikan kelangsungan hidup (Israel). (mediaumat.com 23-04-2025)
Semenjak hijrahnya Rasulullah Salallahu alaihi wassalam ke Madinah, sebuah Daulah yang dinaungi dengan Islam telah berdiri dengan tegap dan gagah. Bersama Rasulullah salallahu alaihi wassalam negara Islam berkembang dengan pesat, segala kebutuhan masyarakatnya terpenuhi tanpa kekurangan satu apapun. Hingga Rasul wafat negara Islam tetap berdir yang dipimpin oleh para sahabat (Khulafaur Rasyidin). Setelah masa Khulafaur Rasyidin berlanjut Kekhilafahan Umayyah, kemudian berlanjut Kekhilafahan Abasiyah hingga terhenti pada Kekhilafahan Utsmaniyah di Turki. Islam telah menaklukan 3/4 wilayah di dunia selama lebih dari 13 abad lamanya.
Kekhilafahan yang dipimpin oleh seorang khalifah menjadikan Islam sebagai ideologi, sebagai hukum serta bertata negara. Dengan peraturan Islam negara mampu sejahtera tanpa ada kesulitan yang diderita oleh rakyatnya. Muslim dan non muslim bisa hidup berdampingan dengan damai.
Ketakutan Netanyahu pada Khilafah
Secara fakta dan logika, untuk melawan dominasi hegemoni Barat (AS) yang saat ini menjadi negara adi daya di tingkat internasional, maka rivalnya harus dalam bentuk negara lagi. Negara tersebut bukan sekadar negara biasa namun, negara yang telah dicatat oleh sejarah mampu menguasai 3/4 belahan dunia dengan penuh kedamaian dan kesejahteraan. Negara yang menerapkan Islam dalam segala lini kehidupan sebagai rahmat bagi seluruh alam yaitu Khilafah.
Pernyataan Netanyahu terkait penolakan Khilafah, sejatinya menggambarkan ketakutan akan kekuatan umat Islam yang mulai terbentuk kesadarannya dengan menyerukan jihad dan Khilafah sebagai solusi di tingkat global.
Umat mulai menyadari, bahwa solusi gencatan senjata maupun solusi dua negara bukanlah solusi hakiki. Solusi yang ditawarkan oleh Barat hanya akan menguntungkan sebelah pihak, sedangkan Palestina tetap akan di hilangkan. Maka semakin jelas tujuan mereka adalah genosida bagi penduduk Palestina. Semakin jelas pula bahwa dakwah menyuarakan jihad dan Khilafah bukan hanya sekedar bicara atau NATO – No Action Talking Only. Sudah seharusnya umat menyambut seruan ini. Khilafah adalah ajaran Allah dan bisyarah Rasulullah salallahu alaihi wassalam yang pasti akan terwujud. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda :
“ Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan Al-Bazar).
Khilafah Bukan Ancaman
Berdasarkan catatan sejarah, Khilafah bukanlah ancaman yang harus ditolak. Justru dengan penegakan syariat Islam kehidupan akan kembali kepada fitrahnya, bukan hanya rakyat palestina tetapi, seluruh manusia akan merasakan manisnya kehidupan yang diridai Allah. Akan tetapi, musuh Allah pasti menghalangi tegaknya Khilafah, begitu juga dengan penguasa muslim yang berkhianat, mereka pasti akan mendukung para musuh Allah karena kecintaan mereka kepada kekuasaan dan dunia. Para pemimpin muslim ini akan berkhianat dengan mendukung tujuan Israel demi keuntungannya sendiri.
Maka dari itu, umat harus bersatu dan saling menguatkan keyakinan untuk berjuang menjemput nasrullah. Hari demi hari semakin jelas terlihat kerusakan yang terjadi di dalam sistem kapitalisme sekularisme. Hukum yang diterapkan tidak memberikan ketegasan pada pelaku zalim, meski dunia telah banyak mengecam Israel namun, organisasi terbesar dunia seperti PBB pun tidak bisa berbuat apa-apa. Justru Israel menjadi lebih kejam dan brutal dalam melakukan genosida, kecaman dari negara lain pun ia hiraukan. Bagaimana tidak, sebuah negara besar, negara adidaya seperti Amerika menjadi pendukung utamanya.
Maka, kebutuhan akan Khilafah sudah makin nyata, perjuangan ini harus dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang mengikuti metode dakwah Rasulullah salallahu alaihi wassalam. Para pengembannya harus semakin menguatkan dakwah kepada umat dan memanfaatkan situasi hari ini untuk membangun kesadarah umat. Bahwa bersatunya umat dalam naungan Khilafah adalah jalan menuju rida Allah. Khilafah bukan sebuah ancaman bagi manusia dan tidak layak menjadi ancaman, khilafah justru menjadi rahmat dan penyelamat bagi umat.
Bagi seorang mukmin, tegaknya kembali Khilafah adalah janji Allah. Keberadaanya adalah sebuah keniscayaan yang tak terelakkan. Melihat rusaknya kondisi saat ini di berbagai bidang semakin menunjukkan bahwa Khilafah adalah sebuah kebutuhan. Cukuplah firman Allah menjadi penyemangat bagi para pejuang agama Allah demi tegaknya Khilafah. Allah Swt. berfirman di dalam surah An-Nuur ayat 55:
” Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Wallahualam bishawab